Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chenle dan Jisung memasuki aula sekolah dengan terengah-engah. Wajar saja, mereka berlari dari lantai satu ke lantai tiga karena terlambat. Seharusnya, sebelum bel sekolah berbunyi, mereka sudah harus sudah berada dalam aula.
"Kamu sih, Le! Pakai acara nyari dompet hilang segala! Kan sudah aku bilang, hari ini jajan pakai uang aku dulu..." sungut Jisung ketika sudah berada di depan aula.
"Ih, aku mana tau kalau Pak Srikanda bawa mobilnya santai banget hari ini" seru Chenle sebagai pembelaan diri dan mengkambinghitamkan Pak Srikanda, supir pribadi Jisung. Dirinya menghirup napas dalam-dalam agar sesak nafas karena berlari dari lantai bawah ke lantai tiga cepat hilang.
Masih asik menormalkan deru napas, aktivitas Chenle dan Jisung ini diganggu oleh suara seseorang.
"Wah... wah..."
Atensi Chenle dan Jisung beralih ke sumber suara yang berasal dari depan mereka.
"Kalian sudah telat, tapi masih sempat mengobrol?" tanyanya dengan nada menyeramkan.
Chenle bergidik ngeri, sedangkan Jisung masih menatap santai orang di depannya.
"Siapa nama kalian?"
"C-chenle, bang" jawab Chenle kaku.
"Jisung"
Mendengar nada Jisung yang terlalu santai, cukup membuat Jeno naik pitam.
"Kalian tau kesalahan kalian apa?"
"Terlambat, bang" jawab Chenle
"Seharusnya kalian sudah berada di aula jam berapa?"
"Sebelum jam 7, bang" lagi-lagi, hanya Chenle yang menjawab.
Jeno menatap Jisung yang tidak pernah menjawab pertanyaannya dengan tajam. Rupanya, bocah ingusan yang baru masuk SMP itu tidak mengganggap dirinya serius. Dan Jeno sangat marah karena itu.
"Kamu" tunjuk Jeno ke arah Jisung.
"Karena kamu tidak menjawab satupun pertanyaan dari saya, saya anggap bahwa kamu tidak tahu apa kesalahan kamu dan jam berapa seharusnya kamu berada di dalam aula" putus Jeno begitu saja.
