Bermacam-macam Kejutan [wa]

27 7 19
                                    


07.03

Dipagi yang cerah dan gembira ini Doyoung harus memeras otak menyiapkan seribu alasan untuk menjawab segala pertanyaan guru piket nanti, karena dia terlambat ke sekolah. Doyoung juga harus merelakan telinganya mendengar omelan-omelan guru piket demi berangkat bersama Tara.

Untungnya Doyoung cukup sabar dalam urusan menunggu Tara. Tapi sudah lama menunggu, tidak ada tanda-tanda Tara akan keluar rumah secepatnya. Karena suara kericuhan masih terdengar disana.

Karena terlalu lelah dan lama menunggu, Doyoung memindahkan kursi yang dia duduki ke depan pintu rumah Tara. Untuk mengistirahatkan kepalanya sejenak,
dengan tidur.

Sebelum Tara ditinggalkan orang tuanya bekerja di Swedia, Doyoung tidak pernah sampai seperti ini saat memberikan Tara tumpangan, bahkan dulu Bus adalah kendaraan utama Tara untuk sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum Tara ditinggalkan orang tuanya bekerja di Swedia, Doyoung tidak pernah sampai seperti ini saat memberikan Tara tumpangan, bahkan dulu Bus adalah kendaraan utama Tara untuk sekolah. Hal itu berubah setelah Papa Choi (Ayah Tara) meminta bantuan Doyoung untuk selalu menjaga Tara.

Cukup lama setelah Doyoung memejamkan mata, pintu itu terbuka dengan kasar. Hal itu membuat kepalanya membentur badan Tara. Mereka sama-sama terkejut karena itu.

"Oh? Kaget tolol!" Ucap Tara terkejut.

"Gue apalagi."

Mereka akhirnya memutuskan berangkat menggunakan motor gede Doyoung, supaya lebih cepat sampai. Seakan tak bisa dihindari, orang yang menyeramkan sudah berdiri menyambut mereka di gerbang.

Aturan tetaplah aturan, banyak alasan sudah mereka lontarkan. Tapi, bukannya memberi ampunan, guru piket itu malah menambah banyak hukuman, sebelumnya hanya ada satu hukuman yang sangat tidak menyenangkan. Sekarang lebih dari 5 hukuman yang harus mereka kerjakan.

"Hihh Doy, kenapa lo jawab begitu sih tadi. Kan jadi nambah-nambah hukumannya."

"Kita telat juga gara-gara lo Surti." Mendengar ucapan Doyoung, Tara tidak bisa berdalih lagi. Pasalnya memang dialah penyebab semua ini.

Bel istirahat kedua pun berbunyi.

Kantin Harapan

Kali ini bukan raut muka bahagia yang Doyoung tunjukkan, padahal dengan terdengarnya bunyi bel masa hukuman nya telah berakhir. Doyoung tampak sangat lemas, seperti tidak ada lagi tenaga kecuali untuk bernafas.

"Nih, sawrii." Tara menyodorkan es teh di meja kantin, tempat Doyoung dan teman Tara lainnya duduk.

Tidak biasanya dia memberikan sesuatu yang gratis kepada seseorang, tapi kali ini dia lakukan karena merasa bersalah.

JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang