6- Bekal I

28 5 0
                                    

Pagi yang indah. Langit biru cerah dengan sedikit awan, Burung-burung berkicau ramai menyamai riuhnya ibu-ibu yang bergossip, serta sang Mentari yang senantiasa memancarkan sinar kuningnya.

Hoamm...

Gadis itu bangun dengan rambutnya yang acak-acakan. Matanya sayu menatap pemandangan kamar yang sama setiap harinya. Ia beranjak dari tempat tidur lalu menuju kamar mandi.

"Duh, gara-gara kemarin idung aku kesumbat." Keluhnya seraya menyalakan shower.

Terdiam, ia mengingat akan sesuatu. Sesuatu yang teramat penting. "SIAL. Aku belum siapin bekal buat Si Aksa." Gumamnya seraya meratakan busa sampo di rambutnya.

***

Naja menyambar seragamnya, dan segera ia memakainya tergesa-gesa. Sesekali ia melirik jam yang terus berjalan. "Tck, udah pukul 6.30, keburu gak, ya." Gumamnya.

Dengan cepat gadis itu berlari menuju ke arah dapur. Ia menghiraukan seragamnya yang basah sebab rambutnya yang belum kering.

Kedua tangannya bergerak cekatan membuka kulkas serta laci-laci dapur demi mempersingkat waktu. "Wortel, Brokoli, Tempe, Bakso. Ya Tuhan, bingung mau buat apa."

Naja menghela napas panjang dan segera memotong-motong bahan. "Au ah buatnya ngasal, semoga aja masih bisa dimakan."

***

Gerbang sekolah terbuka lebar menyajikan pemandangan siswa siswi yang sedang berjalan menuju kelas maupun pergi ke tempat lain. Tak sedikit guru yang sengaja berada di samping gerbang untuk menyambut para murid yang baru datang.

Tap. Tap. Tap.

Gadis itu berjalan mengendap setelah turun dari motor ojek. Ia nampak kerepotan. Semoga dia belum datang... Batin Naja cemas.

"Selamat pagi, Nak." Sahut salah satu guru pelan.

Ia menunduk. "Selamat Pagi juga, Bu." Balasnya kalem.

Naja mempercepat langkahnya, takut Azraf melihatnya. Kejadian kemarin sore masih membuatnya malu untuk bertatap muka langsung dengan pria itu.

"Naja!" Seru gadis lain dari kejauhan.

Naja menyepatkan mata memastikan. "Sukmaa!" Balasnya.
Ia berlari menuju Sahabatnya itu. "Suk, jangan sampe kak Azraf liat aku!"

"Hah, kenapa emang. Kamu ada masalah sama tuh senior?" Tanya Sukma sembari menggandeng tangan Naja.

"Ah, udahlah.. nanti aku jelasin. Sekarang tutupin aku."

Sukma menaikkan alis sebelah. "Lah, gimana caranya. Badanku kan kek biola, sedangkan kamu besar gitu, kek cello." Kelakarnya.

Naja melepas genggaman Sukma. "Hish. Yaudah, aku jalan sendiri-"

"Ehh. Enggak kok, bercandaa, hehehee.." Celetuk Sukma sambil menggaruk rambutnya. "Bdw, bawa apaan sih, berat banget keknya." Tambahnya.

"Gak berat kok. Aku bawa kotak makan double mulai sekarang." Jawab Naja.

"Double? Buat aku?" Tanya Sukma PD.

"Bukan." Balas Naja singkat.

"Terus buat siapa?" Tanya Sukma kedua kali. "Oh.. yang kemaren itu? Si Aksa?"

Naja mengangguk kecil bersama senyum manisnya.

"EH ADA AZRAF!" Celetuk Sukma membuat Naja takut.

"Mana-mana?!"

"Tapi bo'ong! HahAhahA!" Sukma berlari meninggalkan Naja yang geram.

Tck. "AWAS, YA KAMU!"

***

Bel sekolah tanda istirahat berbunyi. Banyak siswa berhamburan meninggalkan kelas mereka lalu menuju kantin. Seketika, bangku-bangku kantin yang tadinya kosong mulai dipadati para siswa yang kelaparan. Tidak sedikit dari mereka yang berdesak-desakan, hingga bertengkar merebutkan tempat duduk.

Disisi lain kelas yang ditempati Naja masih belum diberi waktu istirahat oleh Bu Ulfa. Guru Matematika itu sengaja menghukum siswa-nya karena mereka lalai dalam mengerjakan tugas.

"Biarin, Ibu gak mau ada anak didik ibu yang gak mau nurut sama Ibu." Kata Bu Ulfa sembari melipat tangan.

BRAK.

Seketika semua mata tertuju pada Rama yang berdiri dan menggebrak meja keras, tidak terkecuali dengan Naja.

"Bu, saya lapar. Bel udah bunyi, jadi Bu Ulfa pergi sana!" Perintah Rama.

Bu Ulfa hanya bisa berdecak kesal. Ia takut terjadi hal yang tidak-tidak. "Baik. Ibu akan pergi, tapi dengan syarat, kalian harus mengerjakan tugas yang ibu share di grup. Wassalam." Bu Ulfa angkat kaki keluar kelas.

Rrrtttt.
Rrrtttttt..

Mendadak ponsel semua siswa bergetar. Naja yang penasaran langsung memeriksa pesan yang masuk. "BUUUSEEETTTTT!!" Teriak Naja keras.

Semua mata siswa kini tertuju pada Naja. Sukma yang jelas mendengar langsung melontarkan pertanyaan. "Kenapa, Naj?"

"Cek ponsel kalian!" Bentak Naja.

Semua siswa dikelas langsung membuka ponsel mereka masing-masing bersama.

HAAAHHHHHH?!?!

Serempak mereka kaget dengan tugas yang dikirim oleh bu Ulfa. "Beneran tugas? 100 soal matematika?" Ucap salah satu siswa.

"Hashtag Mak Lampir meresahkan." Celetuk Siswa lain.

Seketika Naja menjadi badmood. "Cobaan apa lagi ini..." Gumamnya.

DOR!

"Hayo, kenapa Naja ngelamun!"

Tobecont.

Halo semwa yang baca
Lama gak ketemu~
Gimana rasanya ditinggal?
Pembaca bilang: "Gapapa kok, mending gaudah balik."

Puji Tuhan Alhamdulillah Saya udah sembuh><
Mau tau author sakit apa?
Rahasiaa!
Pembaca bilang: "Gak mau tau."

Hwehehe, yah masih miring.
Hwehehe, oke udah bener.

Btw makasih buat yang udah baca, vote, share.
Saya, Donat Gosong sangat berterimakasih dengan kalian semua.

Dadah..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BiscuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang