five

742 90 4
                                    

"Mau tambah minumnya?" tanya Suneo.

Giant mengangkat wajahnya. Mulutnya masih penuh dengan ramen saat menjawab, "Boleh."

Suneo menahan diri untuk tidak terang-terangan mendengus di depan Giant selagi ia menyebutkan pesanannya pada pelayan kedai. Siapa sangka orang dengan perut semelar ini adalah pria yang sudah menikah?

"Nobita pasti tahan sekali melihatmu seperti itu," gumamnya.

Alis Giant meninggi. "Hmm? Tahan apa?"

"Tidak apa-apa." Suneo mendesah. Tatapannya berpindah ke arah ponsel Giant yang sengaja dibalik supaya layarnya tidak terlihat. "Ngomong-ngomong, apa kamu betulan tidak mau menjawab telepon Nobita?"

Giant mengikuti arah pandang Suneo. Wajahnya berubah suram. "Tidak dulu," katanya. "Saat ini dia pasti akan mengoceh soal Dekisugi lagi, dan aku tidak siap mendengarnya."

"Setidaknya kirim dia pesan," kata Suneo. "Aku tidak mau kalian sampai bertengkar gara-gara aku."

Giant mengibaskan tangannya. "Tidak usah khawatir soal itu."

Masalahnya, Suneo tidak bisa tidak khawatir. Nobita mungkin terkenal dengan sifatnya yang lembek dan suka mengalah, tapi ada saat-saat di mana dia bisa agak menyeramkan. Pada saat-saat seperti itu, Suneo lebih suka tidak mencari gara-gara dengannya.

Baru saja ia memutuskan untuk kembali makan, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Giant yang sama kagetnya nyaris saja melempar mangkuk ramennya.

"Bukannya sudah kusuruh untuk men-silent ponselmu?!"

Suneo membelalak. "Kupikir tidak ada yang akan meneleponku!"

"Buktinya itu ada!"

Suneo menggerutu. "Harusnya tidak ada." Tetapi raut wajahnya langsung berubah begitu melihat nama yang tertera di layar panggilan.

Dekisugi.

"Kenapa?" tanya Giant. "Apa ibumu menelepon?"

Suneo menggeleng. "Lebih buruk lagi," katanya. "Ini Dekisugi."

Lagi-lagi Giant nyaris menjungkir mangkuk ramennya. "Hah?"

"Aku serius! Dekisugi meneleponku!" Suneo menghadapkan layar ponselnya ke wajah Giant. "Aku harus bagaimana?"

Wajah Giant ikut pias. "Jangan dijawab!"

"Kau gila?! Dia akan meneror kita semua!"

"Harusnya tidak begitu! Ini salahmu!"

"Kenapa jadi salahku?!"

"Kalau saja kamu tidak narsis meng-upload foto kita di Instagram, mungkin mereka tidak akan tahu kalau kita sedang di sini!"

"Kupikir kamu sudah memberitahunya sejak awal!"

Keduanya terengah-engah dengan wajah merah, sementara ponsel Suneo terus saja berdering. Tampaknya Dekisugi tidak akan menyerah sampai Suneo mengangkat teleponnya.

Giant mendecih. "Bilang kalau kau sedang di toilet atau apalah," desisnya, sadar kalau pengunjung lain di kedai itu memandangi mereka dengan kesal. "Pokoknya jangan biarkan dia bertanya soal aku."

"Kau bilang begitu seolah-olah dia ibumu saja," ledek Suneo. "Memangnya dia akan datang ke sini dan menjewermu?"

"Berisik," gerutu Giant. "Aku cuma tidak mau dia ikut campur dengan urusan kami. Cuma itu."

Suneo menatap Giant dengan lelah. Lalu aku bagaimana?

Dering itu berhenti selama beberapa detik, lalu kembali mengusik ketenangan kedai.

[COMMISSION] Shitto-GiantNobi fanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang