1

13.2K 1.5K 49
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Paman!" panggil Jisung ke pengelola cafetaria.

"Hallo, Jisung. Tumben kamu sudah lapar. Sekarang masih jam 11 siang." paman Taeil kaget karena kehadiran Jisung yang lebih awal dari biasanya

"Jadi, apa yang ingin kamu makan hari ini?" tanya paman Taeil seperti biasa sebelum menyiapkan makan siang untuk bocah 5 tahun itu.

"Aku tidak lapar, Paman. Aku hanya ingin bertanya, apakah cafetaria memiliki permen atau semacamnya?" tanya Jisung.

"Tentu saja ada, Jisung. Namun, kami kehabisan permen tadi pagi. Mohon maaf..."

"Benarkah? Sayang sekali"

"Untuk apa permennya, Jisung?" tanya paman Taeil penasaran.

"Ada anak laki-laki menangis di depan ICU dan dia sangat berisik! Aku pikir jika ia memakan permen, ia akan berhenti menangis. Telingaku sangat sakit mendengar tangisannya!" keluh Jisung.

"Wah, sayang sekali. Permen di cafetaria habis. Bagaimana jika kamu pergi membeli ke mall depan rumah sakit?" tawar paman Taeil memberikan solusi.

Jisung tampak berpikir sejenak, menimbang apakah pergi ke mall hanya untuk membeli permen adalah keputusan yang tepat. Hingga, tiba-tiba ada suara lain yang mengejutkannya.

"Apakah ini benar-benar terjadi? Jisung si sosiopat kecil berusaha menghibur orang lain?" seru Taeyong, anak paman Taeil.

"Taeyong, jaga ucapanmu" tegur paman Taeil.

"Apa itu sosiopat, Paman?" tanya Jisung tidak mengerti.

"Tidak ada sayang, jangan dengar ucapan bang Taeyong..." elak paman Taeil.

Taeyong yang baru saja pulang dari kampus menaruh tasnya di salah satu meja cafetaria, lalu berjalan ke arah Jisung. Ia berlutut untuk menyejajarkan tingginya dengan Jisung agar dapat berbicara kepadanya dengan mudah.

"Jisung, kamu tidak perlu ke mall untuk membeli permen. Abang memiliki permen, bukan permen sih... tetapi lollipop. Ini lebih baik dari permen. Apa kamu masih membutuhkannya?" tanya Taeyong sambil memegang bahu kecil Jisung.

"Masih butuh, bang. Selama bocah cengeng itu bisa diam, aku memerlukan lollipop itu!" jawab Jisung berapi-api.

"Tapi ada syaratnya. Kamu mau melakukannya?"

"Apa syaratnya??"

Taeyong mendekatkan wajahnya ke telinga Jisung dan berbisik.

"Setelah kamu memberikan lollipop ini, katakan pada bocah cengeng itu 'Apakah kamu baik-baik saja? Jangan menangis, aku akan membantumu melewati ini semua'. Setelah kamu mengatakan itu, peluk ia dengan sangat erat. Paham?"

"Kenapa aku harus melakukan itu?" bingung Jisung.

"Bukankah kamu ingin membuatnya diam? Jika kamu melakukan apa yang abang suruh, ia akan diam lebih cepat! Lebih cepat daripada hanya memberikan lollipop." jelas Taeyong.

"Baiklah, jadi mana lollipopnya?"

Taeyong terkekeh. Jisung benar-benar ingin membuat bocah itu diam rupanya. Taeyong bangkit dari posisinya lalu mengambil lollipop pemberian Doyoung dari tasnya.

"Ini, ambilah. Pastikan kamu melakukan apa yang abang suruh" tegas Taeyong sambil menyerahkan lollipopnya.

"Okay!" seru Jisung sambil berlari ke arah ICU.



[tbc]

psstttt...psssttttt

votenya jgn lupa xixixixi....

First Lost | ChenJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang