Bayu menuruni tangga dengan langkah tergesa. Dia mengabaikan rambutnya yang hanya sempat dia sugar, dasinya yang terpasang asal, juga dompet yang entah dia taruh di tas bagian mana. Yang menjadi fokusnya kini hanyalah bergerak secepat mungkin karena lima belas menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Dan berdasarkan catatan perjalanannya selama ini, dia akan terlambat jika tidak segera pergi.
Salahnya, sih. Sudah tahu kalau Bunda berangkat kerja lebih pagi hari ini, masih saja Bayu berani mencuri-curi waktu untuk tidur lebih lama dengan kalimat 'lima menit lagi' ketika Bunda menyempatkan diri untuk membangunkannya sebelum OTW. Ujungnya memang lima menit, tapi dikali sembilan alias ahahaha sama saja bohong, Sumanto!
"Ngapain lo, Khal?" Gerakan kaki Bayu kontan berhenti di pangkal tangga. Fokusnya buyar tatkala netranya menangkap sesosok perempuan berpakaian pramuka yang sedang duduk membaca katalog Shopie Belanda di ruang tamu. Perempuan itu harusnya datang minggu depan.
Gadis itu mendongak. "Alhamdulillahirobil'alamin!" serunya seraya berdiri. Katalog Bunda langsung dilempar ke atas meja. "Yuk, ah, berangkat."
"Lho? Bukannya lo---" ucapan Bayu terpotong karena Khali dengan cepat mendatanginya dan mendorong punggungnya ke arah pintu garasi.
"Udah disimpen dulu protesnya. Nanti kita telat."
Kata telat serta-merta menyadarkan Bayu. Dengan gerakan super kilat dia meraih sepatu di rak, mengenakannya, mengambil helm, dan segera mengeluarkan Bunga ke teras.
Oh! Pintunya belum dikunci!
Bayu berlari ke arah pintu. Memindahkan anak kunci yang semula terletak di lubang bagian dalam rumah ke depan dan memutarnya dua kali. Lalu menyimpannya di bawah karpet wellco---suara Bunga yang meraung-raung membuatnya menoleh.
"Gue yang nyetir, ya?" Khali sudah naik di atas motor. Rok panjangnya tersingkap sampai ke atas lutut, menampilkan kaki kurus yang dibalut celana training. Anak itu memang tidak bisa dibiarkan sebentar saja tanpa membuat Bayu pusing.
"Nggak usah aneh-aneh." Bayu berlari-lari kecil ke arah gerbang. Menariknya ke samping hingga terbuka. "Kita udah telat, nggak usah banyak tingkah. Mundur!"
Khali membawa badan ke belakang dengan ogah-ogahan. Dibiarkannya Bayu mengambil alih Bunga, menarik kopling, dan memasukkan gigi pertama dengan air muka tidak ikhlas. Kemudian motor yang buntutnya tidak memiliki pegangan itu melesat ke jalanan kom---
"Gerbangnya belom lo tutup."
Motor berhenti akibat rem mendadak. Badan Khali yang tak siap serta merta terdorong ke depan. Menempel kilat pada punggung Bayu yang hanya berlapiskan seragam serta tas gepeng tanpa isi yang berarti. Rezeki memang suka datang di saat yang tidak disangka-sangka, ya?
"Sengaja 'kan lo? Mencari kesempatan dalam kesempitan!" Sebuah pukulan mendarat di punggung yang tak bersalah itu.
"Dih, pede amat!" Bayu tak terima. "Datar. Nggak kerasa juga," tambahnya lirih.
"Heh!" Muka Khali memerah. Sempat-sempatnya di situasi seperti ini dia menghina aset wanita!
"Udah itu buruan tutup gerbangnya."
"Kok jadi gue??"
"Masa Bunga?"
"Kan itu gerbang rumah lo!"
Ingin rasanya Bayu menyambit kepala Khali yang tidak tahu diri ini. "Nggak usah banyak drama. Udah buruan tutup itu gerbangnya, kita udah telat!"
Khali menyerah. Dengan wajah butek dia akhirnya turun dan menutup gerbang. Kemudian duduk lagi di jok belakang dengan kedua tangan yang berpegangan pada pundak Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN: Bila Esok
Teen FictionSebagai murid baru, hal pertama yang Khali cari tentu adalah bangku---eh, maksudnya sahabat. Khali tahu kepribadiannya agak sulit diterima dan populasi cewek-cewek yang sefrekuensi dengannya amat jarang, jadi dengan penuh kesadaran dia berusaha untu...