5- Asing

42 7 2
                                    

"Sial."

Pria itu berjalan menunduk. Ia merasa bersalah pada Naja. Ia berfikir bahwa tindakannya itu adalah hal ter-bodoh yang pernah ia lakukan. "Maaf, Naj. Gua bodoh udah kasi tau ke elu, gua gak tau kalo lu bakal semarah itu." Gumamnya.

[Flashback]

"Tadi mama lu bilang kalo lu mau di jodohin sama gua!"

...

"Naja?" Panggil Azraf mencoba menyadarkan Naja dari lamunannya. "NAJA!"

"M-maaf, Kak. Aku pulang duluan yah, ongkos ojek nya lebih murah dari sini daripada dari sekolah. Makasih..." Jawab Naja membuat Azraf terpaku tak bergerak.

"Naja! Aku anterin!" Teriak Azraf mencoba memanggil Naja yang sudah jauh darinya. Bego lu, Raf. Batinnya kesal dengan dirinya sendiri.

[FlashbackEND]

•••

Suasana hening dan remang-remang membuat tempat itu begitu nyaman. Para pelayan dengan ramah membungkukan badan ketika pria itu masuk ke dalam kafe.

Pria dengan hoodie putih yang terbalut dibadannya itu segera menuju meja pemesanan. Setiap langkahnya menggema menarik perhatian pelanggan lainnya, ditambah lagi visualnya yang rupawan semakin membuat kaum hawa di kafe gemetar takjub.

"Mas, lemon tea satu, less sugar yah." Ucap pria itu dengan suara deep-nya.

"Baik, Kak. Atas nama siapa?" Jawab pelayan kafe itu.

...

"Kak?"

Ia sama sekali tidak merespon kalimat si Pelayan. Bukannya sengaja, earphone yang masih melekat di kedua telinganya memutar musik yang cukup keras, itu membuatnya tidak bisa mendengar suara dengan jelas.

"Kak..." Panggil Pelayan itu kedua kalinya.

Kedua bola matanya melirik si Pelayan. Setelah sadar ia sedang dipanggil, pria itu langsung melepas earphone. "Maaf, Mas. Enggak kedengeran tadi." Jelasnya sambil terkekeh.

"Nggak papa kok, Kak. Sekali lagi, atas nama siapa, yah?"

Pria itu melempar senyuman manis seraya menjawab, "Niko."

"Oke, Kak. Mohon ditunggu di meja, ya. Nanti saya panggil lagi." Terang si Pelayan kafe.

Niko mengangguk kecil.

Tak lama setelah pria itu berbalik badan dan akan menuju meja. Tiba-tiba gadis gemuk dengan kacamatanya menabrak Niko tidak sengaja. Mereka berdua terjatuh bersamaan, yang membuat riuh suasana di dalam kafe.

Niko berdiri dan melambaikan tangan mengisyaratkan jika mereka baik-baik saja. Setelahnya, pandangan Niko tertuju pada gadis itu yang terduduk malu karena insiden barusan. Ia mengulurkan tangan pada gadis itu. "Niko." Ucapnya.

Gadis itu meraih uluran tangan Niko dengan malu. Ia berdiri pelan dan langsung menunduk takut. "Naja," Ucapnya. "Maaf-tadi gak sengaja."

Niko sedikit tertawa melihat Naja yang tertunduk ketakutan. "Pfftt, kamu ngapain liatin sepatuku terus?" Celetuknya membuat gadis itu salah tingkah dan spontan menatapnya tajam.

"Aku gak liatin sepatu kamu, kok!" Jawab Naja ketus.

"Udahan marahnya, aku traktir deh. Kamu pesen aja, gih."

Naja memiringkan kepalanya, ia bingung dengan pria di depannya itu. "Yang nabrak bukannya aku? Tapi kenapa kamu yang traktir." Balasnya ketus lagi.

Niko tersenyum dan menaikkan alis hitamnya sebelah. "Yaudah kamu yang traktir." Gagas Niko.

Naja tertegun dan terfikir uang yang ia bawa hanya cukup untuk pulang saja. Ish, lagian kamu sih, Naj. Pake acara kabur. Batinnya memarahi dirinya sendiri. "Anu- kamu aja yang pesen, aku mau pulang aja." Balas Naja terbata.

Naja berbalik arah namun tangannya ditahan oleh Niko. Mata mereka saling bertemu, sontak Naja melepas genggaman itu cepat. "Maaf." Ucap Naja.

Gadis itu berlari kencang keluar kafe begitu Niko lengah. Niko tersenyum dari kejauhan melihat seragam yang Naja pakai. Di pikirnya terbesit akan sesuatu. "Well sepertinya kita akan ketemu lagi, Naja." Gumamnya.

•••

Tap. Tap. Tap.

Rumah itu begitu sepi. Nyaris tidak ada suara di dalam setiap ruangan. Bahkan Naja dapat mendengar jelas langkah kaki dirinya sendiri.

"Mama..." Panggil Naja.

Satu menit berlalu, tidak ada jawaban dari sang Mama. Naja yang semula sedang duduk di sofa ruang tamu kini mulai beranjak mencari Mama kesayangannya itu.

"Mama.." Panggilnya kedua kali. Masih tidak ada jawaban dari sang Mama. "Ma-"

Ia berhenti. Perhatiannya teralihkan dengan secarik kertas yang tergeletak di atas lantai. Naja membungkuk mengambil secarik kertas itu. Alisnya menyudut membaca tulisan di kertas itu yang amat kecil.

'Naja, Sayang. Maaf Mama pergi ke rumah nenek mendadak, penyakit jantung nenek kambuh. Satu lagi, tolong kamu bantu Mama buatin pesenan kue buat pelanggan Mama yah, list nya ada di dapur."

Huftt. "Dasar, mama. Kenapa sih gak kirimin pesan lewat ponsel aja, untung tadi aku liat kertasnya." Gerutunya kesal.
Ia kembali memicingkan mata membaca tulisan yang lebih kecil lagi di balik kertas itu.

'Mama lupa taruh ponsel Mama dimana, jadi Mama tulis di kertas ini aja. Mama pulang 3 hari lagi kira-kira. Kamu yang sabar ya. Jangan lupa cuci piring, bersih-'

Belum selesai membaca, Naja dengan cepat meremas kertas itu lalu melemparnya ke dalam tempat sampah. "Haha. Aku gak baca lanjutannya kok, Ma."

•••

Hellou~
Saya kembali dengan cerita saya:)
Maaf update nya lelet banget><
Tapi kalian tunggu aja, paling lama mungkin 1 bulan.
Jangan forget tuk vote dan share!
1 vote sangat berarti buat saya-^

Seeu nxt chap!
Ciaoo~



BiscuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang