S-4

1.4K 224 25
                                    

Pagi hari yang buruk di kediaman Nevandra, pasalnya Alby demam dan terus menangis tak mau diam. Suhu tubuhnya tinggi, wajahnya memerah dan penuh dengan keringat serta air mata.

Frisya dan Aldy sampai kebingungan karena Alby tak kunjung berhenti menangis "Huaaaaaaaa A-alby mau..She-Sheevaaaaa!! Sheevaaaa!! Hiks...b-bunda..huhuuuu A...alby ma..u..Sheeva...hiks...Sheeva..." Rengeknya.

Matanya terpejam, bye-bye fevee tertempel di dahinya. Matanya terlalu berat hanya untuk melek doang.

"Bunda, Sheeva itu siapanya Adek?" Tanya Aldy penasaran, dia mengelus rambut pirang Alby yang sudah basah karena keringat.

Kasihan dia melihat adiknya nangis seperti ini, mana lagi sakit lagi.

"Sheeva itu pacarnya Alby, uda jalan 3 bulan" Jawab Frisya seraya menyeka keringat dan air mata Alby. Aldy terpelongo, masa adiknya ini bisa punya pacar secantik Sheeva.

Aldy iri, sedikit tapi.

"Kamu jagain adek ya, biar bunda nelepon Sheeva dulu" Tanpa menunggu balasan Aldy Frisya langsung berjalan keluar kamar dengan ponsel ditangannya.

Disaat seperti ini hanya Zinnia lah yang bisa mengatasi Alby, apalagi kalau Alby sudah menangis tak henti-hentinya.

Sedangkan Zinnia saat ini sedang sarapan bersama keluarganya.

"Sheeva, kami setuju untuk memutuskan perjodohan kamu dengan Zova" Ujar Bretna tenang.

Zinnia mengangguk saja, mau sampai kapanpun dia tak akan pernah sudi menikah dengan mantan saudaranya itu. Ogah.

"Kenapa baru sekarang?" Celetuk Zinnia datar. Bretna menghela napas pendek.

"Ya, karena abangmu kan baru pulang dari London. Jadi ya gitu deh" Sebuah suara nyeletuk dari arah tangga rumah. Zinnia tak mau menatap pemuda itu, dia masih geli-geli gimana gitu.

Pemuda berusia 17 tahun itu duduk di kursi sebelah Zinnia, dan mendaratkan kecupan manis di pipinya "Adek gamau nengok abang? Kenapa? Abang ada buat salah?" Tanya Felix lembut seraya mengelus kepala Zinnia.

Zinnia tak menjawab dan terus melanjutkan sarapannya "Dia kenapa Ma?" Tanya Felix pada Bretna, Bretna mengedikan bahunya tanda tak tau.

"Mungkin lagi tengkar sama Alby" Jawab Bretna, Felix terdiam dan menatap serius Bretna.

"Siapa Alby?" Tanya Felix serius.

"Pacar aku, emang kenapa?"

Felix mendatarkan raut wajahnya, dan meja makan kembali hening karena tak ada lagi yang buka suara.

You're lovin' on the psychopat sitting next to you~

Zinnia langsung mengangkat panggilan masuk tadi, nama Frisya tertera di layar ponselnya "Halo Bun?" Ucapnya langsung dan menghentikan kunyahannya.

"Sheeva..eum..gini.."

"Ada apa bunda?" Tanya Zinnia sekali lagi, kali ini lebih lembut.

"Alby sakit, dia nangis terus manggilin nama kamu terus. Bunda sama Aldy bingung gimana cara nenanginnya"

Sudah Zinnia tebak "Yaudah bun, sekarang Sheeva kesana ya."

"Iya, makasih ya Sheeva. Maaf bunda ngerepotin kamu"

Zinnia tertawa pelan "Santai aja bun, Zinnia kan calon mantu yang baik"

Zinnia hanya tak sadar sedari tadi Felix memandangnya tajam dan serius. Setelah melihat Zinnia selesai menelepon, Felix nyeletuk "Siapa tuh?" Tanya nya dingin.

Zinnia memandang sinis Felix "Calon mertua aku" Ketusnya kemudian berdiri dan pergi berlalu. Dia akan membolos hari ini, karena kesayangannya sedang sakit.

"Mama"

Bretna menoleh "Ada apa bang?" Tanya Bretna tenang, tapi dia sudah ketar-ketir karena apa?.

"Abang boleh bunuh orang gak?"

Karena Putra sulungnya sedikit gila jika menyangkut dengan Zinnia. Sang adik angkatnya.

Iya benar, Felix hanyalah anak angkat. Bisa dibilang Felix adalah anak dari orang tua Melo yang sekarang. Bisa dibilang kalau orang tua Zinnia dan orang tua Melo itu tukaran anak.

Bretna menukar Melo dengan Felix.























Tbc..

Kalian tau Pak Saleh yang dibunuh Damian?.

Ya itu, dia bokapnya Aldy sama Alby.

My Alby [Tritologi My Autis Boy]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang