COLD ONE; FROZEN

884 90 19
                                    

"Mean, Aku merindukannya..."

"Lord, ini belum waktun--"

"Aku tahu."

"--Jadi, Lord ingin saya melakukan apa?"

"Dia belum bisa disini. Tapi, aku tentu bisa berada di sana , 'kan?"

•VAMPIRE•












"Lord matahari akan terik, kita harus kembali ke mobil."

Tidak ada sahutan. Dia-Saint masih diam memandang pagar tinggi berwarna hitam di depan sana.

"Lord kita seharusnya ke--"

Saint berdecak dan memandang tajam Mean yang berada tepat di belakangnya.

"Pergilah jika kau ingin brengsek. Ingat Mean tentang apa tujuan kita kesini!"

Mean melihat mata Saint yang sempat berwarna biru kemudian berubah dalam sekali kedipan ketika melihat segerombolan siswa keluar dari gerbang hitam tadi.

Mean menunduk dalam ketika melihat pria mungil dengan ransel berwarna kuning cerah yang menjadi objek mereka sedari tadi sedang berjalan pelan kearah halte.


Itu Luna.

Luna dari sosok yang saat ini tengah tersenyum lebar.

Saint memandang lekat matenya dengan bibir yang tak melunturkan senyum dari wajah tampannya. Sampai, senyum itu perlahan luntur dengan kedua tangan yang saling terkepal erat.


Iris matanya kembali membiru.

Sepuluh langkah dari sini, -Sang Luna- sedang bercengkrama bersama teman lelakinya sambil sesekali merangkul bahu satu sama lain.

Dia menyentuh milikku...milikku...

Mean memejamkan matanya ketika merasa aura dingin yang di keluarkan Saint pertanda jika Lordnya-tengah marah, kesal, merasa dikhianati, ataupun sejenisnya. Tapi terlepas dari itu semua, tidak ada satupun hal baik. Mean harus menghentikannya, atau jika tidak seseorang itu akan mati membeku.

"Lord, biar kuurus."

Sialan

Saint berdesis dan berbalik masuk kedalam mobil. Dia membiarkan Mean-asisten pribadinya yang mengurus. Karena Saint sadar jika sudah ia yang angkat tangan, maka remaja yang berani menyentuh Lunanya akan berakhir dengan membeku seumur hidup.

°LUNA°

"Permisi"

Atensi kedua remaja tadi beralih kearah pria dewasa dengan setelan jas mewah, Mean. Mean sempat menahan nafas ketika aroma khas seorang Luna seakan memporak-porandakkan paru-parunya.

Benar-benar harum...

"Tuan, baik-baik saja?"pertanyaan lugu dengan nada khawatir terlihat jelas. Itu berasal dari sang Luna.

Mean tersenyum dan menggeleng.
"Perth tanapon?"

Dapat Mean lihat jika Lunanya membelalakan matanya terkejut. Terkejut karena Mean mengetahui namanya padahal ini kali pertama mereka berjumpa.

"Bagaimana kau tahu?!"bukan sang Luna yang menjawab. Melainkan remaja mungil di sebelahnya yang saat ini tengah menatapnya galak.

"Kau ingin menculik Perth iya?!hey dengar, jaman sekarang kasus penipuan seperti ini sudah banyak ditemukan. Bahkan tetanggaku baru saja mengalaminya kemarin, dan kau tahu paman?saat ini ia tengah hamil!!!Perth lebih baik kita pergi dari sini, daripada harus bernasib sama seperti tetanggaku itu. Ayo!"

Perth termangu mendengar penuturan sahabatnya, Plan. Menganggukkan kepalanya kini Perth menurut ketika Plan menarik tangannya kuat dan berlalu begitu saja dari sana.

Sebelum benar-benar pergi, Perth sempat melihat mata Mean yang berubah warna menjadi merah darah. Dan kemudian ia menaiki bus,  memutuskan kontak matanya.

Mean menunduk dengan gigi menggigit lidahnya. Senyum pasrah telah terlihat ketika ia membalikkan badan dan matanya langsung bersibobrok dengan Saint.


Sang Lord tengah marah.

Calm mean, calm!atau kau akan mati konyol saat ini juga.

Mean menghela nafas dan berjalan kearah mobil yang di dalamnya sudah ada Saint yang siap kapan saja membekukan dirinya.

Tangan yang terkepal erat itu mengetuk jendela mobil dan perlahan terbuka menampilkan wajah Saint yang tengah menaikkan sebelah alisnya.

"Lord, maaf."

Saint tersenyum sinis dan membuka kunci mobil. "Masuk Mean. Aku sedang memikirkan hukuman apa yang pantas untuk seorang pecundang sepertimu."ucapan yang terkesan dingin dan datar.

Mean masuk dan menatap memelas Saint di sampingnya.

"Lord---"

"Kita akan kerumahnya besok. Dan kau Mean, kabari Joss sesegera mungkin ."setelah mengatakan itu Saint melajukan mobilnya.

Dia yang menyetir sedangkan Mean dibiarkan duduk manis disampingnya.

"Lord?"

"Hm?"

"Biarkan aku yang mengambil alih kemud---"

Saint menoleh dan tersenyum tipis. Saat ini tengah lampu merah. Tangan sebelah kirinya mulai menyentuh pundak Mean dan perlahan terdengar bunyi srrek dengan suhu tubuh Mean yang sudah dingin bertambah semakin dingin.

Tubuh bagian bawah Mean berubah menjadi beku.

Hanya kepala yang dibiarkan lolos oleh Saint.

Dia masih ingin mendengar pekikan putus asa dari Mean karena gagal membawa Matenya kehadapan Saint. Dan lagi jika boleh jujur, wajah membiru Mean karena menggigil adalah kesenangan tersendiri untuknya.

"Aku membiarkanmu duduk tenang untuk hukuman yang akan datang. Mean, ini belum selesai."lampu hijau dan mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi.

























my mind so full;

bunny, saint real as bunny.
but this work, you must call him 'COLD ONE' vampire dengan kekuatan es yang siap membekukanmu kapan saja.

;

COLD ONE ; SONPINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang