#16

1.1K 210 57
                                    

Jungwoo menggigil di tempatnya, berlutut dengan tangan menumpu di atas pahanya dan mata yang terbelalak menatap pada sepatu milik senior yang kini berada tepat di depannya. Apa yang akan ia lakukan? Melakukan apa yang sang senior perintahkan atau dipukuli lalu dipaksa melakukan perintah itu? Tidak ada pilihan baik untuk dirinya pilih namun pilihan pertama mungkin sedikit lebih baik daripada dipukuli dan dipaksa seperti tempo hari lalu.

Jungwoo perlahan mendongak, ia tak dapat tegar ketika dihadapkan dengan Lucas dan segala keasingan seniornya itu. Jungwoo tak dapat menahan air matanya, semua meluncur bebas lalu setelah itu disusul rengekan ketika dirinya mulai menggerakan tubuh menggigilnya. Ia mengerang setelah berhasil menegakan tubuhnya dan bertumpu pada kedua lututnya, hanya beberapa senti lagi ia akan bersentuhan dengan kelamin ereksi yang mengerikan itu.

Lucas menyeringai, ia menurunkan tangan yang tengah menggenggam miliknya itu, membiarkan Jungwoo mengamati penisnya dan terbiasa. "Hanya hisapan dan belaian, itu cukup mudah kan untuk membuktikan bahwa kau jujur pada kaptenmu ini?" Jemari panjangnya membelai wajah manis Jungwoo, membawanya untuk mendongak dan menatapnya.

"Kau sangat indah." Pujinya setelah menghapus aliran air mata dipipi menggemaskan dengan tangis yang ditahan mati-matian dan tubuh menggigil itu.

"Se-senior..." panggil Jungwoo teramat lirih, ia membuat jejak aliran air mata yang sempat dihapus Lucas kembali lagi, berharap sang senior simpati dan mengurungkan keinginannya.

"Hm? Jika berbicara kau harus lebih keras, bagaimana kau akan membuat tim di lapangan mendengarmu jika suaramu sangat halus?" Tanya Lucas mengomentari suara teramat lembut milik Jungwoo.

"Aku, aku tidak berbohong..." Ujar Jungwoo tetap berharap Lucas mau mendengarkan dan membebaskannya.

"Maka buktikan."

Jungwoo tersentak ketika kepala penis Lucas menyentuh bibirnya. Kelopaknya tertutup erat namun kelopak serupa bunga itu tak dapat menghentikan air yang mengaliri pipinya ketika belah bibirnya perlahan terbuka, saat benda reproduksi milik Lucas mulai menjamah mulut itu, perut si empunya mulut terasa diaduk. Jungwoo tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan sehingga ia hanya diam dengan penis Lucas dimulutnya, bahkan benda itu tak sepenuhnya berada didalam sana.

Terdengar tawa berat Lucas mengalun, pemuda itu merasa teramat geli dan terhibur karena kepolosan juniornya itu. Lucas menarik keluar penisnya dari mulut Jungwoo dan setelah itu kelopak mata Jungwoo terbuka dengan reflek, menatap bak rajawali milik Lucas.

"Aku akan mengajarimu bagaimana melakukannya, kapten ini tidaklah jahat bukan?" Ucap Lucas.

Aliran dari matanya terhenti seketika, untuk sesaat Jungwoo pikir bahwa sang senior adalah orang yang cukup baik karena akan melepaskannya, namun ketika dua jari panjang sang senior tiba-tiba saja melesak masuk kedalam mulutnya, Jungwoo meralatnya. "Jilatlah seakan-akan kau tengah menikmati es krim di musim panas," Jemari itu bermain-main dengan lidah Jungwoo selagi tangannya yang lain menggenggam dan mulai meremas penis ereksinya.

"Hhh sial wajahmu benar-benar luar biasa!" Umpat Lucas disela aktifitas mengajari juniornya itu.

Lucas mengoral penisnya, dua jemari didalam mulut hangat Jungwoo pun bergerak seirama dengan oral yang ia lakukan. "Lalu gerakan seperti ini setelah kau memasukkannya," Lucas mengeluarkan jarinya dari dalam mulut Jungwoo, menyempatkan untuk menyentuh bibir ranum itu sebelum memsukannya kembali. "Dan masukan seluruh penis hingga ketenggorokan lalu ulangi gerakan tadi hingga..."

Jemari Lucas bersarang dimulut Jungwoo tanpa melakukan gerakan-gerakan lagi, raut tegas itu terlihat mengerut dan tak lama setelah itu desahan berat terhembus dari belah bibir tebalnya. Lucas menyeringai. "Dan kau dapatkan keberhasilan ketika penis menyemprotkan mani kedalam mulutmu." Lanjutnya sembari menunjukan jemarinya yang sekarang berlumuran cairan lengket.

When Jungwoo Cry  [LUWOO/CASWOO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang