11.Jan.2021
//
//
//
Kesunyian menyelimuti mereka, lalu beberapa menit kemudian Xiao Zhan menjauhkan tubuhnya, "Ku pikir kau mau ke bawah untuk makan malam?"
"Ya ya, aku baru mau ke sana." Jawab Yibo sedikit geli.
Tawa itu menular pada Xiao Zhan yang mendorong tubuh Yibo. "Pergi sana. Lebih cepat kau ambil makan malammu, lebih cepat juga kau kembali kesini. Lalu aku bisa tidur dengan menjadikanmu bantalku."
Dengusan terdengar dari mulut Yibo. "Aku sudah menjadi bantal sejak lama, Baobao."
Xiao Zhan meringis imut. "Mau bagaimana lagi, kau lebih nyaman dari pada bantal produk pabrik."
Sudut bibir Yibo terangkat jahil, dia mulai berdiri dari ranjang. Suaranya terdengar dari kamar saat menuruni tangga. "Aku bisa menjadi lebih dari sekedar bantal yang kau peluk sepanjang malam!"
Xiao Zhan tertawa saat tubuh Yibo menghilang dibalik tembok. "Hm hm aku tau kau lebih dari itu Lao Wang!"
Langkah kaki Yibo sedikit terburu saat menuruni tangga. Dia segera menuangkan sereal kedalam mangkuk dan memotong beberapa jenis buah untuk serealnya. Juga membereskan bahan-bahan yang tadi sempat berantakan di meja. Menyeringai mesum, Yibo meraih sesisir pisang dan menaruhnya dalam kantong celana. Mangkuk sereal dan sebutir apel dikedua tangan, Yibo kembali naik ke lantai atas dan tersenyum saat melihat kekasihnya berbaring nyaman di tempat tidur.
Melirik ke arah Yibo, Xiao Zhan tertawa nyaring. "Aku membencimu, Wang!"
Masih dengan seringai yang sama, Yibo menaruh mangkuk makan malamnya di meja nakas, lalu meraih pisang dari kantung celana. "Sungguh?" Benda berwarna kuning itu terayun didepan wajahnya. "Ku pikir kau mencintaiku."
Tangan Xiao Zhan meraih kaos Yibo membuat pria yang lebih muda kembali terduduk di ranjang. "Kau tidak salah. Aku menyukaimu." Mereka berciuman mesra beberapa saat sebelum Xiao Zhan kembali bersandar pada tumpukan bantal."Kau mau makan sesuatu?" Tawar Yibo sambil menyingkirkan poni rambut Xiao Zhan dari dahinya.
Xiao Zhan menolak. "Tidak perlu."
"Mau menonton film atau serial kesukaanmu?" Yibo meraih mangkuk yang tadi diletakkannya di meja nakas.
Lagi, Xiao Zhan menggeleng, menggeser tubuh lebih dekat ke Yibo. "Tidak." Jawabnya sambil menjilat bibirnya yang kering. "Aku hanya ingin..." suaranya terdengar malu.
"Ingin apa Baobao?"
"Ingin dekat denganmu." Xiao Zhan menghela nafas dan tersenyum kecut. "Karena aku merasa seperti mau meledak dan tak ingin semua ini terjadi, agar aku bisa tidur dengan damai dalam pelukanmu."
Senyum Yibo tak sepenuhnya mekar, "Kau tetap bisa tidur sambil memelukku." Ujarnya masih dengan sebelah tangan membelai rambut sang kekasih. "Hanya saja, jangan marah kalau serealku tumpah dan mengenaimu."
Tawa Xiao Zhan memenuhi ruangan itu, dia menenggelamkan wajah ke perut Yibo. Getaran tawa itu membuat Yibo menggigit bibir, menahan erangan karena perbuatan Xiao Zhan. Tangannya mendarat dirambut hitam Xiao Zhan. "Hentikan. Kau membuatku ingin memakanmu."
Mendongakkan kepalanya, Xiao Zhan menjawab. "Kau bisa jika kau mau."
"O ya?"
Tangan Xiao Zhan merayap ke paha Yibo. "Hmm."Yibo menghirup nafas perlahan, bibirnya tersenyum. "Jangan menggodaku lagi."
Menyamankan diri dengan berbaring dan menjadikan perut Yibo sebagai bantal, Xiao Zhan menurut. "Makan serealmu dan jangan sampai tumpah. Apalagi mengenai rambutku."
Yibo tertawa, "Kau bahkan tidak menyisir rambut hari ini..."
"Kalau aku bisa, aku akan melakukan perawatan hair spa ke salon. Tapi aku takut kau akan tertawa melihatku berjalan pincang dengan tongkat Kruk itu."
Yibo mendaratkan ciuman ke dahi Xiao Zhan. "Aku tidak akan tertawa, Baobao. Dan kau tak akan pergi kemanapun malam ini."
Xiao Zhan menggosokkan pipi ke perut Yibo. "Hmm aku rasa aku juga tak ingin kemana-mana."
"Tidur, Baobao. Kau perlu istirahat." Kelopak mata Xiao Zhan mulai menutup, dia tertidur dibawah arahan tepukan lembut dirambutnya. "Mimpi indah, Zhan Ge." Bisik Yibo.
Tak lama setelah itu, Yibo juga ikut terbuai. Dia bahkan tidak ingat untuk memasang alarm sebelum menyamankan diri disisi Xiao Zhan dan memeluk tubuh kurusnya.
Nafas Xiao Zhan lembut menerpa Yibo. Dia bergelung menyusupkan kepala di dada bidang itu. Yibo meraih selimut membungkus mereka berdua sebelum terbuai dalam tidur yang lelap. Rasa penat, lelah dan stres yang sehari itu mengejar, mulai memudar saat Yibo tenggelam ke alam mimpi.
Yibo berharap tidur nyeyak malam ini, tapi otak dan pikirannya tetap melayang. Kerutan tercetak didahinya saat mata Yibo mengerjab, berusaha menangkap cahaya fajar yang tumpah dalam ruangan menyusup diantara korden jendela.
Tubuh Yibo sudah akan bangkit sebelum teringat kalau Xiao Zhan terbaring diatasnya. Saat netra Yibo tertuju pada tubuh ramping itu, dia tersenyum, sedikit lega melihat Xiao Zhan tidur nyenyak. Tangan besar itu meraba tulang punggung Xiao Zhan, mengusapnya perlahan. Menelusupkan jemari ke balik kaos, Yibo berharap menemukan kulit hangat milik kekasihnya. Alis Yibo bertaut saat tangannya bertemu dengan punggung yang dingin. Dia mencoba bangkit bersama tubuh Xiao Zhan yang tidak bergerak. Dengan tangannya yang lain, Yibo mengusap dahi Xiao Zhan. Wajah kekasihnya itu sedingin es."Zhan Ge?" Panggilnya. Dada Yibo sesak dengan rasa panik. Di tepuknya bahu Xiao Zhan, tapi tak ada jawaban. "Xiao Zhan!" Suara Yibo memanggil lebih keras di ruangan sunyi itu. Yibo menelan ludah, dia duduk lalu memeluk tubuh kurus milik sang kekasih, juga mencoba mengenyahkan rasa kantuk yang masih belum hilang sepenuhnya. Tubuh kurus dan dingin itu lunglai dalam pelukannya. Kepala Yibo menggeleng. "Bangun Xiao Zhan!"
Membaringkan tubuh itu kembali, Yibo mengusap pipi pucatnya. Nafas Yibo tersengal, rasa sesak memenuhi paru-paru, Yibo tidak bisa berfikir jernih. "Xiao Zhan! Bangun!" Diguncangnya bahu Xiao Zhan, Yibo merasa tubuh itu bahkan sudah tidak lagi bernafas. Tangannya mencoba meraih ponsel, mencoba menghubungi seseorang. Nada dering mendengung terdengar diseberang sana, tanpa ada yang menjawab. Hanya berdengung terus berdengung.
Tubuhnya terlonjak kaget saat sinar sang mentari menusuk mata, membuat Yibo menghindar. "Mmmph." Sebuah erangan terdengar dari sisi lain ranjang. Berbarengan dengan nada dering telefon.
Yibo mengambil nafas dalam, mata terbuka lebar saat tangannya menelusup masuk mengelus punggung Xiao Zhan, kekasihnya itu masih tertidur pulas. Kulitnya hangat ditelapak Yibo. Telefon itu masih berdering, dengan segera Yibo menjawabnya."Halo?" Suara serak khas bangun tidur.
"Hei! Ini aku."
Yibo memproses kalimat diseberang sana. "Kuan Ge?"
"Hmm. Aku membangunkanmu?"
"Ya."
"Oh. Maaf..."
"Tidak... aku hanya, masih setengah tidur." Potong Yibo.
"Oke. Setengah jam lagi aku ke sana. Kau perlu ku bawakan sesuatu selain Starbuck?"
"Kurasa tidak."
"Hmm, sampai nanti."
"Okay."
Menutup panggilan itu, Yibo menoleh ke tubuh kurus yang masih terbaring diranjang. Menggosok wajahnya, Yibo merasa lega. Itu tadi hanya mimpi.
**BERSAMBUNG**
KAMU SEDANG MEMBACA
The Call (end) ✔️
FanfictionSeharusnya ini seperti hari-hari biasa. Xiao Zhan keluar untuk Jogging, tapi secara tak sengaja sebuah kejadian mengubah kehidupannya. Dan dia tidak yakin bisa melalui ini bersama dengan Yibo. Sebuah panggilan telfon yang akan mengubah kehidupan mer...