"Loh, Kak. Bukannya jalan rumah kita belok kanan tadi, ya?"
Azraf tersenyum seraya menaikkan kecepatan motor.
"Ih, Kak. Aku bukan gado-gado loh, jangan dikacangin napa!" Bentak Naja malah membuat pria itu tertawa menunjukkan giginya. "Ish, Kak!"
•••
Hujan mulai mereda. Cahaya jingga sang mentari seakan menerobos ruang-ruang kecil diantara kerumunan awan. Tersisa banyak genangan air di aspal jalanan yang berlubang.
Naja menghela napas pasrah. "Dingin." Gumamnya.
Azraf menotice kata yang di ucapkan Naja barusan. Tidak tinggal diam, ia mulai tersenyum dan merapatkan pegangan Naja padanya. "Pegangan erat, ntar jatoh." Bohongnya.
Naja mematung melihat kedua tangannya yang telah melingkari pinggang Pria didepannya. Ia menunduk tersipu malu. Cuma temen, cuma adek kakak-an. Jangan baper. Please Naja... Batinnya.
Hangat...
Azraf tersenyum lega setelah merasakan tangan gadis yang berada dibelakangnya itu tidak lagi menggigil. Ya Tuhan. Napa dada gua anget gini. Batinnya.
...
*Ckitt...
Dibawah pohon pinus yang menjulang tinggi, Azraf memarkirkan motornya sejajar dengan motor-motor lainnya.
Mata Naja berkeliling melihat tempat yang ia rasa familiar. Matanya berbinar mengulas ingatan masa kecilnya bersama Azraf dan Papa tercintanya. Tidak lama setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya.
"Kok nangis sih, lu," Ejek Azraf sambil menyenggol badan Naja. "Udah-udah, sini." Ia membuka lebar lengannya menyuruh Naja masuk ke pelukannya.
Naja mengusap air mata setelah ia memalingkan wajah. "Nggak. Kita udah SMA, gak seperti dulu." Balas Naja menolak pelukan Azraf.
Azraf tersenyum kecut. "Dulu kita sering main disini, Kan? om Cahya dulu sering ngajak gua ikutan. Inget nggak?" Ucapnya sembari mengacak-acak rambut Naja.
"Ih. Jangan digituin, masih basah rambut aku!" Bentak Naja risih. Tangannya bergerak merapikan rambutnya seperti semula. "Lagian, kenapa Kakak ngajak aku kesini?" Tanya-nya heran.
Azraf melipat tangannya ke belakang. "Iseng aja," jawabnya disertai tawa. "Tapi- ada sesuatu, menurut gua menarik buat diomongin ke elu. "
Naja memasang tatapan menyelidik kepada pria di depannya itu. "Sesuatu apaan?" Tanya-nya sambil berkacak pinggang.
"Bisa gua bilang ini penting buat kita berdua, maybe..." Balas Azraf semakin membuat Naja penasaran.
"Udahlah jawab aja sekarang, gabut amat sampe dateng kesini."
"Cari tempat duduk dulu. Oke?" Tawar Azraf.
Naja mengangguk. "Oke."
"Bagus."
***
Kursi-kursi taman dibiarkan basah terguyur hujan. Terlihat jelas taman tersebut sudah tidak lagi diurus. Tidak sedikit fasilitas rusak dimakan usia. Bahkan terdapat dedaunan kering yang menumpuk di bawah beberapa pohon.
"Kak, ini taman waktu dulu apa bukan sih? Kurasa, beda jauh sama yang dulu waktu papa ajak aku." Tanya Naja bingung.
Azraf menggaruk kepalanya. "Iya. Sekarang nih taman gak ada pengunjung lagi. Mungkin dah males ngurusin." Jawabnya.
"Tapi, Kak.. tadi aku liat banyak motor di parkiran."
"Oh- kalo itu mah kerjaan orang-orang yang ogah bayar parkir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Biscuit
Teen FictionBiscuit- Bercerita tentang gadis gemuk bernama Naja yang gemar membuat kukis. Hari-harinya dipenuhi dengan kebahagiaan bersama teman dekatnya, Sukma. Setiap harinya di sekolah, Naja selalu berkhayal untuk mendapatkan hati dari ketiga cowok palin...