10. Baby, This Is Just Like You

759 76 6
                                    

30.Maret.2021

.

.

.





Satu setengah jam kemudian Yibo keluar dari gedung steril rumah sakit, dimana tempat janji temu Dokter Wen telah diadakan, memegang lembar paket informasi yang tebal, beberapa resep, dan rencana diet sementara untuk digunakan sampai mereka bertemu dengan ahli gizi. Dia menahan pintu agar terbuka untuk Xiao Zhan dan memperhatikan dengan cermat ketika pria yang lebih tua itu berjalan dengan kruk-nya melalui pintu dan perlahan-lahan menuruni jalan menuju tempat parkir. Yibo mengikuti di belakangnya, menyipitkan mata di bawah sinar matahari sore yang menyilaukan. Xiao Zhan berhenti tiba-tiba ketika dia mencapai trotoar, bersandar pada kruk di bawah lengannya. Yibo hampir menghampirinya, berhasil berhenti tepat pada waktunya. Dia mengerutkan kening. "Zhan Ge?" Yibo berjalan mendahului untuk berdiri di depannya. Xiao Zhan menatap Yibo dengan mata berkaca-kaca dan dia menggelengkan kepalanya perlahan. “Ada apa?”

Xiao Zhan menelan ludah. "Tidak enak badan."

Yibo mengangguk, matanya mengamati Xiao Zhan dengan cermat. Pipi kekasihnya memucat dan dia menjilat bibirnya, mengambil napas pendek. Yibo bergeser untuk berdiri di sampingnya, mengusap-usap punggung Xiao Zhan dengan tangannya. Sejujurnya dia sendiri merasa sedikit mual, pertemuan tadi itu informatif, tetapi pada saat yang bersamaan membuat mereka kewalahan. Ada begitu banyak yang harus dipelajari dan dibiasakan, dia tidak yakin bahwa dia siap untuk itu, dan dari kelihatannya, Xiao Zhan mengalami kesulitan untuk mencerna info tadi. Yibo menggerakkan tangannya ke belakang leher Xiao Zhan, dengan lembut memijat otot-otot dengan ujung jarinya. Dia merasakan Xiao Zhan menelan lagi dan secara perlahan mulai rileks. Menit-menit berlalu dan Yibo bertanya dalam hati apa dia perlu menggendong Xiao Zhan dan membawanya ke mobil. tetapi pria pemilik mata indah itu mengangkat kepalanya, menarik napas dalam-dalam. Yibo menyelipkan tangannya untuk beristirahat di antara tulang belikat sang kekasih, masih mengawasi pacarnya dengan hati-hati. Xiao Zhan memberinya setengah senyuman dan mengulurkan salah satu lengannya ke arah Yibo. Pria lebih muda itu tersenyum lembut dan melangkah mendekat, memeluknya sebisa mungkin dengan kertas di bawah lengannya.

Xiao Zhan membenamkan wajahnya di bahu Yibo, memeluknya erat-erat. Rasa kewalahan tidak cukup menggambarkan perasaannya. Dia merasa tak berdaya, bertentangan dengan keinginannya yang kuat dan terlalu rentan lalu hancur. Dia menarik napas dengan gemetar, tangannya mencengkeram kaos Yibo. Dia telah bertemu dengan banyak hal dalam hidupnya, dan semuanya dapat dihadapi, menjadi masa lalu dan hidupnya tetap utuh. Tapi kali ini berbeda. Kali ini masalahnya tidak akan pergi, dan itu membuat jejak kehancuran dalam jiwanya. Dia hancur, dalam pikirannya hubungannya dengan Yibo sudah retak, dan dia belum melihat kerusakan apa yang akan terjadi pada keluarganya dan selanjutnya, pada karirnya. Xiao Zhan meredam tangisan di dada Yibo dan lengan yang kuat di pinggangnya semakin erat.

"Sssh Zhan Ge, aku di sini." Xiao Zhan mengangguk sedikit dan Yibo mengusap bibirnya ke pelipisnya, memeluknya erat-erat. Dia menggumamkan kalimat menenangkan ke telinga Xiao Zhan dan akhirnya beberapa menit kemudian pria yang lebih tua itu mengangkat kepalanya, lalu berkedip perlahan. Yibo merasakan perutnya mual saat mereka saling memandang. Mata Xiao Zhan entah bagaimana tampak memudar, lebih kosong daripada yang pernah dilihatnya sebelumnya. Dia menelan ludah, merasakan tenggorokannya mengering. Xiao Zhan menggelengkan kepalanya perlahan lagi sebelum meletakkannya kembali ke bahu Yibo. Yibo memejamkan mata, melawan gumpalan di tenggorokannya. Dia mencengkeram Xiao Zhan erat-erat, memeluk kepala pria itu di bahunya, pipi mereka terkatup rapat. Suaranya terdengar berbisik dengan tekanan yang kuat saat dia berbicara. "Xiao Zhan, aku berjanji, kita akan melalui ini bersama-sama." Dia menarik napas. “Aku mencintaimu dan aku akan melakukan semua yang aku bisa untuk membantumu, oke? Kau akan baik-baik saja.”

The Call (end) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang