Jungwoo menunduk saat sang senior melintasinya, tubuhnya gemetaran saat tahu Lucas berada satu lapangan; lebih tepatnya sengaja berdiri di sampingnya. Ia ingin kabur.
Jungwoo tersentak merasakan tangan seseorang berada di bokongnya, dengan gerakan tersendat ia menoleh untuk melihat tangan siapakah itu. Tolong, kumohon jangan lagi. Rintih Jungwoo dalam hatinya saat mengetahui tangan milik siapa itu.
Jungwoo menggigit bibirnya, ia tak bisa bergerak untuk menjauh entah karena perasaan takut luar biasa sehingga ia sampai tak bisa bergerak sesenti pun.
"Hei," Sapanya dengan suara rendah yang semakin memperburuk rasa takut Jungwoo. "Masih tertarik dengan formulir?"
Jungwoo menggigil kembali mengingat kejadian tempo hari, lututnya melemas dan air mata tak terbendungkan lagi. "T-tidak hiks..." Jawabnya dengan satu isakan lolos.
"A-ah!" Erang Jungwoo saat tangan itu meremas kuat bongkahan pantatnya.
"Lihat aku." Perintahnya.
Jungwoo menurut, mendongak menatap Lucas. Orang yang ditatap tak berekspresi sama sekali. "Ku-kumohon..." Lirih Jungwoo, bibir merah muda itu bergetar memohon agar Lucas tak melakukan apapun padanya.
"Fuck!"
Jungwoo semakin menggigil mendengar umpatan kasar Lucas. Lucas menariknya keluar dari lapangan tanpa peduli Jungwoo menangis begitu ketakutan, membawanya pergi ke toilet dan masuk di salah satu biliknya.
Lucas menghempaskan tubuh menggigil Jungwoo pada dinding, menindihnya dan meletakan dagunya di bahu bergetar Jungwoo.
"Hhh... Hah..."
Lucas memejamkan matanya menikmati deru nafas hangat Jungwoo dan tubuh menggigil ketakutannya. Perlahan benda di antara kakinya bangun, membesar dan membesar membuat Jungwoo terbelalak terkejut merasakan benda itu bergesekan dengan miliknya.
"Tidak..." Gumamnya disela lelehan hebat matanya.
Tidak nyaman, itulah yang Jungwoo rasakan. Benda itu keras sekeras kayu dan kini tangis Jungwoo tak lagi mengeluarkan suara, tatapan kosong dengan lelehan yang terus mengalir, tak sanggup lagi melawan karena ia sudah sangat ketakutan.
Lucas menangkup wajah Jungwoo, menatapnya begitu terpesona. Terpesona pada betapa malangnya ia terlihat sekarang. Menyingkap poni manis yang menutup keningnya Lucas membelai wajah bak porselen terawat itu.
"Bagaimana bisa seindah ini?" Gumamnya.
Jungwoo membelalakan matanya saat Lucas bergerak mengecupi pipinya, tak peduli air mata yang terus mengalir mengecap asin diindra perasanya, bahkan Lucas menghisap pipi Jungwoo.
Semakin gila terlihat saat Lucas menjulurkan lidahnya, menyapu air mata itu sampai pada tempatnya. Reflek kelopak mata Jungwoo mengatup saat lidah itu menyapunya.
"Aku bisa gila!" Gerutunya.
Lucas meraih tulang pipinya, meremas wajah manis Jungwoo lalu berakhir mencium bibir yang bergetar itu. Kasar dan menuntut, lumatan dan hisapan pada bibirnya hingga mengeksploitasi mulutnya. Jungwoo tak bisa menerima ini, semua terasa asing, menakutkan.
Jungwoo akhirnya menyadari guna tangannya yang menggantung bebas saat dirasa ia akan mati kehabisan udara. Ia memukuli Lucas, pukulan itu tak ada apa-apanya namun ia tetap mencoba agar orang gila ini melepaskannya.
Lucas melepaskan bibirnya namun ia menahan bahu Jungwoo, mendorong dengan cepat bahu lemah itu agar Jungwoo berlutut. Menarik wajah manis itu untuk mendongak, menyeringai saat melihat si pemilik wajah manis itu membuka mulutnya untuk membantu sistemnya meraup udara seolah tak cukup dengan dua lubang mungil dihidung bengir itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
When Jungwoo Cry [LUWOO/CASWOO]
FanfictionJungwoo terlalu cengeng sehingga menarik perhatian Lucas dan fetish-nya. [!]WARN : Typo(s), BoyxBoy, Boyslove, BL, Homo, Gay, Yaoi, explicit, bullying, submissive Jungwoo! Mengandung pelecehan dan bully terhadap baby uwu! Bijaklah dalam membaca! Sta...