Last year

125 22 2
                                    

Harry POV

Aku terbangun dan tiba-tiba saja sudah ada di hospital wings. Aku duduk dan memakai kacamataku. Kulihat di meja ada banyak sekali makanan dan cemilan bermacam-macam warna.

Professor Dumbledore masuk, "Selamat sore Harry," salam nya, lalu ia berjalan sampai ada di depan meja yang diatasnya ada makanan.

"Hadiah dari para fans mu." Kata Dumbledore, wajahnya berseri-seri melihat warna-warni makanan di depannya.

"Fans?" Tanyaku masih bingung, dia mengangguk pelan.

"Apa yang terjadi di Dugeon antara kau, Evelyn, dan Quirell adalah suatu rahasia besar. Jadi, wajar saja jika saja semua di sekolah ini tau." Jelasnya, aku tersenyum tipis.

Dumbledore melirik ke tumpukan makanan, sepertinya dia tertarik
dengan salah satu yang ada di sana.

"Ah, nampaknya temanmu, Ron telah membantumu membuka cokelat kodokmu." Katanya, sambil mengambil kotak cokelat kodok yang sudah tidak ada isinya.

"Ron ada disini? Ia baik-baik saja? Hermione bagaimana? Bagaimana dengan Evelyn, dimana dia?" Tanyaku bertubi akan khawatir terhadap mereka bertiga.

"Baik. Mereka baik-baik saja."
Dan evelyn masih belum sadar dia ada di ranjang sebelahmu.
Jawab Professor Dumbledore, membuatku tenang.

"Apa yang terjadi dengan Batu itu?" Tanyaku panik.

"Rileks nak," katanya menenangkan, "Batu itu sudah dihancurkan."

"Kawanku, Nicholas, telah merundingkannya. Kami setuju ini demi kebaikan menyeluruh." Jelasnya sambil berjalan ke samping ranjangku.

"Tapi kalau begitu, Flamel akan meninggal, bukan?" Tanyaku pelan.

Dumbledore duduk di sisi ranjang, "Dia punya ramuan Exilir. Cukup waktu untuk membereskan semua urusannya. Tapi ya betul, dia akhirnya akan mati."

"Bagaimana aku bisa dapatkan batu itu, Sir? Satu saat aku memandangi cermin itu dan " tanyaku terpotong oleh Dumbledore.

"Kau tau, hanya satu orang yang ingin temukan batu itu, tapi tidak menggunakannya yang bisa  memperolehnya."

Dia mendekatkan kepalanya, "Itu salah satu ideku yang cukup brilian," bisiknya.

"Apakah itu berarti, dengan kehilangannya batu itu, Voldemort tidak dapat kembali?" Tanyaku.

Dumbledore menghela nafas, "Ah, aku khawatir, bahwa ada cara-cara lain yang bisa dilakukannya untuk
kembali."

"Harry, apa kau tau mengapa Professor Quirell tak tahan kau sentuh?" tanyanya, aku menggeleng.

"Itu dikarenakan ibumu yang telah mengorbankan dirinya untukmu. Tindakkan semacam itu meninggalkan bekas," aku memegang luka di dahiku, "-tidak, bekas semacam ini tidak terlihat. Bekas semacam itu tertinggal di kulitmu."

"Apakah itu?" Tanyaku bingung.

"Cinta, Harry. Cinta." Jawabnya.

"Ah, Kacang-Segala-Rasa Bertie Bott." Serunya sambil mengambil kotak permen tersebut lalu mengamatinya.

"Sungguh sial dimasa mudaku, aku pernah mengecap yang rasa muntahan. Sejak saat itu, aku tidak suka makan ini. Tapi kupikir, sekarang ini aman mencoba yang satu ini." Ucapnya,

Setelah itu dia mengambil satu permen dari dalam kotak lalu mengecapnya.

"Emm sial, aku dapat Kotoran Telinga." Rengeknya membuatku tersenyum melihat tingkah Dumbledore yang seperti anak kecil.

Still For You [Harry Potter X Evelyn Carson]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang