😊 Senyum Tulus Cempaka 😊

62 11 4
                                    

Cerpen : Senyum Tulus Cempaka
Karya : Firda Sunanti
Akun wp : Sunanti06

______________________________________________

Terlihat seorang pemuda berjalan menyusuri koridor Universitas Pujiani Semarang.

Mata para kaum hawa tak bisa beralih dari objek yang lain selain si pemuda berkacamata itu.

"Hey, bukankah dia alumni Universitas disini yang memiliki otak jenius?" Gumam gadis yang sedang berada di bawah pohon mangga.

Temannya yang juga sedang duduk di sampingnya mengangguk semangat.

"Iya. Dia Kak Rendra Praga. Kamu tau? Orang seperti dia itu banyak yang suka! Apalagi aku!" Setelah mengatakan itu, dia menepuk dadanya bangga.

"Hush! Jangan ngimpi ketinggian. Mana mau Kak Rendra sama kamu. Ceroboh"

"Kalau udah jodoh, kamu mau apa hayo?" Perempuan yang sedang memakan permen karet itu menunjuk temannya dengan ujung ranting.

"Mau gue tikung!"

Tiba-tiba datang seorang perempuan yang memiliki lesung pipi di pipi kirinya menyela sambil mendudukkan dirinya di antara kedua temanya.

"Ini lagi satu. Nggak usah  pakek bahasa gaul kenapa? Nggak terbiasa"

"Itu kan, elo. Bukan gue" Belanya.

"Udah deh. Cempaka tadi dari mana? Kok nggak kelihatan pas pelajaran selesai?" Tanya perempuan yang memakai kacamata.

Gadis yang bernama Cempaka itu hanya tersenyum tipis.

"Abis dari toilet kalik. Lihat tuh! Jilbabnya aja basah" Jawab perempuan yang memakan permen karet.

"Ini kesiram minumnya Kak Bima tadi" Jawab Cempaka dengan tangannya yang mengibas ujung jilbabnya. "Tumben nggak ke kantin fakultas?  Biasanya antre number one"

"Kok bisa kena tumpahan minumnya kak Bima? Iihh harusnya kamu tuh minta foto atau apalah gitu. Tau sendiri kan kalau Kak Bima tampannya pakek ban_"

"Ayok kita ke kantin sekarang aja! Takutnya nanti tambah ramai"

Omongan perempuan yang sedang mengunyah permen karet terhenti karena Cempaka yang tiba-tiba menarik paksa kedua sahabatnya menuju kantin fakultas.

***

"Dini! Aku titip salam buat ponakan kamu, ya!"

"Apa? Nggak kedengeran! Ka! Rere tadi bilang apa?!"

Cempaka yang akan mengancingkan pengait helm-nya memutar bola matanya malas.

"Kebiasaan! Kalau kagak denger tuh helm mending di lepas dulu aja deh!"

Dini menurut. Setelah helm-nya terlepas, dia menengokkan kepalanya ke arah Rere. Oh Sial! Rere malah sudah ngacir duluan pakek motornya.

Dini berdecak kesal. "Tuh temen kamu pinter tapi kok ya gimana, gitu"

Cempaka menghela nafasnya lelah.

"Temen kamu juga kalik!"

"Heh! Aku udah nggak pekek helm nih. Nggak usah treak-treak bisa nggak?"

"Hmm"

Dini memasang helm-nya lagi sebelum akhirnya melesat menuju kediamannya dan Cempaka yang kebetulan masih satu komplek.

Waktu di lampu merah, mata Cempaka tak sengaja bertemu pandang dengan lelaki berkacamata menaiki motor matic merk vario itu.

Poninya yang panjang hampir saja menutupi mata yang terlindung dari kaca kotak yang membingkainya.

Keduanya yang sudah sama-sama menyadari tatapannya, berbarengan mengalihkan pandangan kesamping.

Liburan BerkaryaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang