Mataku menatap lurus ke luar jendela kamar, melihat lihat pemandangan dan menikmati udara segar di sekitar hotel tempat kami menginap. Saat ini aku sedang berada di Dieng, Jawa Tengah. Apa yang terlintas dipikiran kalian saat mendengar nama Dieng selain dari pemandangan alamnya yang benar benar indah.
"Azza!" Mendengar nama ku dipanggil, aku lantas membalikkan tubuh seraya menutup gorden jendela.
"Za, yang lain udah nungguin di lobby," kata Najma, temanku.
"Owh, Nissa mana? Bukannya tadi keluar bareng kamu?" Tanyaku sembari menyandangkan kerir ke punggungku.
"Dia nunggu di bawah, kan tadi dia udah sekalian bawa tas," sahutnya sembari memasang kaos kaki dan sandal gunungnya.
"Za, tolongin!" Aku sedikit terkekeh sambil beranjak untuk membantu Najma berdiri.
"Hah, ok, kita turun sekarang!" Serunya sembari melangkah dengan semangat keluar dari kamar.
Aku juga sama excited nya dengan Nana, aku sungguh tidak sabar dengan kegiatan yang akan kami lakukan hari ini. Setelah turun dari lantai 8 akhirnya kami tiba di lobby dengan menggunakan lift. Di sana aku sudah melihat teman temanku yang sedang duduk berkumpul di kursi tunggu.
"Semuanya udah pada lengkap kan?" Tanya Bang Hanan pada kami, dia adalah seorang pendaki ahli yang sudah sering naik turun gunung, maka dari itu bang Hanan lah yang akan menemani kami selama pendakian nanti.
Setelah ditawarkan pada beberapa nama gunung di Dieng, pilihan kami jatuh pada Gunung Prau, Gunung yang dijuluki para pendaki sebagai gunung sejuta umat. Gunung berketinggian 2.565 M Di atas Permukaan Laut ini begitu terkenal dengan keindahan panorama saat sunrise nya.
"Sudah bang!" Sahut kami setelah memastikan semuanya.
"Ya sudah, kita berangkat sekarang, nanti ke sorean," setelahnya kami pergi menggunakan mobil milik bang Hanan.
Selama di perjalanan, mataku tak lepas menatap ke luar jendela, kaca mobil yang sedikit ku turunkan membuatku dengan leluasa merasakan kesegaran udaranya. Melihat jajaran pohon pohon di pinggir jalan, dan juga hamparan lahan hijau di lereng lereng bukit yang dibentuk terasering. Saat saat seperti inilah yang akan sulit aku temukan saat di kota, yang bisa kutemui hanya gedung gedung tinggi dan padatnya kendaraan.
"Hello guys, wellcome back to my YouTube channel!" Suara Nana membuatku menoleh ke arahnya yang berada di sampingku. Kini kedua gadis itu sudah mulai beraksi dengan kameranya.
"Berisik woy!" Seru Bayu dari arah belakang, Nana tampak membalikkan tubuhnya untuk dapat menjitak kepala Bayu yang duduk di kursi belakang bersama Hafidz.
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kami tiba di basecamp pendakian via Patak Banteng. Saat turun dari mobil, aku sedikit tidak percaya saat melihat kondisi parkiran yang sudah banyak kendaraan yang tertata rapi disana. Setelah semua turun dari mobil, kami harus menunggu beberapa saat, sedang bang Hanan dan dua temanku yang laki laki meregistrasi.
"Aku nggak sabar banget!" Seru Nana yang membuatku dan juga Nissa terkekeh pelan.
"Kita juga Banana," sahutan dari Nissa membuat Nana mencebikkan bibir kesal.
"Kebiasaan kucing gini nih, ... Nis, nis, nis, nis ...." Sahut Nana dengan gaya seperti memanggil kucing.
Ditengah asiknya melihat perdebatan kecil antara Nana dan Nissa, bang Hanan, Bayu dan juga Hafidz datang menghampiri kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alam, Azka Dan Az-zahra (A)
Ficção Adolescente"Dunia memberikanku waktu untuk berpikir dalam ruang hampa tanpa suara, lewat hadirmu menyampaikan secercah harapan dalam kegelapan, terimakasih sudah menjadi alasanku untuk bertahan, jangan pernah berhenti jadi pelangi ya za, meski orang tersebut b...