Naruto tersentak kaget dan nyaris menjatuhkan ponsel dalam genggamannya kala tawa nyaring anak didiknya memenuhi sudut ruang tamu rumahnya. Lantas fokusnya kini terarah pada anak didiknya yang tengah bermain. Mengabaikan layar ponselnya yang menampilakan tulisan game over disana. Mereka terlihat sangat menikmati permainan truth or dare yang mereka mainkan. Membongkar aib teman dan menjahili teman dengan tantangan aneh menundang tawa puas bagi yang melontarkan tatangan, juga jeritan frustasi dari sang korban.
Hari ini Naruto memang sengaja mengkosongkan jadwal bimbingan mereka seletah mendapat keluhan tentang betapa bosannya mereka belajar tiap hari, betapa menyebalkannya harus menghafal rumus atau tokoh bersejarah dan lain sebagainya. Sebagai seorang yang pernah berada di posisi mereka tentu Naruto sangat mengerti betapa melelahkannya semua itu. Sehingga dengan senang hati Naruto memutuskan untuk memberi mereka waktu untuk bersantai tanpa bimbingan.
Dan lihat hasilnya, voila....anak didiknya benar-benar tau bagaimana cara memanfaatkan waktu berharga tersebut. Mereka memanfaatkan waktu dengan bersenang-senang bersama, meskipun sempat terjadi beberapa keributan kecil karena tidak ada yang mau mengalah atau karena tantangan/pertanyaan yang melewati batas. Naruto tertawa kecil melihat interaksi mereka. Sungguh....Naruto sekarang merindukan masa kanak-kanaknya.
Berniat mengenyahkan nostalgia masa kanak-kanaknya, Naruto berajak ke teras rumah yang kini terisi ibu-ibu yang memiliki hobi 'berdiskusi' urusan orang lain.
"Naru, ada apa di dalam?! Anak-anakmu itu heboh sekali"
"Kebiasaan. Kali ini apa lagi yang membuat mereka rusuh sampe teriak gak jelas?!"
"Bikin kaget orang lagi gibah aja. Kenapa?" Belum juga sempat mendudukkan diri, Naruto sudah ditodong pertanyaan oleh ibu-ibu disana. Raut ibu-ibu terlihat kesal, mungkin emang karena suara dari dalam yang terlalu keras sehingga mengagetkan ibu-ibu yang asik merumpi ria. Ibu-ibu itu sangat tidak suka acara merumpinya diganggu, apalagi kalo topik 'diskusi' mereka sedang hangat-hangatnya.
"Hanya memainkan permainan yang seru." Jawab Naruto mencari posisi nyaman untuk duduk. Mana tau ia bisa mendapat gosip-gosip terbaru untuk dijadikan ide buat membuat karya tulis.
Mengabaikan jawaban Naruto, ibu-ibu disana kembali menggosipkan segala macam hal yang sejujurnya lumayan seru untuk Naruto dengar. Untuk waktu yang lama Naruto masih mendengarkan sambil sesekali sibuk pada ponselnya guna membalas pesan yang mampir dengan tenang, hingga topik pembahasan ibu-ibu meyangkut sang duda tetangganya membuat dia sedikit tidak nyaman.
"Shttt...denger-denger ni, Sasuke menggadai rumah pemberian keluarganya yang dia tempati sekarang." kata salah satu ibu-ibu sedikit berbisik, namun masih mampu terdengar jelas di telinga yang lain.
"Lah, iya bener! Malah suamiku sendiri yang bilang. Kemaren, sekitar 4 hari yang lalu pegawai pegadaian cari-cari alamat itu rumah. Katanya emang bener mau digadai gitu"
"O...pantes. Aku liat di status facebook temennya posting gambar duit banyak. Bergepok-gepok. Jadi itu hasil dari gadai rumah?! Terus sekarang kan rumah itu rame terus ama temen-temennya yang gak bener dan tidak tau aturan itu." Ibu-ibu lantas menganggukkan kepala menyetujui pendapat yang terlontar sambil menoleh ke rumah samping yang memang 2 hari ini terlihat ramai karena teman Sasuke yang berkunjung.
"Dengerin ya, paling juga mereka sedang pesta-pesta. Sasuke kan lagi banyak duit. Dia juga suka berfoya-foya. Mungkin saja mereka sedang pesta miras. Soalnya nih....Uh...kalo malem, beuh...motor keluar-masuk, udah kaya di jalan raya, ramainya. Emang gak ada yang bener noh Sasuke ama temennya" Ini Kushina sebagai tetangga terdekatnya berkomentar.
Naruto jadi semakin tidak nyaman. Dia menyesalkan jika semua omongan ibu-ibu itu benar. Dia sadar dengan jelas ada suatu kejanggalan terjadi pada tetangganya setelah malam itu, hingga tiba-tiba rumah pemuda itu sering dikunjungi teman-teman yang menemaninya kala ia hancur saat itu. Atau jangan-jangan....
KAMU SEDANG MEMBACA
RECYCLE
Non-FictionSasuke pria duda dengan banyak kesalahan di masa mudanya. Kedua istrinya meninggalkan Sasuke dalam tangis penyesalan.