A-4

1.4K 204 20
                                    

Zinnia berlari dengan cepat menuju jalanan komplek, setelah tadi dia mengecek isi kamar Alby. Ternyata kamarnya kosong dengan keadaan jendela yang terbuka.

"Sial, kenapa jadi gini sih!?" Gumam Zinnia kesal, di belakangnya ada Aldy yang berlari menyusulnya. Napasnya tersenggal-senggal karena berlari.

"T-tunggu...hahhhh..uhuk" Zinnia menoleh sedikit "Lo gausah nyusul, mending di rumah aja" Celetuk Zinnia.

Aldy mengatur pernapasannya seraya memegang dengkulnya, kacamatanya sudah berembun akibat napas dan juga keringatnya "Enggak, Alby itu adik aku. Jadi aku harus nyariin dia juga" Ujar Aldy.

Zinnia mengedik, terserahlah Zinnia tak mau perduli. "Gue ke arah sana, lo terserah mau kemana asal jangan hilang." Ucap Zinnia sebelum berlari ke arah yang berbeda.

Aldy menatap punggung semping Zinnia sejenak, kemudian menaikan kacamatanya yang melorot "Baik juga tuh cewek" Gumam Aldy.
.......
Zinnia berlari menelusuri gang-gang sempit yang dia lewati, tapi tak kunjung menemukan dimana Alby.

"By kamu dimanasih!?" Sumpah, ini lebih melelahkan ketimbang disuruh Leo untuk cari kutu aer di parit. Gimana kalau ada Tante girang yang ngenyulik Alby, secara kan Alby imut macam teddy bear.

Zinni kini melewati indojanuari yang biasa dia datangi, matanya melihat siluet remaja berkemeja biru donker, rambutnya hitam dan dia tengah menyembunyikan wajahnya di antara lipatan lututnya.

"Itu..jangan-jangan kembaran si Aldy" Gumam Zinnia lalu mendekat, jantungnya berdegup dengan sangat cepat saat ini. Inilah hal yang harus dia pastikan sekarang.

Zinnia menatap lekat rambut hitam dan tubuh remaja itu, kemudian dia menyentuh pucuk kepala remaja itu, sampai membuatnya kaget dan menegang.

Perlahan tapi pasti, remaja itu mendongak dengan mata sembab sehabis menangisnya. Mata Zinnia membola, dua tahi lalat di bawah mata...dia mirip dengan sekali dengan Alby Dirgantara.

"Ah, hiks..Sheeva. Kamu disini" Ucapnya seraya menyeka air mata di pipinya, dia berusaha tersenyum tapi tetap saja bibirnya kaku.

Zinnia masih diam "Sheeva? Kamu kenapa-"

"Alby"

Alby diam, matanya nampak menunjukan kekagetan yang besar. Seakan shock hanya karena Zinnia memanggilnya Alby "H-hah? Sheeva salah orang, aku bukan Alby-"

"Iya kamu Alby. Kamu Alby-nya aku, teddy bear kesayangan aku, kenapa kamu bisa jadi gini?" Seloroh Zinnia datar dan penuh tekanan. Tatapan matanya juga menyorotkan kebingungan dam sedikit rasa kecewa.

Alby menahan napa melihat tatapan itu, sedetik kemudian dia nangis "Hiks...maaf..huaaaaaaaa maafin Alby....hiks..maaf Sheeva maaf...hiks...Alby...hiks..Alby bingung mau bilang sama Sheeva gimana...Sheeva pasti anggap Alby aneh.." Racau Alby sambil terus menangis.

Dia juga menyeka air matanya berulang kali dam terisak, Zinnia kini ikut berjongkok di depan Alby. Dia menangkup pipi kanan Alby dan mengelusnya.

Membuat Alby nyaman tapi tetap saja dia merasa bersalah "Hiks...Sheeva jangan tinggalin Alby...hiks..jangan...hiks..Alby gamau ditinggal Sheeva lagi....huhuuuuu" Lirihnya.

Zinnia masih diam, dia kemudian menarik tangannya dari pipi Alby kemudian berdiri. Membuat Alby pucat seketika, dia ikut berdiri dan berusaha menggenggam tangan Zinnia.

Tapi tak jadi karena dia segera menarik tangannya kembali "Sheeva..." Lirih Alby dengan suaranya yang bergetar. Napasnya sedikit memburu dan dadanya memberat.

Zinnia menatap datar Alby, kemudian senyum segaris muncul di wajahnya.

"Pulanglah By, maaf nampaknya kita gajadi kencan." Ujar Zinnia tenang, lalu berbalik dan berjalan meninggalkan Alby yang mematung.

Apa..maksudnya ini, akan lebih baik jika Zinnia langsung memaki, manampar atau memukulnya. Tapi jika seperti ini Alby tak bisa tenang.

"Sheeva...hiks...Sheevaaaaa" Alby tak bisa, dia berlari mendekati Zinnia dan memeluknya dari belakang.

Menahan gadis itu agar tidak berjalan semakin jauh "Sheeva...hiks...maafin Alby..hiks...Sheeva jangan gini..." Mohon Alby.

Zinnia menyentuh tangan Alby yang melingkar di lehernya, kemudian melepaskannya "Pulang By, nanti kamu kedinginan." Ujar Zinnia kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

Meninggalkan Alby yang sudah menangis hebat dengan tubuh yang bergetar "Hiks..SHEEVA!! JANGAN TINGGALIN AKU...hiks..SHEEVAAA!!" Teriaknya histeris.

Dia memukul kepalanya berulang kali dan menjambaknya, kebiasaan buruknya di masa depan nampaknya ngikut. Zinnia tak perduli dan terus berjalan, dia perlu mencerna semua yang terjadi.

Kenapa Alby menjadi normal, ini sama seperti kecurigaan Zinnia sebelum mereka terlempar ke masa lalu. Kecurigaan bahwa Alby normal, tapi di awal itu bukanlah Alby...itu Aldy.

Jadi...apa yang sebenarnya terjadi?.

Apa iya..jika sedari dulu, sedari mereka terlempar ke masa lalu, yang dia lihat di parkiran itu memang Alby...apa benar itu semua?






























Tbc..

Jadi gini guys 'My Autis boy' yang adegan Zinnia ketemu sama Aldy di supermarket, itu...sebenarnya Alby.

Jadi, Dirgantara memang sudah ada di diri Alby. Hanya saja yang tau hanya Frisya dan Frisya menganggap Dirgantara yang di diri Alby itu luar biasa.

Dan adegan dimana Aldy datang ke rumah Zinnia, itu memang Aldy. Cuman...Aldy baru kembali dari Amerika dan dia diminta untuk mengatakan pada Zinnia jika yang Zinnia temui itu adalah dirinya.

Padahal...yang Zinnia temui di supermarket memanglah Alby. Itu memang Alby, lagipula kenapa bisa Frisya tidak curiga pada Alby yang sekarang.

Ya ngapai dia curiga, toh sebelum terlempar ke masa lalu, Dirgantara uda ada di diri Alby.

Makannya di masa depan, Dirgantara dendam banget sama orang yang uda dia bunuh.

Ngerti kan? Kalau gangerti yaudalah pasrah aku😂.

My Alby [Tritologi My Autis Boy]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang