#15

1.1K 198 49
                                    

Jungwoo sudah berderai air mata sejak Lucas menyeretnya keluar dari ruangan klub Taeyong yang sepi, sang senior bahkan tidak peduli ketika para siswa menatap mereka bermacam-macam, dari bertanya-tanya hingga iba pada si pemuda yang tengah diseret itu. Namun semua yang melihat tak satupun terlihat ingin menolong, Jungwoo bahkan menatap satu persatu-satu berharap ada seseorang yang akan menolongnya namun mereka hanya melihat iba tanpa berniat membantu.

Lapangan sepak bola mendadak hening ketika kapten tiba sembari menyeret Jungwoo. Pemuda bertubuh tinggi besar ini menoleh pada si empunya tangan yang gemetar, mata bak rajawalinya yang dingin menangkap Jungwoo menangis tanpa suara, paras manisnya menunjukan sebuah trauma yang kentara di sana. Lucas menarik tangan itu, membuat tubuh gemetar itu lebih dekat dengannya lalu mencengkram wajah lembut dengan belah bibir yang menahan isakan agar tidak lolos itu. "Kau ingin keluar dari klubku, apakah itu benar?" Tanyanya.

Suara dalam itu selalu menakuti Jungwoo, suara dalam bak menggeram itu adalah indikasi hal buruk akan terjadi.

Jungwoo menggeleng segera, menunduk setelah menjawab senior sekaligus kapten itu dengan gestur lalu menggigit bibir bawahnya keras-keras karena tak ingin meloloskan isakan menyedihkan di depan semuanya.

"Maka jelaskan, jelaskan apa yang dimaksud Taeyong dan si brengsek Jaehyun? Kau mengadu pada mereka, huh?!" Tangan besar yang ringan dalam melukai itu tertahan diudara ketika Jungwoo meloloskan erangan ketakutannya sembari meringkuk dengan kedua tangan yang reflek melindungi tubuhnya.

Lucas mendengus keras bak banteng matador, ia menurunkan tangannya. Tangis Jungwoo seolah mengisi keheningan, mata bak rajawalinya mengedar pada seluruh anggota yang kini tengah melihat mereka. "Dengarkan kapten kalian baik-baik, kita tidak bergaul dengan phoenix dan siapapun yang memiliki hubungan dengan phoenix," Katanya dengan lantang memperingati semua orang. "Jika aku melihat atau mendengar salah satu anggotaku melanggar larangan dariku, siapapun itu akan berakhir seperti anak ini."

Jungwoo berjuang mati-matian agar Lucas melepaskan pergelangan tangannya, seniornya itu kini menyeretnya kembali, menjauh dari lapangan. Ia menangis sejadi-jadinya ketika mustahil baginya menghentikan sang senior, Lucas menghempaskannya begitu sampai pada gudang penyimpanan, paras itu begitu bengis menatapnya.

Jungwoo mundur begitu Lucas mendekatinya, matanya terbelalak dan ia berakhir terjatuh dengan bokong mendarat terlebih dahulu. "Lepaskan celanamu." Titah Lucas dan Jungwoo jelas saja menggeleng keras.

Air mata Jungwoo kembali berderai ketika sang senior mengeluarkan kemaluannya lalu mengocoknya di depannya. "Aku bilang lepaskan celanamu!" Teriaknya murka.

"Ti-tidak, senior a-aku mohon, aku mohon maafkan aku..." Lirih Jungwoo meminta pengampunan dari Lucas.

Lucas merundukan tubuh tegapnya, menarik dagu juniornya agar si empunya menatapnya. "Jawab aku, apakah kau mengadu?" Tanyanya.

Bibir ranum Jungwoo bergetar, rasanya ia kelu untuk menjawab Lucas. "Jangan sampai aku mengatakannya sekali lagi." Lucas mengancam.

Jungwoo tersentak, maka ia berusaha keras untuk mengeluarkan suaranya. "Aku, a-aku tidak mengadu, aku bersumpah senior, aku tidak mengadu." Jawabnya dengan jujur.

Lucas berdecih. "Lalu darimana mereka tahu? Jangan berbohong padaku Kim Jungwoo." Ancamnya.

Jungwoo menggeleng heboh. Tentu saja ia tidak berbohong, ia tak pernah mengatakan apapun yang pernah dilakukan Lucas padanya bahkan pada ibu dan ayahnya karena ia takut akan hal seperti ini, ia mewaspadai akan kemurkaan senior dan kaptennya ini. Terlalu takut tepatnya, takut jika apa yang ia katakan tak dapat membantunya sama sekali bahkan mungkin akan memperparah.

When Jungwoo Cry  [LUWOO/CASWOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang