Mulai hari ini, Meecha berangkat ke kampus dengan Taeyong. Sekarang dia sedang menunggu Taeyong di depan apartemennya, karena Taeyong bilang sebentar lagi dia berangkat dan menyuruh Meecha menunggunya di depan apartemennya.
"Pagi!" Sapa Taeyong dari balik helm full face nya itu.
Meecha tidak bisa bohong, dia cukup kagum dengan penampilan Taeyong sekarang dengan setelan yang serba hitam.
"Pagi kak." Balas Meecha sambil tersenyum.
"Berangkat sekarang?" Tanya Taeyong dan di balas anggukan oleh Meecha.
Taeyong menyodorkan helm berwarna putih baru yang sengaja dia beli semalam.
Meecha jalan mendekati motor Taeyong dan mengambil helm lalu memakainya. Setelah selesai dengan helmnya, Meecha langsung naik ke motor Taeyong.
"Pegangan!" Ucap Taeyong.
Meecha hanya mengangguk dan memegang jaket yang dipakai Taeyong. Taeyong langsung tancap gas menuju kampus mereka.
°°°
Meecha dan Taeyong baru saja sampai di area parkir kampus. Banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka, atau lebih tepatnya tatapan benci ke Meecha.
Sebenernya Meecha sudah muak dengan situasi seperti ini. Dia benci dengan tatapan tatapan yang menganggap Meecha hanyalah sampah yang bahkan tak pantas ada disini.
"Kak, aku duluan ya." Pamit Meecha dan langsung meninggalkan Taeyong dengan kepala yang menunduk.
Taeyong yang baru saja akan turun dari motornya hanya menatap punggung Meecha yang semakin menjauh dengan tatapan aneh.
"Dia kenapa?" Monolognya.
Sedangkan Meecha, dia memilih untuk pergi ke toilet dan berdiam di salah satu bilik toilet.
"Eh lo tau mahasiswi pindahan dari jurusan seni rupa kan? Tadi gue liat dia dateng sama kak Taeyong, cowok famous dari jurusan arsitek. Ga tau malu aja gitu." Ucap seorang mahasiswi yang baru saja memasuki toilet.
"Oh yang jelek itu kan ya? Iya gue tau. Masa sih? Kak Taeyong kan ga pernah sedeket itu sama cewek, apa lagi sampe boncengan. Jangan-jangan dia pake pelet kali ya, makanya sampe bisa deket banget sama kak Taeyong." Balas yang lainnya.
"Bisa jadi. Soalnya kan, astaga dari mukanya aja ga cocok banget."
"Iya bener. Malah kemaren gue liat dia sama kak Taeyong ngobrol gitu di depan perpus." Ucap mahasiswi itu lalu mereka berdua keluar dari toilet.
Meecha mendengar itu semua. Pemikirannya semalam salah. Lagi-lagi, dia merasa hidupnya ini tidak berguna. Apa tidak cukup penderitanya dulu sejak SMP sampai SMA? Dia hanya ingin hidup damai. Dan sekarang apa? Lagi-lagi dia menjadi bahan omongan dari banyak orang.
Seharusnya semalam dia menolak ajakan Taeyong untuk pergi ke kampus bersama. Harusnya dia tidak dekat dengan seniornya itu.
Beberapa menit Meecha menangis di bilik toilet, akhirnya tangisannya mereda. Meecha keluar dari bilik toilet dan mencuci mukanya di wastafel. Dia menatap dirinya sendiri melalui cermin. Wajahnya yang bahkan jauh dari kata cantik. Wajahnya yang terlihat menyedihkan.
Meecha hanya bisa tersenyum miris. "Harusnya aku ga pindah kesini." Monolog Meecha lalu keluar dari toilet.
"Eh Meecha! Aku kira kamu belom sampe."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Wish I Was Heather
Fanfiction"Apa tidak cukup aku hidup dengan kesendirian, kesederhanaan dan cacian? Apa kisah percintaan ku juga harus berakhir buruk? Tidak bisakah aku mendapatkan kebahagiaan dengan bisa terus bersamanya tanpa ada 'orang lain'?"