Ini adalah cerita Clodan dan Melody, ibu dan ayah Claudine dari cerita 'MISS CLAUDINE' cerita ini sudah tamat namun diunpublish dikarenakan kena plagiat. Aku publish lagi sekarang, semoga aman ya, dan kalian bisa menikmati cerita ini.
Vote dan komenannya jangan lupa, ya. Salam sayang dari liyah🥰
Note: Penulis amatir bukan penulis profesional. Aku hanya ingin mengungkapkan ideku lewat tulisan.
Happy Reading.....
******
Berlin, Jerman.
Derap langkah kaki terdengar memasuki rumah mewah berhalaman luas setelah pelayan laki-laki membuka dan mempersilahkannya untuk masuk. Mantel tebal yang dipakainya segera diambil alih oleh pelayan itu begitupun dengan tas kerjanya.
"Selamat datang Tuan," ucap seorang kepala pelayan. Dia menyambut dan menghampiri Clodan dari arah dapur. "Bagaimana perjalanan anda? Apakah berjalan dengan baik?" tanya si kepala pelaya itu.
"Ya, semuanya berjalan dengan baik, sesuai harapan," jawab Clodan. "Di mana dia? Sambungnya bertanya. Matanya melihat ke arah tangga dan tak mendapati wanita yang biasanya akan turun saat mendengar kepulangannya.
"Nyonya berada di taman, Tuan," jawab kepala pelayan.
"Baiklah, biarkan saja," balas Clodan, lalu setelah itu dia pun melangkah pergi menaiki tangga. Dia masuk kedalam kamar, membuka sepatu dan dasinya, lantas mendudukan dirinya di atas ranjang. Bau harum khas wanita menghampiri hidungnya, membuat lelahnya seakan berkurang. Namun, dia membenci akan hal itu.
"menyebalkan," ucapnya, mendengkus kesal.
Clodan berdiri dari duduknya dan melihat kearah dinding kaca kamar yang menghadap ke arah balkon, sehingga memperlihatkan keadaan di luar sana, dimana salju masih berjatuhan. Tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu, Clodan keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga. Dia keluar dari pintu depan dan berjalan di sepanjang sisi rumah yang teduh, terhindar dari jatuhnya salju.
Saat ini Clodan sudah berada di halaman belakang rumahnya, dimana terdapat taman yang begitu luas dengan memperlihatkan berbagai tanaman bunga yang saat ini telah memutih, tertutup salju.
"Dia hanya memakai baju kurang bahan di cuaca seperti ini," guman Clodan. Nada bicaranya terdengar kesal.
Kembali, Clodan kembali memutar tubuhnya dan berjalan memasuki rumah dan kini mendudukkan tubuhnya di sofa, dengan kedua tangan menyilang di belakang kepala, lalu perlahan matanya tertutup rapat.
"Tiwi!" Clodan memanggil kepala pelayan, masih tetap dengan keadaan semula, hingga tak lama Tiwi sang kepala pelayan datang menghampirinya.
"Ambilkan dia mantel! Aku tidak ingin dia mati hanya karena kedinginan," ucapnya, memberi titah kepada kepala pelayannya.
"Baik Tuan," balas Tiwi, tahu betul maksud Clodan.
Membiarkan Tiwi mengurus wanita yang selalu membuat hatinya berdenyut sakit itu, Clodan tetap memejamkan matanya hingga perlahan rasa kantuk menyerbu dirinya.
Perjalanan dari Jepang selama dua minggu membuat tubuhnya terasa lelah, dan dia berencana dua hari kedepan untuk tetap berada di rumah, setelah tadi memberikan beberapa titah kepada sekretarisnya dan asisten pribadinya untuk mengambil alih pekerjaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Suamiku
Художественная прозаCLODAN MARVIN, dipertemukan kembali dengan cinta masalalunya yang telah meninggalkan luka terdalam untuknya. Dia memutuskan untuk menikahinya dan membalaskan rasa sakitnya kepada wanita yang telah meninggalkannya itu.