FRAGMEN 3

31 6 0
                                    

PAGI ini aku sedikit males-malesan untuk pergi ke sekolah. Aku merasa nggak ikhlas meninggalkan kasurku tapi aku baru inget kalo hari ini aku nggak les jadi bisa deh tiduran sepuasnya sepulang sekolah nanti. Impian terindah seorang pemalas haha.

Aku bergegas untuk mandi, lalu memakai seragam utama anak SMA, putih abu-abu. Aku mengambil posisi duduk di meja makan lalu aku sarapan kue yang barusan ibuku beli dari pasar. Ya, ibuku selalu bangun lebih awal untuk mempersiapkan sarapan sehingga anaknya tidak berangkat sekolah dengan perut kosong.

"Nanti Ibu pulang sore ya, Kak. Soalnya hari ini ada evaluasi bulanan sama bos. Tuh, udah Ibu tinggal uang di atas meja." Sahut ibuku dari kamarnya.

"Oh oke, Bu." Balasku

Tiba-tiba adekku muncul dari kamarnya. Keliatan banget baru bangun tidur, rambutnya masih berantakan sama matanya masih melek ayam gitu.

"Cuci muka dulu gieh."

"Nantilah. Mau makan dulu..."

"Oh gitu, yaudah jangan nangis kalo nanti ditinggal Ibu. Lihat noh dah jam berapa." Balasku.

Adekku kemudian melirik jam dan kaget.

"Lohh... Kok nggak bilang sih Kak!" Ucapnya sambil bergegas lari ke kamar persiapan buat mandi.

"Lahh ini udah bilang..." Ucapku sambil nahan ketawa.

Ya, ibuku sebelum bekerja selalu mengantar adekku yang masih SMP kelas 1. Sebenarnya aku nggak keberatan buat nganter adekku cuma karena memang sekolah adekku dekat sama pabriknya ibuku, dan kata ibu sekolahku kan jauh jadi biar sama-sama nggak buru-buru maka lebih baik bareng ibu aja katanya. Kadang kalo adekku pulang sore kayak habis eskul, sering aku yang jemput cuma dia nggak terlalu suka bareng aku. Masa aku dibilangnya tukang ngebut sih hadeh.

"Udah ya, Frell. Kakak mau berangkat dulu, paling males kalo sampe disuruh nyapu ruang guru lagi." Sahutku.

"Okee Kak... hati-hati." Jawabnya dari dalam kamar.

Aku langsung memakai jaket kulit andalanku kemudian mengambil tas lalu berjalan menghampiri ibuku di kamar.

"Bu, kakak berangkat dulu ya. Hati-hati di jalan ya Bu nanti." Aku sambil mencium tangan ibuku.

'Iya Kak, kamu juga hati-hati. Ga usah ngebut-ngebut. Denger nggak?"

"Tergantung situasi sih, Bu."

"Ya terserah kalau mau ngeyel! Ibu nggak mau tahu pokoknya kalo sampe nanti kenapa-napa..." Ucap Ibuku dengan nada sedikit marah.

"Nggak kok Bu, bercanda je..."

"Yaudah hati-hati Kak."

Aku kemudian berjalan ke garasi dan mengeluarkan motor jantanku.

"Dah ya Bu, Assalamualaikum." Jawabku sambil perlahan meninggalkan rumah.

"Waalaikumsalam, hati-hati..." Sahut ibuku yang terdengar dari kejauhan.

Pagi ini suasana jalanan Jogja rame banget, aku sampe kejebak dua lampu merah, mana jam pertama ada ulangan lagi. Tapi walaupun gitu, aku nggak nyoba-nyoba buat ngebut, soalnya dah janji juga sama ibu kan. Alhasil, aku terlambat dan menjadi tukang kebun dadakan di sekolah.

"Yang bersih, Mas... nyabutin rumputnya." Ucap seorang guru yang mengawasi murid-murid yang dihukum.

"Iye Pak. Ini juga lagi dicabutin... sabar nggih." Ucapku sinis.

Udah 15 menit aku nyabutin rumput tapi belum ada pengampunan dari guru itu. Aku lalu memberanikan diri untuk bicara.

"Maaf Pak, saya hari ini ada ulangan bahasa inggris nih... Saya izin duluan ya Pak. Itu rumputnya udah saya kumpulin di karung yang putih itu." Ucapku sambil menunjuk ke karung putih tersebut.

HEART OPEN - SHARING EDITIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang