"CUKUPPPP!!!"
*cletak
Aduhh..
Gadis itu terbangun dari tidur siangnya di kelas. Nampak rambut hitam panjangnya bersinar terkena pantulan cahaya mentari dari kaca jendela. Matanya menyipit karena silau. Ia terpaksa bangun karena penghapus yang dilempar mengenai kepalanya.
"Naja! Kamu tidur saat pelajaran Ibuk, ya! Berani-beraninya kamu gak merhatiin pelajaran Ibuk. Kamu, kan cewe, seharusnya kamu juga tau kalau pelajaran matematika itu tidak semudah menyeruput kuah es cendol! Mengerti? Absen berapa kamu?"
Ugh. "Dua puluh empat, atas nama Naja Sheerava." Jawab Naja dengan suara setelah bangun tidurnya yang khas. "Tckk. Bu Ulfa selalu.. aja ganggu golden-time aku." Gumam Naja kesal.
Guru matematika itu terpaku pada buku nilai harian siswa yang ia pegang. Matanya bergulir mencari nama Naja di dalamnya. "Naja.. ah, ini. Naja Sheerava Zelda, nilai ujian matematika.." Bu Ulfa mematung setelah melihat nilai ujian harian milik Naja.
100?! M-mana mungkin. Padahal anak itu s'lalu saja tidur waktu jam matematika. Gak beres ini anak. Batin Bu Ulfa mulai mencurigai Naja menyontek saat ujian.
Bu Ulfa berdiri di depan papan tulis dan mulai menulis soal yang panjang sehingga membuat siswa di kelas memutar otak. Namun, tidak sedikit yang menyerah.
"Coba. Apakah ada anak yang bisa mengerjakan soal yang baru saya tulis?" Bu Ulfa melipat lengan lalu mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. "Tidak ada?" Tanya Bu Ulfa meremehkan.
Naja sendiri tidak menanggapi ocehan Bu Ulfa. Malahan, ia justru mencoba untuk tidur kembali, berharap mimpi sebelumnya dapat ia teruskan. "Berisik, ah. Bu Ulfa gak bisa diem, apa. Ngoceh mulu, kek anak burung belum dikasih makan." Gumamnya kesal pada guru matematika itu.
Melihat Naja yang malah kembali membaringkan kepalanya diatas meja dan menghiraukannya, Bu Ulfa tidak tinggal diam. Sebelumnya ia melempar penghapus kecil, sekarang ia akan melempar penghapus papan tulis.
*ctokkk
Aduh.. apa lagi, sih. Batin Naja geram dengan tingah Bu Ulfa.
Ia terbangun lalu memandang kesal guru matematikanya itu. "Maaf, Bu. Ada apa, ya?" Tanya Naja mencoba sabar. Naja menepuk-nepuk pipinya yang hitam karena terkena penghapus papan tulis yang Bu Ulfa lempar tadi.
Bu Ulfa berganti pose dari melipat tangan menjadi berkacak pinggang dengan pandangan tajam. "Naja. Maju, kerjakan soal ini dengan benar! Sekarang." Perintahnya membuat Naja semakin risih dengan tingkahnya yang kekanak-kanakan.
Huft. "Baik.. Bu." Ia berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan santai menuju papan tulis. Rambutnya tersibak angin lirih saat ia melenggok. Naja meraih spidol dari tangan Bu Ulfa. Dengan cepat ia membaca soal sepanjang karangan buatan Bu Ulfa itu.
...
"Sudah, Bu." Sahut Naja membuat Bu Ulfa terkejut.
Guru matematika itu berbalik dan melihat jawaban dari Naja. "Naja. Hasilnya 4 itu dari mana? Caranya ditulis dong!" Oceh Bu Ulfa. "Eh, kamu. Ambilin pengapus di atas meja Naja itu. Tolong."
Gadis itu berjalan mengambil penghapus di atas meja Naja. Ia berjalan menuju Naja. "Naj, kamu bisa nggak? Soalnya panjang loh, kayak lirik lagu malahan panjangnya." Bisik Sukma sahabat Naja setelah ia memberi Naja pengapus.
"Udahlah, Suk. Beres." Balas Naja.
"Apa kalian bisik-bisik? Kamu, udah kasih penghapusnya belum? Kalo udah cepetan sana duduk di bangku kamu sendiri!" Bu Ulfa melambaikan tangan menyuruh Sukma untuk kembali duduk dibangkunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biscuit
Teen FictionBiscuit- Bercerita tentang gadis gemuk bernama Naja yang gemar membuat kukis. Hari-harinya dipenuhi dengan kebahagiaan bersama teman dekatnya, Sukma. Setiap harinya di sekolah, Naja selalu berkhayal untuk mendapatkan hati dari ketiga cowok palin...