...
"Hujan. Dimana air menitih membawa seluruh kenangan setiap insan. Cuaca dimana, rambut aku s'lalu lepek dan akhirnya ba masam. Dasar, hujan."
...•••
Rintik kecil air dari langit perlahan turun mengecup tanah. Disambut dengan awan mendung serta angin yang bersiul. Dedaunan pohon melambai mengucapkan selamat tinggal pertanda dia akan gugur terbawa kencangnya angin. Tak lama, rintikan itu berubah menjadi guyuran dengan petir yang mengiringi.
*sniff.. sniff...
"Heh! Kamu kenapa sih? Kok, ngendus-endus tubuh aku!" Bentak Sukma setelah ia tau Naja meng-endus bau tubuhnya. "Aneh tau." Tambahnya.
Naja sedikit memicing. "Kamu pake parfum apa barusan?" Tanya-nya. "Kek bau tanah." Lagi Naja.
"Bau tanah? emang aku udah mau dipanggil oleh Yang Kuasa? Ini mah bau hujan keles." Sukma yang penasaran mulai mencium bau tubuhnya sendiri. Ugh.. kayaknya nanti pulang sekolah beli deodorant, deh... Batinnya.
"Ngapain kamu cium lagi? Kata kamu ini bau hujan," Celetuk Naja membuat Sukma salting. "Iya, kan?" Lagi Naja.
"A-ah, enggak." Balas Sukma gugup.
Di depan gerbang sekolah mereka menunggu jemputan. Sukma menanti sang adik yang s'lalu siap menjemputnya. Sedangkan Naja sendiri, ia menunggu ibunya yang mungkin akan menjemputnya.
Sukma melipat tangannya dibawah dada. Tubuhnya menggigil kedinginan. "Brrrr.. angin apaan sih ini, kenceng banget perasaan," Tidak sabar, ia berdiri melihat jalanan yang tertutup kabut hujan. "A-adik aku lama bener. Aarrhh.. brrr..." Tambahnya.
Perhatian Sukma teralihkan ketika matanya menyorot Naja yang dari tadi diam mematung. Kaca mata berlensa bulat Naja kini dilapisi dengan embun putih. Sukma menyenggol Naja dengan dengkul kakinya. "Naj. Nglamunin apa atuh, Neng..." Ucapnya membuyarkan lamunan Naja.
Naja tersadar dari lamunannya, dan kembali memperhatikan Sukma. "Enggak, kok. Cuma bingung, mama jemput apa enggak." Jelasnya. Wajahnya kembali masam.
Huft... "Ya elah, Naj. Sampe kapan sih kamu nungguin tuh mama kamu. Udah tau gak pernah jemput, tapi kamu malah masih berharap dijemput. Jadi sebel sama mama kamu, aku." Oceh Sukma sambil mengerucutkan bibir.
"Mama aku gak jahat, kok. Cuma..-"
"Tck, cuma apa? Udah jelas kan semuanya. Huh kezel..." Potong Sukma.
"Cuma, mama sering nyasar kalau aku suruh jemput. Bukannya terusin njemput, eh.. mama malah balik pulang ke rumah." Dusta Naja membuat Sukma bungkam. "Mama udah gak se-ceria waktu papa aku masih hidup, Suk. Dulu papa aku-"
"Husssuususut! Udahan, jangan cerita gituan," potong Sukma lagi. Kedua telunjuknya menyentuh pipi Naja lalu berusaha melukiskan senyuman untuk Naja. "Tetap smile walau hati cry. Oghey baby?" Tambahnya membuat Naja tertawa terbahak.
*Ckiit...
"Kak Sukma, cepetan! Hujannya deras, nih!" Teriak Soma adik Sukma. Anak laki-laki itu melambai menyuruh Sukma untuk segera datang.
"Iya, Nyet, bentar!" Balas Sukma dengan teriak. Ia berbalik badan ingin mengucapkan selamat tinggal pada Naja.
Naja tersenyum. "Wuih.. seperti biasa, dijemput sama pacar." Ledeknya membuat Sukma tersenyum sombong.
"Ohohoho~ emang, adik aku masih smp, tapi badan dah kayak anak kuliahan." Balas Sukma. "Naja, aku duluan, ya. Dah..."
Naja mengangguk kecil. "Dadah..." Balasnya dengan melambai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biscuit
Teen FictionBiscuit- Bercerita tentang gadis gemuk bernama Naja yang gemar membuat kukis. Hari-harinya dipenuhi dengan kebahagiaan bersama teman dekatnya, Sukma. Setiap harinya di sekolah, Naja selalu berkhayal untuk mendapatkan hati dari ketiga cowok palin...