3. OVER YOUNG MASTER

194K 9.7K 623
                                    

Alta berdecak jengkel melihat Gempita yang baru saja masuk kedalam kamarnya. Perempuan itu berdiri tegap didepannya menunggunya berbicara. Raut wajah Alta kali ini berbeda, jauh lebih menyeramkan dari sebelumnya membuat Gempita menerka-nerka apa ia ada salah.

"Pasang, kan dasiku!"

Gempita mengangguk. Ia memasangkan dasi Alta serapi-rapinya. Gempita terdiam sesaat ketika tangan Alta melingkari pinggangnya lagi.

"Seragam kamu sudah sempit, seharusnya kamu beli seragam baru," ujar Alta. Matanya memandang buah dada Gempita yang terbungkus rapi oleh seragam sekolahnya yang sedikit mengetat.

Gempita mengangguk patuh. "Iya Tuan,"

Gempita refleks meremas seragam sekolah Alta saat tangan laki-laki itu meremas bongkahan bokongnya. Laki-laki itu mencium keningnya sekilas.

"Kamu tidak bermaksud menggodaku dengan seragam ini, kan?"

"Eng-engga Tuan," Gempita menyentuh lengan Alta, ia sedikit memundurkan kepalanya.

Alta yang mudah sekali kelap mata oleh Gempita langsung mendorong gadis itu keatas kasurnya membuat gadis itu memekik, tanpa memberikan ruang pada gadis yang sudah ia tandai sebagai miliknya, Alta langsung menindih tubuh itu.

"Tuan, kita harus kesekolah," Gempita menahan tangan Alta yang ingin melucuti seragamnya.

Alta menatap Gempita, terpancar ketakutan dimata Gempita. Ia mencium bibir gadis itu, memainkan bibir bawahnya dan lidahnya bersamaan.

Gempita mencengkeram lengan Alta, ia menggerang menahan dirinya, tuannya memang selalu memainkan tempat sensitifnya. Jika, tidak mengingat mereka masih sekolah mungkin Gempita akan luluh dalam permainan laki-laki itu.

"Kenapa ditahan, Sayang? Keluarkan!" perintah Alta, ia ingin mendengar desahan Gempita. Entah, otaknya memang tidak pernah waras jika berhadapan dengan gadis ini.

Gempita menelan ludahnya, ia merapikan seragamnya namun ditahan oleh tangan Alta. Bukan hal mengherankan lagi, dari dulu Alta sering membuka seragamnya, memaksanya. Waktu dulu alasan Alta adalah ia ingin mengecek pertumbuhan payudaranya. Namun, sekarang berbeda. Alta malah meremas payudaranya yang masih terbungkus oleh bra merah kotak-kotaknya.

"Tuanh, janganh," Gempita mendorong Alta menjauh, bukannya menjauh laki-laki itu malah semakin gencar, menciumi lehernya.

Gempita menggigit bibir bawahnya. Ia ingin menolak tapi Alta akan marah. Gempita sadar diri jika semua kebutuhannya bergantung pada Alta.

"Kenapa seksi sekali, Sayang," Alta tidak tahan. Laki-laki itu melemparkan seragam Gempita sejauh-jauhnya. Dapat Gempita rasakan Alta melepas pembungkus buah dadanya.

"TUAN JANGAN!" pekik Gempita, ia mendorong tubuh Alta menjauh dari dadanya. Kakinya dilebarkan oleh laki-laki itu hingga tidak bisa banyak menolak.

"Jangan Tuan," rengek Gempita. Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Kita masih sekolah, akh...,"

Alta terkekeh kecil. Ia menangkap dada Gempita yang pas ditangannya.

"Aku masih bisa tahan," ujarnya. Alta memasangkan kembali pembungkus buah dada Gempita yang ia tahan mati-matian agar tidak ia jilati. Dada Gempita memang tidak begitu besar namun mampu membuatnya kepikiran berat.

Gempita mengernyit. "Tuan jangan," Gempita kalang kabut melihat Alta membuka seragamnya sendiri.

"Pake seragam gue, pulang nanti langsung beli seragam baru," Alta memasangkan seragamnya pada tubuh Gempita, kebesaran tapi itu tidak masalah bagi Alta.

Gempita mengangguk patuh. Dari matanya, Gempita tau Alta sedang menahan diri. Entah, Gempita tidak tau seperti apa perjuangan Alta untuk tidak memangsanya.

Over Young MasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang