11

388 54 11
                                    

Naruto tengah merenung di taman belakang seorang diri. Menenagkan perasaannya yang sedang kacau karena kesedihan dan kekecewaan yang dia terima. Pagi tadi dia masih memiliki kepercayaan diri untuk membuat kekacauan di rumahnya dengan menyinggung kehamilan sang kakak dan juga ayah dari bayi dalam kandungan tersebut.

Naruto bahkan dengan gamblang meminta izin pada sang ayah untuk menikah dengan Sasuke, seolah dia tidak mengetahui apapun. Tapi memang benar kan dia tidak tau apapun?! Keluarganya bahkan tidak memberi tau apapun padanya dan memilih menyembunyikan hal besar seperti ini. Naruto sudah merasa seperti bukan bagian dari keluarga ini lagi. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan hanya peduli putri sulung mereka. Terlebih ayahnya, dia bahkan melibatkan orang lain dan meminta pertanggung jawaban atas kesalahan   yang putri kesayangannya lakukan.

Naruto merasa lebih baik ketika orang tuanya tidak pernah menanyakan kabarnya atau memberi kabar tentang apapun yang terjadi pada mereka. Namun, saat orang tuanya sudah melibatkan orang lain untuk menutupi aib keluarganya, Naruto merasa buruk karena meski hidup di tengah-tengah orang egois seperti mereka, dia tidak bisa menghentikan perbuatan mereka.

Namun, kali ini dia tidak akan diam. Dia akan egois dan memperjuangkan perasaannya. Itu yang dia rencanakan  saat kepulangannya, sebelum tadi, harapan itu dipatahkan oleh seseorang yang dia perjuangkan. Dalam kekacauan tadi, Naruto terlibat pertengkaran dengan ayahnya. Minato berseru lantang betapa lancang dan kurang ajarnya Naruto mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain. Naruto masih bisa berkelit dan membela diri dari cercaan sang ayah. Namun saat Sasuke mengatakan bahwa dirinya bersedia menikahi Naruko dengan tulus dan akan membina keluarga bahagia bersama sang kakak, Naruto lantas terdiam dengan hati hancur dan tatapan kosong.

Naruto yang sebelumnya memiliki kepercayaan diri bahwa semua akan baik-baik saja harus kecewa saat perjuangan yang selama ini dia lakukan hanya dianggap kesalahan oleh orang bersangkutan. Dia mengaku salah karena pergi tanpa kabar, namun itu bukan berarti dia benar-benar meninggalkan ataupun menghindari perasaan Sasuke seperti yang orang itu tuduhkan. Hati Naruto sakit kala Sasuke terang-terangan memilih kakaknya di depan semua orang dirumahnya.

Naruto mulai terisak di taman belakang. Beruntungnya tidak ada yang tau  dia sedang menangisi kisah cinta pertamanya yang kandas. Lagi-lagi dia kalah dari sang kakak, bahkan ini menyangkut perasaannya. Apakah dia memang ditakdirkan untuk selalu kalah dari kakaknya?!

Dari dulu Naruto selalu berada di belakang kakaknya dan hanya mampu memandang punggung kokoh itu. Setiap langkah yang dia pijakkan tak mampu membuatnya berdiri di samping gadis yang selalu disanjung semua orang tersebut. Saat Naruto memilih berlari, bahkan itu terasa lebih buruk, karena dia sering tersandung dan terjatuh, namun tak ada seorangpun yang peduli padanya. Tak ada yang membantunya kembali bangkit berdiri. Sang kakakpun tak pernah menoleh ke belakang, dia hanya fokus untuk terus melangkah. Naruto akan tertatih-tatih berusaha bangkit dan menyembuhkan luka seorang diri. Begitu keras usahanya, apa itu masih belum cukup?? Harus berapa lama lagi dia harus bertahan dan berusaha keras?! Apakah lebih baik dia menyerah setelah berusaha sejauh ini?!

Naruto tak mengerti. Apa yang harus dia lakukan setelah ini?! Alasannya kembali telah memilih tempatnya untuk pulang. Alasan dia berjuang justru menkatuhkannya hingga hancur berkeping-keping. Mungkin Naruto memilih kembali menjauh setelah ini. Jika memang Sasuke telah memilih kakaknya, maka dia harus rela melepasnya. Dengan menjauh dari kediaman ini, mungkin bisa memperbaiki hatinya. Naruto telah memantapkan pilihan untuk pergi setelah pernikahan keduanya. Setidaknya keluarganya dan Sasuke akan melihat kehancurannya di depan mata mereka. Dan Naruto akan mengingat bagaimana ekspresi bahagia orang-orang yang dia sayangi di tengah kepahitan yang dia rasa. Dan mengingatkan Naruto bahwa sekuat apapun dia berjuang, dilain hari dia akan menyadari bahwa lebih baik dari awal dia tidak mencoba menjangkau sang kakak.

             *******************

"Sasuke-nii??"

"Aku akan menikahimu, Ruko!" ujar Sasuke dingin. Dia cukup tau bahwa calon istrinya meminta penjelasan megenai apa yang dia ucapkan dihadapan banyak orang tadi.

"T-tapi kenapa?!" Naruko bertanya dengan suara lirih. Dia sedikit banyak merasa takut karena aura dingin yang dikeluarkan Sasuke.

Dan lagi, keputusan Sasuke tadi pagi membuatnya terkejut. Karena meski telah melalui waktu bersama cukup lama, Sasuke masihlah seorang yang tak mau membuka hati untuknya. Tapi tadi, dihadapan adiknya, Sasuke justru berkata dia menerima pernikahan ini dengan tulus. Tentu saja tindakan Sasuke tadi menimbulkan pertanyaan dalam benaknya.

"Menurutmu apalagi?! TANGGUNG JAWAB kan?!" Sasuke sengaja menekankan kata 'tanggung jawab', bermaksud menyindir wanita tersebut.

Langsung saja Naruko tak mampu berkata. Dia mulai berkaca karena melibatkan Sasuke dalam masalahnya. Setelah berbulan-bulan bersama Sasuke, Naruko merasakan perasaan asing yang menyenangkan. Perhatian dan tutur kata Sasuke mampu membuat Naruko jatuh pada sosok itu. Sasuke berbeda dari yang sering ayah dan ibunya keluhkan atau yang orang lain bicarakan. Sasuke itu pria lembut dan perhatian, apalagi jika berhadapan dengan sang putra. Dia akan menjelma menjadi sosok ayah dan suami idaman yang mempesona.

"Tidak mungkin. Kau melakukan ini demi Naru kan??" tanya Naruko lirih. Dia tidak begitu saja percaya jika Sasuke melakukan semua ini hanya untuk tanggung jawab. Pasti ayahnya telah mengancam dan memberikan pilihan yang sulit hingga pria ini tak ada pilihan selain bertanggung jawab atas apa yang tidak dia lakukan.

Sasuke terkekeh miris. "Kau jelas tau itu. Naruto dan Ryuusuke adalah alasanku. Jika bisa, aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersama mereka. Tapi ayahmu..." Sasuke menatap Naruko dengan pandangan permohonan yang tak Naruko mengerti. "Melawan Minato aku sanggup, dan hanya dengan ini mereka berdua akan baik-baik saja". Sasuke tak mengerti bagaimana bisa ada ayah sekejam Minato. Ah iya, keluarganya sendiri juga sama kejamnya dengan Minato.

"Pergilah, Naruko!! Kau sudah tau alasanku bertindak sejauh ini bukan?!". Sasuke memang berniat mengusir Naruko dari kamarnya. Dia butuh ketenangan saat ini.

"Cintamu terbalas. Tapi maaf... aku tak akan mengalah pada adikku." balas Naruko sebelum meninggalkan kamar Sasuke. Dia pergi dengan tekad di hati untuk mempertahankan pria itu agar tetap di sampingnya.

Sasuke merebahkan tubuhnya pada ranjang memeluk Ryuusuke yang tengah tertidur, berharap rasa lelahnya hari ini lekas menghilang. "Sayang, ayah telah menyakiti seseorang yang ayah cintai. Dia mungkin saja kembali pergi. Apakah ayah bisa membawanya kembali saat waktu itu tiba?". Kekhawatiran tidak bisa melihat senyum tulus dari Naruto adalah hal yang Sasuke takutkan. "Teruslah bersama ayah dan jadi kekuatan ayah, sayang...". Dia menyempatkan diri mengecup putranya sebelum memejamkan matanya untu tertidur.

Tbc...

RECYCLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang