Senin
15.34 WIB'Jangan bikin masalah terus, Khal' adalah ucapan Bayu yang sangat mengganggu Khali. Kalimat yang terdiri atas lima kata itu bolak-balik mampir ke benaknya kala dia sedang senggang. Kepikiran sampai cewek itu duduk dengan wajah merengut dan tangan bersedekap.
Apa maksudnya coba? Bikin masalah terus? Gue??
Bahkan ekspresi Bayu pun Khali masih ingat; bagaimana sorot matanya yang membulat, dahinya yang berkerut, alisnya yang hampir menyatu, juga nada dan intonasi suaranya yang walau tidak sekeras hantaman penolakan cinta, tetap terasa menusuk dada. Semuanya membentuk satu kesatuan emosi bernama marah bin serius. Jelas sekali di mata cowok itu Khali ini hanyalah insan yang diciptakan Tuhan untuk menimbulkan pergolakan di dunia manusia. Dasar menyebalkan!
Khali tahu Bayu sensitif dengan semua tindak-tanduknya sejak dulu, toh karena salah satunya juga mereka bisa dekat, tapi memangnya masalah apa yang Khali timbulkan kali ini? Di Adipura ini? Kapan dia melakukan hal yang keliru? Sewaktu membantu orang yang kesulitan menuangkan saus? Sewaktu memuaskan keinginannya memotong rambut dengan model baru tempo hari? Konyol!
Lagipula Bayu juga keterlaluan, ya. Dia bicara macam pelanggar lampu merah alias main terabas saja, tidak memberikan Khali kesempatan untuk menjelaskan. Siapa coba yang tidak dongkol?
"Lo tau nggak sih kalo lo udah bikin heboh satu sekolah gara-gara semeja sama Jangga kemaren?" Khali teringat dampratan lain dari Bayu yang pagi tadi dia terima.
Jangga, ya?
Hm ....
Tampaknya Bayu—dan anak-anak Adipura yang lain—berpikir bahwa tindakan yang Khali lakukan itu kontroversial karena lawan mainnya adalah Jangga. Sabtu kemarin, sehabis cowok itu pergi meninggalkan kantin bersama kedua temannya, Yura juga menekankan kata 'menjauh' dan 'jangan dekat-dekat' jika berhubungan dengan dia. Tak lupa menceritakan semua rumor miring tentangnya selama sisa jam istirahat pertama, masuk kelas, bahkan bersambung hingga jam istirahat kedua. Iya, sepanjang dan sebanyak itu. Kayak sinetron deh pokoknya. Berepisode. Yang kabarnya dia anak mafia lah, pemimpin geng motor berisi para preman lah, narkoba lah, banyak. Pada awalnya semua hanya dianggap kabar angin belaka karena tidak adanya bukti, tetapi sejak Jangga terlibat kasus pelecehan di sekolah, kabar angin itu otomatis bertransformasi menjadi kabar burung---tetap belum bisa divalidasi, namun jadi terasa lebih terbayangkan (karena burung punya visualisasi, angin kan tidak).
Khali hanya menanggapi cerita Yura dengan 'oh', 'iya?', 'hm', dan 'wow'.
Alias percaya tidak percaya.
Bukannya apa, hanya saja mau Yura mencerocos tentang Jangga sampai mulutnya berbusa juga Khali tidak bisa memberikan reaksi yang heboh. Selain karena dia bukan tipe orang yang mudah percaya dengan rumor, reaksi cowok itu atas kehadirannya di kantin Sabtu lalu juga menjadi salah satu alasan mengapa Khali sulit untuk meyakini bahwa Jangga benar-benar pernah terlibat dalam kasus pelecehan. Mana ada orang mesum cuma melirik ketika ada anak gadis yang mengajaknya berkenalan? Apa tidak rugi? Bukankah kalau merujuk pada gelar 'Mamas Maung Pencaplok Wanita' harusnya dia senang---karena mendapat mangsa baru? Ya, 'kan? Orang-orang ini aneh! Jelas-jelas Jangga terlalu dingin dan abai untuk diberi julukan sebejat itu, tapi mereka masih saja memberinya label dengan kejam.
Tapi ... Yura bilang kalau kasus pelecehan itu betul adanya alias nyata. Jangga sampai dibawa ke ruang bimbingan konseling gara-gara kedapatan membawa kamera ke dalam kamar mandi kaum hawa. Yang lebih mencengangkan lagi, cowok itu mengakuinya. Meng-a-kui-nya!
Tapi ... tetap, sih. Feeling-nya mengatakan Jangga bukan orang yang jahat, terlepas dari benar atau tidaknya kasus tersebut. Malahan, Khali bisa merasakan perasaan kesepian di dalam diri cowok itu. Membaur bersama kedinginan sikap dan sifatnya yang agak pendiam---ralat, sangat pendiam maksudnya. Kalau feeling-nya tepat, Jangga pasti sangat tersiksa. Menulikan telinga di tengah gelombang besar hujatan itu tidaklah mudah. Membutakan mata di tengah sorotan cahaya yang menuduh itu sangatlah sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAN: Bila Esok
Teen FictionSebagai murid baru, hal pertama yang Khali cari tentu adalah bangku---eh, maksudnya sahabat. Khali tahu kepribadiannya agak sulit diterima dan populasi cewek-cewek yang sefrekuensi dengannya amat jarang, jadi dengan penuh kesadaran dia berusaha untu...