4. First Blow

998 128 5
                                    

04.Jan.2021

.

.

.

Kakinya memasuki area dapur, Yibo menghela nafas saat melihat makan malamnya yang setengah jadi masih tergeletak diatas meja. Dia bermaksud membereskan, tapi dia tau Xiao Zhan sedang kesakitan dilantai atas. Disahutnya sebotol pil pereda nyeri dari almari dan kompres panas, lalu segera kembali ke kamar mereka.
Xiao Zhan masih bergelung dibawah selimut, menyembunyikan wajahnya pada bantal Yibo. Kening si lelaki Wang berkerut, dengan cepat Yibo berjalan ke arah ranjang dan menyesuaikan suhu pada kompres lalu membalutkannya pada kaki Xiao Zhan.

Merasa selimut pada kakinya tersingkap, Xiao Zhan sedikit mengangkat kepala dari bantal, Yibo membungkuk sebentar untuk mendaratkan ciuman kecil dipipinya. "Panasnya cukup?" Suara Yibo lembut dan Xiao Zhan mengangguk. Diamatinya wajah lelah itu.

"Zhan Ge?"

Manik hitam Xiao Zhan terbuka perlahan, "Hmm?"

"Mungkin kau bisa minum dulu pereda nyeri."

Alis Xiao Zhan berkerut, "Apa bedanya aku minum atau tidak?"

"Setidaknya kau tidak akan merasakan kakimu yang terkilir." Tawar Yibo.

"O ya?" Pertanyaan itu terdengar lelah dan ragu, tapi Xiao Zhan bangkit duduk dan menerima 2 butir dari botol yang Yibo tawarkan. Dia menelannya begitu saja dengan mudah lalu bersandar pada headboard, netranya kembali menutup. Rasa sakit masih telukis di wajah Xiao Zhan, saat Yibo membetulkan letak kompres di kakinya, Xiao Zhan membuat suara protes di tenggorokannya.

Yibo menepuk pelan lutut Xiao Zhan, "Tidak sakitkan?"

"Ya." Jawab Xiao Zhan singkat.

"Perlu ku ambilkan sesuatu lagi?"

Xiao Zhan terbangun, rasa marah tergores dimanik hitamnya. "Yibo, aku tak perlu apa pun, Oke? Aku hanya mau tidur dan tidak ingin sakit atau terluka! Dan hal terakhir yang ku inginkan adalah kau memperlakukan ku seperti bayi!"

Kalimat Xiao Zhan membuat bahu Yibo menegang, kakinya mundur selangkah dari ranjang. "Aku tidak memperlakukanmu seperti bayi, dan keadaanmu yang sekarang tak akan mengubah apapun diantara kita, Oke?" Nada suara Yibo turun 1 oktaf, "Kecuali kau yang menyuruhku pergi."

Xiao Zhan menghela nafas, dia menggosokan kepalan tangan ke matanya. "Aku tak minta jadi seperti ini Yibo!" Ucapnya setengah berteriak. "Selalu aku! Tidak pernah orang lain! Selalu Xiao Zhan! Apa yang pernah aku perbuat hingga terus menerus menerima hukuman seperti ini?! Arrgh!" Xiao Zhan mengerang frustasi sambil menjambak rambutnya sendiri, dia marah dan tidak mengerti.

Kaki Yibo kembali melangkah mendekat, tak yakin harus berkata atau berbuat apa. Belum pernah sebelumnya Yibo lihat Xiao Zhan sefrustasi ini, bahkan dulu saat menghadapi kecaman dari berbagai sudut saat kasus disalah satu situs website online. Yibo hanya ingin menenangkan kekasihnya itu, tapi sepertinya Xiao Zhan tak menangkap maksud Yibo. Meneguk ludahnya, Yibo buka suara. "Zhan Ge, ak.. aku mau ke bawah dan.." Kalimat itu terpotong oleh suara panik milik Xiao Zhan.

"Kau mau pergi?!" Manik hitam yang tadinya redup, sekarang melebar penuh rasa takut.

Dengan cepat Yibo kembali ke sisinya, kepalanya menggeleng. "Tidak Zhan Ge, aku tidak pergi. Aku tak akan pernah meninggalkanmu."

Suara Xiao Zhan melirih, kepalanya menunduk kalah. "Tapi tidak dengan caramu menciumku, Yibo. Kau memperlakukan ku seolah aku akan hancur saat kau sentuh."

Mendengar itu, perut Yibo seperti ditusuk ribuan jarum. Perlahan diraihnya dagu Xiao Zhan, mereka bertemu pandang. Kembali dilarikannya ibu jari disepanjang tulang rahang milik Xiao Zhan. Yibo kembali duduk diatas ranjang. "Maaf jika kau merasa begitu, Baobao. Aku.. maksudku, ini semua terlalu menakutkanku." Ditariknya nafas dalam. "Aku hanya ingin kau merasa nyaman. Aku akan memberimu ruang dan waktu sebanyak yang kau butuh untuk berfikir. Zhan Ge, aku tidak akan pernah meninggalkanmu dalam keadaanmu sekarang." Dengan tangannya yang lain, Yibo meraih milik Xiao Zhan, mengaitkan jemari mereka. "Baobao, Kau sedang sakit, terluka dan tidak mengerti hal apapun yang sedang menimpamu. Dan hal terakhir yang kau butuhkan adalah aku mengajarimu apa yang kau perlu lakukan."

Xiao Zhan menelan ludah, mengangguk dan mengeratkan tautan jemari mereka.

"Aku rasa kita berdua tak perlu buru-buru saat ini." Yibo melempar senyum hangat. "Zhan Ge, hubungan kita sudah berjalan selama 3 tahun. Kurasa itu garansi yang cukup jika apapun yang terjadi, kita akan menghadapinya bersama. Dan untuk sekarang, setelah semua kejadian ini, semua hal diluar hubungan kita singkirkan terlebih dulu. Kau dan kesehatanmu adalah daftar pertama yang harus kita prioritaskan."

Tangan Yibo kembali meraih dagu Xiao Zhan yang tertunduk, air mata sudah akan meluncur turun lagi. Yibo hanya bisa menghela nafas saat pipi Xiao Zhan basah. Dia hanya bisa menawarinya pelukan erat. "Maaf Yibo," jari Xiao Zhan meremas kaos Yibo seakan merasa putus asa. "Maaf," bisiknya lagi dengan masih mengubur wajahnya dileher Yibo. Usapan Yibo dipunggungnya pun tak berhenti bergerak. Merasakan kekalutan si pria yang lebih tua.

"Berhenti meminta maaf." Kata Yibo lirih. "Kau akan baik-baik saja."

Jari Xiao Zhan memainkan kaos Yibo yang tadi digenggamnya saat kesunyian kembali mengelilingi mereka.

Merasa kekasihnya sudah terlihat sedikit lebih tenang, Yibo buka suara. "Hei. Aku akan ke bawah sebentar untuk mengambil makan malam."

Anggukan pelan diterima Yibo sebagai jawaban.

"Hanya sebentar. Aku akan langsung kembali." Bujuknya lagi saat Xiao Zhan tak mengendurkan pelukannya.

"Atau aku bisa ikut kalau kau mau."

"Tanpa mu beberapa menit tidak akan membuatku mati, Wang Yibo. Jangan terlalu percaya diri." Sarkas Xiao Zhan.

Kecupan lembut mendarat dipipi pucat itu, "Kalau ada apa-apa kau cukup menjerit, dan aku akan menggendongmu ke bawah."

Xiao Zhan mendengus tak percaya, dipukulnya pelan perut Yibo. "Itu tidak lucu Yibo."

"Itu karena aku mencintaimu." Yibo beralasan.

Meski tak paham, Xiao Zhan tak menahan tawa dan mengeratkan pelukannya. "Aku tau. Dan kau tau aku menyukainya."

Yibo membalas pelukan itu, "Hmm, kau sangat menyukainya."

Bersambung~

.

.


.

.

Note : terlalu banyak pelukan dan adegan 'clingy' diatas. 

The Call (end) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang