Miss u miss u miss guys😭😭
“The moon is beautiful, isn't it?”
"Hei perth, tak ingin bercerita?"
Bibir perth kelu, matanya mengerjap beberapa kali dan kemudian terkekeh. "Kau aneh plan. Aku baik-baik saja."
Plan mengendikkan bahunya dan berjalan duluan. "Habis kau terlihat sedih, aku kan takut kau—Eh!tidak!maksudku kalau kau seperti ini suasananya tidak seru. Menyebalkan!"
"Katakan seperti itu kepada orang yang menatapku khawatir tadi."cibir perth.
Mereka sudah keluar dari bangunan yang kata plan—penuh sesak dan membuat kepalanya pusing, dengan membawa selembaran kertas yang di koyak oleh perth diam—diam.
Satu jam mereka habiskan di sana, dan tentu saja diisi oleh obrolan tak penting plan yang mengatakan jika tetangganya telah melahirkan dan sekarang tengah hamil tanpa seorang ayah lagi!
Benar–benar mulut kurang ajar.
Setelah berpisah di persimpangan blok rumah masing–masing, perth memelankan langkahnya dan membuka lembaran kertas tadi—membacanya secara hati hati dan mengernyit,
Ada yang aneh dengan kalimat di paragraf kedua. Kutukan akan hilang. Punah tak bersisa. Selaras dan akan berjalan bagai aliran dalam darah. Perth tidak paham. Ia tidak mengerti arti kalimat itu apa.
Kutukan yang hilang itu apa?
Apanya yang punah?
Dan sesuatu yang selaras seperti aliran darah apa?
Kepala perth berdenyut hanya memikirkan kalimat aneh tersebut. Memilih abai dan meremas kertas tersebut hingga tak terbentuk, lalu menyelipkannya ke kantung celana.
Ia butuh kasurnya yang empuk sekarang.
Mean merotasikan bola matanya. Sebal dengan apa yang ia lihat. Dan demi apapun!bocah bermata minimalis di depannya ini sungguh menyebalkan!
"Kau!pergi dari hadapanku."
Plan yang sedang menyedot chocolate milkshake miliknya tersentak pelan. Menatap jengkel pria dewasa bermantel hijau dongker, dan tanpa aba–aba tangannya melayang memukul lengan berotot itu kuat hingga membuahkan pekikan.
"Hei!"
"Apa?!kau ini berisik sekali ya paman!aku hanya menumpang duduk disini karena semua tempat penuh!penuh—demi tuhan!"plan menggebrak meja bulat di hadapannya, hingga membuat beberapa pelanggan menatap kearah meja mereka.
"Kau!kecilkan suara cemprengmu itu. Dan satu lagi—berhenti memanggilku paman, bodoh!"jari mean menunjuk wajah plan kesal.
Ia tak main—main soal 'membenci panggilan paman dari bocah sipit tersebut'. Meskipun kenyataannya umur mean lebih dari itu.
Memilih mengalah mean menatap sekeliling dan menarik nafas dalam-dalam. Masa bodoh dengan perkataan Mark teman lamanya—meskipun sudah mati sih; vampire itu harus berwibawa dan memiliki aura yang menegangkan mean, jangan sepertimu yang cerewet ini.
Intinya jika berhadapan dengan plan, image yang coba ia bangun agar terlihat menyeramkan seperti saint akan hilang tiba-tiba.
"Untuk apa kau disini?"
Plan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Wajahnya yang tadi tengil berubah menjadi sendu hanya dengan sesaat.
Bibirnya melengkung kebawah. Mean melototkan matanya. Panik. Benar–benar panik ketika merasakan ngilu di bagian jantungnya, bertepatan dengan bulir air mata yang berlomba–lomba untuk jatuh hingga membasahi pipi pucat itu.
Dengan tergesa, ia menarik lengan plan dan meletakan asal beberapa lembar uang. Membawanya keluar dari tempat yang kian terasa sesak, serasa menghimpit rongga dadanya.
Kakinya ia langkahkan ke tempat mobilnya terparkir. Mendorong pelan tubuh plan agar segera masuk ke kursi penumpang dan mendudukan dirinya di kursi kemudi.
Nafas mean tersengal–senggal. Kakinya menginjak gas kuat tanpa memikirkan ada sosok mungil yang tubuhnya bergetar ketakutan akibat laju mobil yang mean kendarai.
Sesekali plan menoleh, seakan berkata untuk berhenti—apapun. Menghentikan apapun, yang sialnya membuat dada plan terasa sesak. Aroma yang mean keluarkan pekat. Hampir setara dengan aroma saint ketika ingin membunuh mark dulu.
Tangannya terulur untuk menyentuh ujung kemeja mean, menariknya perlahan beberapa kali hingga mobil berhenti mendadak.
Demi apapun, plan merasa tubuhnya sangat lemas. Perutnya terasa melilit akibat menahan mual, kepalanya berdenyut. Belum lagi ngilu yang ia rasakan di sekitaran jantungnya.
Plan rasa ia akan mati sebelum bertemu suami impiannya.
Hal terakhir yang ia lihat adalah jarak wajah mean yang terlampau dekat kepadanya, dan kemudian semuanya gelap.
🥀
Joss memandang heran kearah perth. Sedari tadi–setelah pulang dari perpustakaan kota anaknya itu hanya terduduk diam di depan televisi.
Joss bingung. Tidak biasanya gumpalan lucu itu seperti ini.
Omong–omong tentang perpustakaan kota. Joss hanya mengarang saja. Mengatakan seolah–olah jika mimpi yang perth alami nyata. Dan memberikan kebohongan lainnya seperti: kau ke perpustakaan kota saja. siapa tau mimpi ekhm hal itu ada di salah satu buku kuno yang ada di sana. atau di buku 'kisah 1001 bintang' terserah, pergi saja sana. ajak plan juga. dan melakukan apapun setelahnya tidak apa–apa. dahh
Jika berterus terang mengatakan hal sesungguhnya si tampan tetapi tua ini—salah maksudku Joss lebih baik mengubur dirinya hidup–hidup dari pada melihat binar kecewa dari Luna yang sudah ia anggap sebagai anaknya.
Bukannya ia tak tahu. Joss sadar jika masa itu sudah datang. Masa dimana ingatan acak yang pernah perth alami dahulu akan muncul. Menciptakan kepingan puzzle yang harus tersusun kemudian kebenaran tentang Sang Lord yang meragukan eksistensi baru Perth akan terungkap.
Joss tak tahu apa yang merasuki pikiran Saint. Bukankah Peach dan Perth itu sama?Lalu mengapa binar ragu dimata sedingin es itu terlihat sangat nyata?
Jangan berfikir jika joss akan diam saja mengetahui hal ini. Ia sangat menyayangi perth. Jadi ketika mengetahui kehadiran saint nanti hanya akan menyakiti berlian yang ia jaga sejak kecil, joss akan bertindak sebagaimana seharusnya tangan kanan Luna menjalankan tugasnya.
Memang seharusnya begitu 'kan?
APA KABAR HEIH?!
Aku bener bener ganyangka bakalan update selama ini😭kecewa banget😭but overall—aku pasti bakal usahain. Terlepas dari aku yang sebentar lagi mau pkl😭guys, makasih banyak yaaa marahin aja aku sekarang gapapa, tapi jangan kapok buat dateng tiap aku update yaaa. dadahh🦋📷
