Gempita diam mengikuti langkah kaki lebar Alta didepannya. Seragam sekolah mereka berdua masih melekat, hanya saja perbedaannya, Gempita masih rapi dan lengkap. Alta kebalikannya.
Alta mendorong pintu ruangannya dan menarik tangan Gempita agar masuk bersamanya kedalam ruangan kerjanya di kantor. Alta jarang membawa Gempita ke kantornya, selain karena Gempita akan banyak bertemu laki-laki sebagai karyawannya juga Gempita akan mengganggunya.
Gempita meletakkan tasnya diatas sofa besar dan elegan diruangan Alta. Matanya menyelusuri interior ruangan yang sangat elegan dengan warna gelap.
Gempita menoleh pada Alta setelah melihat ada fotonya bersama Alta dipajang didinding ruangan. Foto berpakaian toga ketika Alta lulus TK dulu. Alta terlihat berwajah datar sejak kecil disana berbanding terbalik dengannya yang tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan giginya. Gempita ingat waktu itu ia sangat senang karena Alta mengajaknya berfoto setelah sekian lama hanya memperhatikan orang-orang yang berbondong-bondong ingin berfoto dengan Alta. Tapi, Gempita ingat. Tidak ada orangtua Alta ketika itu.
Baru saja Gempita ingin duduk disofa, Alta menarik pinggangnya hingga terduduk diatas pangkuan Alta.
"Tuan Gempita berat," ucap Gempita. Ia ingat berat badannya tidak seperti perempuan langsing lainnya. Berat badannya naik hingga lima puluh dua untuk tinggi badannya yang hanya 152 cm.
Alta melirik Gempita sekilas. Ia membuka seragam gadis itu membuat Gempita memekik dan mencoba menahan tangannya yang mencoba membuka seragam gadis itu dari belakang.
"Tuan mau ngapain?" Gempita ingin menahan tetapi sia-sia, Alta tetap melucuti kemeja seragamnya hingga menyisakan tanktop putih polos bertali sekecil spaghetti itu.
"Turuti saja kemaunku sayang," ujar Alta. Laki-laki itu meletakkan dagunya diatas bahu tidak seberapa Gempita.
Tangannya melingkar dipinggang Gempita menjadikan paha mulus yang terlihat karena rok sekolahnya tersingkap itu bantalan tabletnya. Membuat Gempita juga bisa melihat apa yang Alta kerjakan.
"Tuan buat apa?" tanya Gempita tidak mengerti dengan grafik naik-turun itu.
Alta mencium kulit leher Gempita gemas. Matanya tidak memandang tabletnya tetapi payudara Gempita yang terlihat dari atas. Ukurannya Alta yakin bertambah karena setiap malam ia sentuh dan pijit tanpa Gempita sadari ketika gadisnya tertidur.
"Menurut kamu bagus yang mana sayang?" Alta menunjukkan beberapa interior ruangan kepada Gempita.
Gempita mengernyit dan melirik lagi pada Alta. Matanya memandang alis tebal, mata tajam dan rambut Alta yang sedikit beberapa helai terjatuh kedahi laki-laki itu.
"Gempita pilih warna merah jambu," ujar Gempita sudah ditebak oleh Alta.
Alta menghela nafas panjang dan memilih interior ruangan pilihan Gempita.
"Tuan kenapa dipilih, Tuan kan engga suka warna yang terang," ujar Gempita. Gadis itu menahan tangan Alta yang merayap menyentuh pahanya. "Tuan nanti ada yang lihat...,"
"Tidak akan sayang," Alta menciumi bahu Gempita memberikan tanda kepemilikannya disana membuat Gempita mencengkeram lengannya.
Alta tersenyum tipis melihat keluguan Gempita. Ia menurunkan tali tanktop Gempita hingga memberikan akses luas pada bahu mulus gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Over Young Master
RomanceMemiliki Tuan Muda yang bersifat keras kepala, posesif, pemaksa dan tidak mau dibantah bukan, lah hal yang mudah. Gempita Inggitri (17) gadis cantik yang menjadi pelayan pribadi seorang Alta Anggara(18). Seorang laki-laki tampan menyerupai dewa penc...