part 6

1K 128 27
                                    

"call me baby"

Dering ponsel itu berbunyi, membuat si empunya ponsel dibuat terhenyak seketika. Terlebih lagi tatapan nanar oleh dua orang yang ada di ruang yang sama. Yerim mendecak kesal, terpaksa wajahnya ia hadapkan pada dua orang itu. Yerim melihat Joohyun yang menghampirinya dengan wajah merah padam. Dimata Yerim, wajah Bae Star sudah seperti kepiting rebus atau mungkin seperti api yang telinganya mengeluarkan asap tebal. Terjadi kebakaran diwajah dan di hati Joohyun. Yerim pasrah menghadapi ibunya ini.

"Apa yang kau lakukan disini?" nampaknya Joohyun benar-benar siap menelan Yerim hidup-hidup.

"i..iitu" Yerim tergagap tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku sudah benar-benar muak denganmu. Bagaimana kau tahu password pintu apartemenku?". Apa kau mencuri sesuatu? Perlihatkan tanganmu!" Joohyun menggeledah tangan Yerim. Juga menggeledah kantong baju Yerim.

"Joohyun Noona, bersikap santailah padanya. Ia hanya anak kecil" Jika bukan karena perkataan Suho, pasti Joohyun masih menggeledah Yerim.

"pergilah sebelum aku panggil polisi. Pergilah!" Joohyun mendorong tubuh Yerim keluar dari apartemennya.

"Ya.. jangan mendesakku" Yerim berusaha melepaskan cengkraman tangan Joohyun pada lengannya.

"Ya,bocah. Kalau melibatkan polisi urusannya akan menjadi kacau. Dan Noona, bersikap santailah pada anak kecil" Yerim menoleh mematap Suho dengan tatapan yang dipenuhi bara api. "Aku bukan anak kecil" tubuhnya didorong oleh Joohyun hingga ia keluar dari apartemen itu. saat melihat punggung Yerim yang keluar dari apartemennya, wajah Joohyun berubah sendu. Sebenarnya ia tidak tega berlaku begitu kasar pada Yerim. Tapi apa boleh buat. Ini jalan satu-satunya yang bisa ia tempuh, Joohyun yakin Yerim akan mengerti.

Disisi lain, Yerim merenung didepan pintu apartemen Joohyun. Ibunya begitu kejam terhadap dirinya. ibu mana yang tega mengusir anaknya sendiri dan memilih bersama pacar brondongnya itu. ia terlihat sangat menyedihkan terlebih lagi ia tidak mengenakan alas kaki apapun.

"Yerim-ma. Apa yang kau lakukan disitu" Heechul berdiri cukup jauh dari Yerim yang termenung didepan pintu apartemen Joohyun, memperhatikan wajah remaja itu yang penuh dengan raut kesedihan dan kekecewaan.

"Yerim-ma, apa yang terjadi?"

Aahhh.... Yerim menghela napas berat mendapati Heechul disana, ia segera melarikan diri masuk kedalam apartemennya.

"Ya,,.. Bae Yerim!"

.

.

.

Pelarian dan juga pelampiasan amarah bagi Yerim adalah bermain tenis. Dan disinilah ia sekarang, dilapangan tenis dekat apartemen berlatih seorang diri. Keringatnya bercucuran memukul bola tenis dengan racketnya. Kakinya lincah berlari ke sisi kiri dan kanan mengejar bola. Hanya ada Yerim, racket tenis dan bola tenis. Bersatu padu membunuh amarah, kecewa, kesedihan dalam dada yang menyesakkan. Yerim terus memukul bola yang mengarah padanya sekuat tenaga.

"Waahhh, Bae Yerim, kau sangat hebat. kau jadi lebih baik dari kali terakhir aku melihatmu main tenis. Tapi bagaimana kau bisa berkembang seperti ini dengan berlatih seorang diri?" Heechul pada sisi lapangan memperhatikan Yerim.

"sampai saat ini, Aku sudah melakukan semuanya sendirian. Semuanya aku lakukan sendiri". Yerim menjawab Heechul masih dengan memuluk bola tenis yang datang. Mendengar jawaban Yerim, Heechul menatap iba remaja itu. Remaja yang tumbuh tanpa kasih sayang yang lengkap dari kedua orang tuanya. Tentang appanya siapa saja, Yerim tidak mengetahuinya. Ahh bodo amat, yang penting ia masih memiliki Halmonie yang sayang dan peduli padanya.

eomma (complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang