perjodohan?

1.9K 140 16
                                    

Pagi ini Shania masih setia memejamkan matanya, meringkuk di dalam selimut tebal yang memanjakan dia agar tidak cepat terbangun, padahal sedari tadi jam jam Beker nya sudah berbunyi tapi tak mampu untuk membangunkan Shania yang tidurnya kaya kebo. Bahkan Nabilah saja sampai terbangun dan menangis karena suara bising jam Beker itu.

"Yaampun Shania bangun" ucap Veranda yang masuk kedalam kamar karena mendengar suara tangisan Nabilah.

Veranda berjalan kearah box bayi lalu langsung menggendong Nabilah.

"Laper ya Hmm?, Kita bangunin bunda nya ya"ucap Veranda lembut sambil mengelus rambut Nabilah.

Veranda duduk di pinggir kasur lalu segera membangunkan Shania.

" bangun yuk sayang udah pagi" dengan penuh kelembutan Veranda membangunkan Shania sambil mengelus pipi Shania. Tapi Shania masih belum ada pergerakan juga.

"Ce dedek nya nangis loh kayanya laper" ucap Veranda yang masih terus membangunkan Shania.

Nabilah yang ada di gendongan Veranda menggerak-gerakkan tangannya ingin meraih tubuh Shania sambil masih terus merengek.

"Mau ikut bangunin bunda juga?" Veranda mendudukkan Nabilah di samping Shania.

Nabilah berusaha menggapai wajah Shania sambil terus merengek. Dia menoleh kepada Veranda lalu menarik-narik tangan Veranda. Veranda yang mengerti pun langsung mengangkat tubuh Nabilah dan di dudukkan di atas tubuh Shania.

Nabilah merengek sambil menepuk-nepuk pipi Shania, tapi Shania belum bangun juga. Mungkin Karena kesal, Nabilah mencolok satu mata Shania, lalu langsung menggigit hidung mancung Shania dengan gigi kecilnya yang tajam.

"Arghhhhh" Shania terbangun dan mengerang kesakitan. Veranda yang melihat itu tertawa kecil.

"Aduhhh dek sakit, lepass dong " Shania berusaha melepaskan gigitan Nabilah dengan sabar, mengingat yang menyerangnya kini adalah tubuh mungil yang mudah rapuh dan Apalagi anaknya sendiri.

Setelah terlepas Nabilah malah menangis histeris membuat Shania terkejut.

"Mami ini gimana?" Panik Shania yang langsung bangkit lalu memangku Nabilah.

"Coba kamu belajar nenangin anak kamu sendiri ce, biar nggak ngandelin mamih terus" ucap Veranda lembut.

"Tapi aku nggak tau cara nenanginnya mamih" frustasi Shania sambil mengacak-acak rambutnya.

"Coba kamu terlentangin Nabilah nya terus kamu kasih asi. Sebenarnya anak tuh bakal diem kalau sama ibunya Shan, cuman kamu nya ajah yang nggak bisa, jadi harus gandelin mamih terus" ucap Veranda sambil mengelus rambut Shania lalu membantu Shania membenarkan posisi menggendong Nabilah.

"Buka kancing piyama kamu dan kasih dia ASI" Shania menuruti semua ucapan Veranda dan tak lama tangisan Nabilah berhenti juga ketika telah mendapatkan asi Shania.

"Anak itu kalau nangis biasanya karena laper, sakit perut atau ketakutan Shan, bahkan kalau bunda nya lagi banyak pikiran bisa ngaruh ke Anak. Jadi kita sebagai seorang ibu harus mengerti dan paham tangisan dari anak kita" ucap Veranda sambil mengelus rambut Shania.

"Mamih tau ini sangat berat bagi kamu, punya anak di usia muda apalagi kamu masih kuliah itu nggak gampang. Mamih janji bakal bantuin kamu dalam ngurus anak kamu, kalau kamu butuh apa-apa bilang sama mami yah sayang" dengan penuh kasih sayang Veranda terus mengelus rambut Shania dan menasehati Shania.

"Maksih mamih, mamih adalah mamih terbaik yang aku punya, aku sayang mamih, makasih udah sabar banget dalam menghadapi aku" ucap Shania sambil tersenyum manis.

i'm not straightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang