PEACE-1 Cafe
Tidak ada yang mewah ataupun special hari ini, Tara menjalani hari nya seperti biasa. Bangun kesiangan, bertengkar dengan abang-abangnya, menelan banyak pil untuk perutnya, menuntut ilmu, dan saat ini hendak menuntut bos nya atas tuduhan mempekerjakan pekerja tanpa istirahat minum.
Cafe hari ini benar-benar sangat ramai dari biasa, banyak mahasiswa yang mampir karena perayaan HUT Universitas Harapan.
Tentu saja mereka sangat kelelahan, terutama Tara yang harus bolak-balik menyiapkan makanan maupun minuman, Riri yang hanya sibuk dengan mesin kasir, dan barista yang harusnya meringankan pekerjaan hari ini tidak tau sedang dimana.
Untungnya dengan hari yang menjelang tengah malam, tak banyak pembeli yang berdatangan. Cafe pun perlahan sepi, sebagian memilih untuk pulang, dan sebagian lagi memilih untuk menetap entah sampai kapan.
Karena masih terdapat banyak orang di cafe, Tara dan Riri pun tidak punya pilihan lain selain menunggu mereka semua pulang, walaupun seharusnya jam kerja mereka sudah berakhir.
Menunggu orang-orang tak berperasaan itu pulang tentu tidak sebentar. Akhirnya
Tara dan Riri memutuskan untuk mencari udara segar di luar cafe, sembari menikmati cilok bakar yang mempunyai rasa aneh.Mereka duduk di trotoar yang nampak sangat tenang, karena tak banyak kendaraan maupun manusia yang berlalu lalang.
"Ra,"
"Hm?"
"Gimana kabar abang lo?" tanya Riri tiba-tiba yang membuat Tara mengerutkan dahinya, heran. Suasana yang sepi juga membuat pertanyaannya terdengar sedih.
"Baik, lo juga sering ketemu pasti taulah gimana kabarnya."
"Kayak gak tau aja gimana kalo gue nelfon mau maen ke rumahnya," Riri merebahkan tubuhnya tak perduli sedang dimana dia sekarang.
"Udah kayak diserang teroris kalo lo kerumah kak, ancur semua koleksinya." Tara pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Riri. Ternyata tidur di jalan tidak seburuk itu, bahkan lebih menenangkan dari pada tidur dirumah.
Ada banyak bintang yang bisa dilihat, juga angin sepoi-sepoi yang menyejukkan.
"Udah mirip gelandangan." Ujar Jiyong melihat dua pekerjanya itu sedang santai tidur di trotoar, kemudian Jiyong duduk di samping mereka.
Tara hanya memberikan respon dengan mengangkat jempolnya, dan masih merebahkan tubuhnya di trotoar. Siapa sangka tidur di trotoar akan sangat ampuh menghilangkan penat nya.
Tak terasa sekarang jam sudah meletakkan jarumnya di angka 10.55, orang-orang juga sudah meninggalkan kursinya untuk pulang. Begitupun juga dengan mereka bertiga yang bangun dari tempat santainya untuk bersih-bersih sebelum pulang.
Tapi, saat Tara akan masuk ke dalam cafe, ada seorang pemuda yang cukup menganggu rasa keingintahuan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey
Teen FictionLife is a journey, gak heran banyak gronjalan. "Liat deh Cowoknya cool ceweknya hot, pasti anaknya dispenser." -theathoughtss "Belajarlah hidup dari bulu ketek bang, walaupun selalu sesek karena kehimpit dia tetep tegar dan semangat buat tumbuh." -t...