Gempita terbangun merasakan hembusan nafas dipuncak kepalanya dan juga sentuhan naik-turun pada punggungnya.
"Sudah bangun?"
Gempita membuka matanya dan terkejut melihat Alta berada di kamarnya berbaring disampingnya dengan tangan bertopang dagu.
"Tuan ngapain disini?" tanya Gempita. Gadis itu ingin beranjak tetapi Alta menahan bahunya.
Gempita melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul lima pagi dan Alta berbaring disampingnya dengan keadaan bertelanjang dada. Kedekatan Alta membuat Gempita ingin menyingkir sejauh-jauhnya.
Alta mengeluarkannya tangannya dari dalam gaun tidur Gempita. Matanya memandang wajah gadis yang sedang menetralisir cahaya itu.
"Tuan...." Gempita mendorong dada Alta menjauh darinya tetapi apalah dayanya bagi Alta. Buktinya semakin didorong Alta semakin mendekatkan diri.
Alta memicingkan matanya membuat Gempita salah tingkah, rambut tidak diberi polesan pomade Alta terlihat berjatuhan didepan dahi laki-laki itu membuat Gempita menggerjap berkali-kali karena Alta benar-benar tampan dalam kondisi apapun.
"Kenapa menolak?" tanya Alta, nada suaranya tenang. Matanya menyorot Gempita yang mengalihkan pandangannya.
"Tuan--- Gempita malu...," cicit Gempita. Tangannya meraih kaos Alta yang berada dibelakang tubuhnya dan memberikannya pada Alta.
Alta terkekeh kecil dan mencium bibir Gempita, hanya sekedar menempel tanpa pergerakan lebih seperti menghisap ataupun melumat.
"Jangan!" Gempita menahan tangan Alta yang seenaknya ingin menerobos masuk kedalam gaun tidurnya.
Gempita menggelengkan kepalanya pada Alta. "Jangan Tuan,"
"Kenapa menolak?" pertanyaan yang sama Alta lontarkan lagi. "Kamu tidak suka aku sentuh, sayang?"
"Bukan gitu--- ih tangannya jangan nakal!" Gempita menahan tangan Alta yang ingin menyelusup masuk melalui celah pahanya.
Gempita kewalahan, Alta semakin dicegah semakin tidak bisa di hentikan. Membuat Gempita pasrah menerima sentuhan Alta pada pahanya.
"Cium aku," pinta Alta membuat Gempita menoleh.
"Tapi Tuan. Ini engga boleh," ujar Gempita sepelan mungkin, ia tidak akan berkata seenaknya pada Alta. Seperti apapun sikapnya, Alta tetap majikannya. Laki-laki nyata yang melindunginya.
Alta mengernyit. "Kenapa tidak boleh? Siapa yang melarang?"
"Gempita cuma pembantu," Gempita memainkan jari-jarinya didepan dada, tidak luput dari pandangan Alta. "Tuan, majikan Gempita, engga boleh gitu."
"Lalu aku harus bagaimana?" Alta tersenyum melihat Gempita yang menatapnya nelangsa. Ia mengerti maksud Gempita tetapi ia tidak akan menerapkannya.
Alta bisa gila jika menuruti keinginan Gempita yang tidak ingin disentuh.
"Ih Tuan harus ngerti!" paksa Gempita.
"Mengerti apa sayang?"
Gempita mencubit lengan keras dan berotot Alta menyalurkan kegemasannya pada Alta. Tetapi, itu hanya cubitan kecil, kemampuan Gempita sebatas sentuhan kecil pada Alta.
"Tuan...." Gempita berharap Alta tidak memperpanjangnya.
Alta terkekeh kecil, ia menarik tangan Gempita agar melingkar dilehernya. Alta menyembunyikan wajahnya diceruk leher gadis itu, menenangkan dirinya dengan mencium aroma buah-buahan Gempita.
"Cukup diam dan nikmati sayang. Kamu hanya perlu menerimanya dan biarkan aku yang melakukannya, sedikit semangati aku dengan desahan kamu, baby," bibir Alta tertarik. Sesuai dugaannya, suara manja itu pasti akan lolos setiap ia memberikan jilatan kecil pada leher putih mulus tanpa cela itu. Suara Gempita membuatnya kian bersemangat untuk menyentuhnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Over Young Master
RomanceMemiliki Tuan Muda yang bersifat keras kepala, posesif, pemaksa dan tidak mau dibantah bukan, lah hal yang mudah. Gempita Inggitri (17) gadis cantik yang menjadi pelayan pribadi seorang Alta Anggara(18). Seorang laki-laki tampan menyerupai dewa penc...