2- Rama Aksa

48 9 6
                                    

...
"Tidak sedikit orang bilang, sisi baik wanita s'lalu dilihat dari fisiknya. Kalaupun begitu, bagaimana denganku?"

...

•••


"Tapi, Ram. Gua belum sarapan. Sini uang gua!" Ucap Aksa membuat Rama kesal karena tidak puas.

"Kurang ajar lo jadi adik, Sa!" Sebuah bogeman keras meluncur begitu saja di pipi Aksa. "Sakit, ga?" Tanya Rama meremehkan.

Tck...

Aksa mundur menjauh dari Rama. Ia takut Kakaknya itu menghabisi dirinya langsung di tempat. Ia tidak mau merepotkan pihak sekolah apabila terjadi sesuatu dengannya. "Cih. Gua ngalah kali ini, Ram." Ucapnya sembari mengelap darah yang menetes dari mulutnya.

"Cupu lo, Sa. Sini maju, lawan Kakak lo. Atau gue yang akan maju duluan!" Rama membentak diikuti kedatangan satu cowok lain.

Rama memasang wajah seram. "Satu. Dua. TIGA!" tepat setelah hitungan ke tiga, Rama berlari dengan tangannya yang mengepal keras menuju Aksa.

*DUAGH..

Satu lagi pukulan keras dari Rama mendarat tepat di dada Aksa. Mulutnya mengeluarkan banyak darah. Sudah jelas, rasa sakit tak dapat dihindari. Aksa terbaring lemas di pojok kantin.
Akhh.. cukup... ucapnya lirih.

"Hah. Gitu aja jatuh, lemah lo. Tangan gue masih gatel, nih. Satu lagi, boleh?" Rama memasang ancang-ancang akan memukul Aksa. Emosinya membara, tidak ada seorangpun yang berani menghentikannya. Kecuali...

"Tiga. Dua. Sa--"

"Udahlah, mau berantem sana di lapangan, jangan di kantin. Bikin gak nafsu makan, tau gak?!" Azraf, cowok yang sedari tadi diam dan hanya melihat pada akhirnya angkat suara. "Ram, better lu belajar sono daripada gelud, inget nilai lu yang merah semua."

Rama terdiam malu bercampur kesal mendengar kalimat yang dilontarkan kakak kelasnya itu. "Woi. Osis si tukang cari muka, jangan sampe tangan gue nyium wajah najis milik lo itu." Rama berbalik badan. Ia memilih angkat kaki dan kembali ke kelas.

...

*Duakhh...

"Apaan sih, Gembrot. Jalan pake mata!"

"Jalan pake kaki bukan pake mata. Lagian kamu yang nabrak duluan, Ram." Balas Sukma membela Naja.

"Cih. Dasar." Rama pergi tanpa sepatah kata maaf. Ia meninggalkan Naja yang terjatuh akibat dirinya.

Sukma mengulurkan tangan. Naja menggapai tangan-nya dan mencoba berdiri. "B-beratt..." keluhnya membuat Naja tertusuk.

"Diem kamu, Suk!" Naja berdiri dengan kesal. Sengaja ia menepuk-tepuk rok-nya karena kotor. "Tck. Padahal besok masih dipake, pake acara kotor lagi." Gumamnya.

Sukma berkacak pinggang, matanya berkeliling melihat sekitar sembari menunggu Naja yang masih sibuk dengan rok-nya yang kotor. "NAJA! Lihat!" Sukma menepuk bahu Naja keras. "Lihat, Naj!" Ia menunjuk tubuh Aksa yang tergeletak.

"Ishh.. apaan, sih!" Mata Naja mengikuti arah telunjuk Sukma. Tidak sampai dua detik, Naja langsung menyadari bahwa tubuh yang tergeletak itu adalah Aksa. "YA TUHAN! Aksa!"

Naja berlari kencang menghampiri Aksa dengan disambut olok-olokan dari cowok di sepanjang jalan yang menertawakannya. Sialan emang! Masih ada aja yang nertawain gaya lari aku, gumam Naja kesal.

"Woi, Sapi! Jangan lari-lari dong, gempa satu kota nanti. Hahahaha!!" Sorak Siswa itu.

"BERISIK KALIAN!" Teriak Sukma mencoba mengalihkan perhatian. "Cepetan, Naj. Tolongin si Aksa!" Sukma berjalan santai menuju para siswa yang sedang ngemper di depan kantin. Alisnya terangkat sebelah. "Eh, kalian kenapa sih gak tolongin tuh cowok? Gak kasihan apa?"

BiscuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang