Bertemu Lilyana tanpa sengaja sepertinya menjadi masalah untuk Melody. Dia menawarkan membantu Liliyana tadi malam, yang mana kini menjadi sebuah beban baginya. Bukan beban karena dirinya membantu Lilyana, tapi karena ajakan Lilyana yang membuatnya merasa bingung.
Sehabis membantu pelayan merapikan baju, Melody memilih masuk ke dalam kamarnya. Dia hanya berbaring terlentang, dan meletakan tangannya di atas perut.
"Melody, besok sore ikutlah denganku ke luar."
Ucapan Lilyana masih terngiang di telinganya. Bagaimana mungkin dia harus pergi bersama Lilyana, Clodan pasti akan marah kepadanya.
Dengan pikiran yang tak menentu Melody berguling hingga kini dia tengkurap. Rambut panjang yang memiliki warna cokelat tembaga itu membelit dan terlihat berantakan.
"Nyonya!"
Ketukan di pintu diiringi panggilan membuat Melody menoleh ke arah pintu.
"Masuklah," titahnya.
Tiwi mendorong pintu dan kini berjalan dengan cepat ke arah Melody. "Nyonya," panggilnya. Dia terlihat sedikit cemas.
"Ada apa Tiwi?" tanya Melody.
"Nyonya besar meminta saya menyampaikan kepada nyonya untuk segera bersiap," ucap Tiwi.
Mata Melody melotot. Dia ternyata benar-benar harus pergi.
"Tiwi, bagaimana jika Clodan tahu? Dia pasti akan memarahiku karena berani menemui ibunya," ucap Melody cemas. "Apalagi sekarang harus pergi bersama ibunya," lanjutnya. Kali ini entah kenapa dia merasa takut.
"Nyonya, itu, sebenarnya Tuan juga akan ikut bersama kalian, termasuk Nona Kaylee," ucap Tiwi. "Ayo, segeralah bersiap, saya akan membantu Nyonya," sambungnya.
Dengan pasrah Melody mengangguk dan segera pergi ke dalam kamar mandi untuk membasuh dirinya.
Tiwi membuka lemari pakaian Melody. Dia mengambil celana jeans dan turtleneck, sebuah baju berkerah tinggi yang bisa menutupi leher. Dia juga tak lupa mengambil jaket kulit berwarna hitam yang cukup tebal untuk melindungi tubuh Melody dari hawa dingin.
Beberapa menit kemudian pun telah berlalu, semua yang dipilihkan Tiwi sudah melekat di tubuh Melody. Terlihat sederhana, namun sangat cocok untuk Melody, dan dia terlihat sangat cantik.
"Nyonya, biarkan rambut anda tergerai!" perintah Tiwi. Dia mengambil sisir dan membantu merapikan rambut panjang Melody. "Ini terlihat sangat cantik," pujinya. Dia tersenyum, senyuman yang sangat jarang dilihat oleh Melody.
"Baiklah, Tiwi," balas Melody.
Mereka berdua berjalan ke arah depan di mana di sana Lilyana sudah duduk dan sudah bersiap untuk pergi.
"Sudah siap?" tanya Lilyana. Dia tersenyum hangat menatap Melody.
"Sudah, Nyonya. Maaf, saya terlalu lama," ucap Melody.
"Tidak apa-apa," balas Lilyana. "Tunggulah sebentar lagi, Clodan dan Kaylee belum turun," ucapnya lagi.
Melody melihat ke arah tangga, di mana kamar Clodan berada, kamar yang menjadi tempat tidurnya juga sedari dia masuk ke dalam rumah itu. Dia juga tak lama mendapati Clodan menuruni tangga dengan menggandeng tangan Kaylee, dan lagi-lagi mereka terlihat sangat serasi.
"Itu mereka!" ucap Liliyana dengan senang.
"Mom," panggil Clodan. Tatapannya seakan bertanya untuk apa Melody berada di sana.
"Mommy akan membawa Melody," ucap Lilyana.
Clodan hanya menganggukan kepalanya, sedangkan Kaylee terlihat terperangah melihat Melody.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Suamiku
General FictionCLODAN MARVIN, dipertemukan kembali dengan cinta masalalunya yang telah meninggalkan luka terdalam untuknya. Dia memutuskan untuk menikahinya dan membalaskan rasa sakitnya kepada wanita yang telah meninggalkannya itu.