FRAGMEN 2

52 6 2
                                    

PEREMPUAN tukang ngelamun, begitu aku menyebutnya.

Entah kenapa aku yakin kalau yang kemarin aku temui itu seratus persen manusia asli. Sementara Felix ngotot dengan pendapatnya, kalau perempuan itu adalah hantu. Soalnya sejak hari pertama aku ketemu dia, sampai dua minggu setelahnya aku nggak pernah liat ada perempuan aneh itu lagi di ruang kelas maupun tempat les. Aneh banget kan? Kalau memang ada sosoknya pasti dia keliatan di lingkungan tempat les itu. Ini benar-benar aneh. Nggak ada seorangpun yang aku liatin sosoknya sama persis seperti dia. Sampai aku nyaris hampir setuju dengan pendapat si Felix. Mungkin benar dia hantu?

Tapi secara keseluruhan aku mulai merasa nyaman les di bimbel tersebut. Walaupun aku tetap kurang suka dengan jam kegiatanku yang padat, berangsur-angsur semuanya berjalan seperti bagaimana seharusnya. Adaptasi di tempat les pun bisa aku lakukan dengan baik. Di ruang kelas les sendiri aku mulai punya beberapa teman selain Felix, yah walaupun nggak sampai hitungan jari tapi kami sering ngobrol bareng di warung atau main gaple di kelas. Lumayan bisa sedikit bersosialisasi daripada cuma bengong sendirian di kelas kan. Hehehe.

Soal Perempuan tukang ngelamun, aku berfikir untuk nggak mempermasalahkannya lagi. Toh selama dua minggu ini aku nggak menemukan lagi kejadian aneh seperti hari pertama. Terserah deh mau hantu atau jejadian apapun, aku nggak tertarik lagi. Benar-benar nggak tertarik, sampai di suatu sore, ketika aku sedang duduk di depan kelas sambil makan permen. Felix masih belum balik dari warung waktu itu.

Saat itulah terdengar langkah kaki menuju kearahku. Dan betapa kagetnya aku begitu tau yang muncul adalah perempuan tukang ngelamun. Dia memakai kemeja panjang kotak-kotak warna merah dengan celana jeans biru panjang semata kaki, plus tas warna biru mudanya. Rambutnya diikat ke belakang dan kali ini aku berhasil melihat wajah perempuan itu secara utuh! Bahagianya aku..

Dan jantungku tiba-tiba berdegup sangat kencang ketika perempuan itu menoleh dan tersenyum kearahku.

"Sore..." dia menyapaku. Iya, dia nyapa aku!

"........" terdiam saking kagetnya.

Perasaan dulu dia dingin dan nggak bersahabat banget. Ini kok mendadak nyapa.

"Anak baru ya?" lanjutnya sambil berjalan ke pintu kelas.

Aku cuma bisa ngangguk, dia sempat melempar senyumnya kembali sebelum dia masuk dan duduk di bangkunya.

Heyy, itu tadi beneran dia? Aku bengong lagi selama beberapa saat. Entah apa yang kemudian mendorongku untuk berlari ke warung dan mulai mencari si Felix.

"Lix...Lix..." aku memanggilnya.

"Ada apaan, kok lari-lari gitu?" Tanya Felix sembari mengaduk-aduk es tehnya.

"Aku barusan ketemu dia!" kataku dengan semangat.

"Dia siapa??"

"Cewek itu," Sambil nunjuk ruang les kami. "Barusan aku ketemu dia. Dia sempet nyapa aku juga! Dia beneran manusia!"

"Yaelah jadi cuma gara-gara gitu doang kamu teriak-teriak kesini?? Aku baru aja pesen es teh woyy!" Katanya kesal.

"Lahh, kupikir kamu mau tau."

"Enggak. Ngapain juga aku kudu tau? Bukan urusanku juga kalee. Udah ah aku masih pengen disini."

Dan Felix lanjut menikmati es tehnya.

"Ya, seenggaknya kamu kudu tau kalo dia bukan hantu Lix!"

"Masa bodo!" Sahut felix kembali.

Ah iya sih, kenapa aku jadi heboh gini? Aku berdiri sambil senyum-senyum sendiri. Masih keingetan kejadian barusan. Senyumnya itu loh! Eh, apa jangan-jangan ini yang dibilang love in the first sight ya? Ahahaha. Tapi entah apapun namanya jujur aku ingin melihatnya tersenyum lagi. Ekspresi tenang dan menyenangkan yang kulihat pagi ini benar-benar berbeda dari yang pertama kutemui sewaktu dia tengah murung dan melamun. Entahlah, apa sekarang beban pikirannya sudah hilang? Apa masalah yang menghantuinya sudah benar-benar bisa diatasi?

HEART OPEN - SHARING EDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang