A-Ending

3.2K 309 24
                                    

Tak ada yang berani masuk ke kamar Alby, remaja itu masih belum sadarkan diri setelah diberi bius oleh Dokter. Tak ada luka serius selain mental yang terguncang.

"Sheeva..maaf, kamu bisa kok putus dari Alby. Bunda paham dengan apa yang sudah terjadi, kamu pasti gamau melanjutkan hubungan kalian" Kata Frisya pelan, dia sadar diri Putranya sudah ternodai.

Sama halnya seperti perempuan, keperjakaan seorang laki-laki itu penting. Dan jika sudah kehilangan hal itu sebelum pernikahan, laki-laki tak lebih hanya seperti bekasan.

Itu pemikiran awam, sama seperti perempuan yang sudah buka segel sebelum menikah, pandangan masyarakat akan berbeda.

Zinnia menunduk, kemudian senyum getir terbentuk lagi "Tante, Sheeva sayang sama Alby itu tulus. Jadi Sheeva bakalan terima Alby apa adanya, tak masalah dia sudah ternoda atau belum. Yang Sheeva tau Alby masihlah Alby yang Sheeva sayang" Ucap Zinnia pelan.

Keadaannya tak kalah kacau, wajahnya sembab karena terlalu lama menangis "Makasih nak..hiks..makasih uda mau nerima anak bunda..makasih.." Zinnia terenyuh, Frisya sampai harus berterima kasih seperti ini.

Padahal dulu..ah sudahlah, tidak perlu diingat lagi. Zinnia tersenyum dan memeluk erat Frisya "Aku yang harusnya makasih Bun, karena bunda uda ngizinin aku buat milikin Alby" Bisik Zinnia.

Frisya hanya sanggup mengangguk, dia hanya tak menyangka akan ada seorang gadis yang menerima Alby dengan tulus. Frisya bahagia dengan kenyataan itu, begitu juga dengan Aldy yang sedari tadi menguping di balik tembok.

Dia menunduk, senyum lesu terbentuk diwajahnya "Untung perasaan aku belum terlalu besar. Kamu emang pantes untuk Alby, semoga kalian bahagia" Lirih Aldy.

Yah..Aldy tak mungkin tak menyukai Zinnia, tapi perasaannya baru secuil. Mungkin move on selama 3 tahun akan berhasil baginya melupakan Zinnia. Yang terpenting adiknya bahagia.

Suasana haru itu harus rusak, karena tangisan histeris yang Alby keluarkan.

"SHEEVAAAA!! HUAAAAAA SHEVAAAAAAAA!!"

Zinnia menepuk pundak Frisya perlahan "Biar Sheeva aja bun. Bunda sama Aldy istirahat, biar Alby jadi urusan Sheeva" Katanya perlahan dan hati-hati. Frisya mengangguk memperbolehkan.

Segera Zinnia berlari ke arah kamar Alby, pasti Albynya ketakutan sekarang. Dan...mungkin saja itu Dirga.

Cklek.

"By, hey sayang tenang"

Zinnia langsung mengunci pintu dan berlari mendekati kasur. Alby mengamuk dan dia sedang mencakar tangan serta kakinya, sampai menimbulkan luka berdarah.

Alby juga menangis histeris dan meracau, dia ketakutan dan bayang-bayang Odice menyentuhnya kembali hadir "Huaaaaaaa Sheevaaaaa!! Aku-aku kotor..hiks..Sheeva pasti gasuka..hiks..Sheevaaaaa!!" Zinnia menahan air matanya, kasihan sekali.

Zinnia langsung memeluk Alby erat dan menenangkannya "Sss..tenanglah, Sheeva gak masalah kok. Sheeva bisa hilangi bekas perempuan itu di tubuh Alby, tenang ya" Bisik Zinnia.

Mendengar hal itu, Alby langsung melepas pelukannya dan menatap kacau Zinnia. Tangannya bergerak kasar membuka kancing piyamanya, dengan tangan yang gemetar.

"Alby-"

"SEKARANG! HILANGIN SEKARANG!! Aku..hiks..aku gamau Sheeva..hiks...jijik..hiks..aku gasuka..Sheeva..bersihin sekarang...bersihin...hiks.." Racau Alby seraya menarik tangan Zinnia.

Zinnia terenyuh sekali lagi, dia kembali menarik tangannya dan beralih ke kancing piyama Alby. Kemudian mengancingkannya lagi "Alby, kita harus nikah dulu. Aku gabisa lakuin itu, karena itu sama aja aku nodai kamu. Kita belum sah Alby" Ujar Zinnia.

My Alby [Tritologi My Autis Boy]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang