Azalea sudah di depan mejanya, ia ragu akan meletakkan payung biru itu di sebelah bunga atau tidak. Dirinya takut Iko akan mengetahui identitasnya jika menaruh payung yang jelas di pinjamnya kemarin. Keraguan itu membuat Lea memilih mengembalikan langsung nanti daripada meletakkannya saja. Ia berbalik ke kelasnya, duduk memikirkan sampai kapan dirinya akan seperti ini terus.
Lea meminta Ivy untuk menemaninya mengembalikan payung ke kelas Iko. Jika sendiri tentunya ia tidak memiliki keberanian, lagipula yang lebih kenal dan meminta meminjamkan payungnya kan Ivy. Lea berpikir jika ia punya sifat seperti Ivy pasti akan menyenangkan. Ivy sangat ramah dan itulah kenapa dia mudah akrab dengan siapa saja, berbanding terbalik dengan Azalea.
Mereka berempat sudah berada di kantin pada jam istirahat. Lea, Ivy, Iko, dan temannya duduk saling berhadapan, Lea dan Iko saling diam menunggu Ivy dan Alvi yang memesan makanan. Lea teringat akan payung biru milik Iko yang ia bawa, karena memang tujuan mereka di kantin bersama untuk mengembalikan payung itu. Tangannya meletakkan payung biru di hadapan Iko.
"Ini payungmu yang kemarin, terimakasih" Lea berbicara memecah keheningan.
"Oh, iya. Sama-sama" Lea hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.
"Ngomong-ngomong namamu siapa? Aku tidak kenal soalnya, hanya tau wajah" pertanyan itu keluar dari Iko setelah beberapa menit hening yang tercipta.
"Aku Lea, Azalea" jawab Lea singkat tak lupa dengan senyumnya, wajahnya perlahan sedikit mulai memerah.
"Oh Lea ya. Aku Liko panggil saja Iko" yang dibalas Lea dengan anggukan kepalanya.
"Kau sepertinya lebih suka menggunakan kepalamu untuk menjawab daripada berbicara ya" mendengar itu Lea sekali lagi menggelengkan kepala sambil tertawa. Setelah itu percakapan selesai, dasarnya mereka adalah dua orang yang tidak terlalu suka berbicara. Masing-masing menikmati keheningan, walaupun sekitar mereka tentu tidaklah hening. Akhirnya kedua orang itu kembali. Meja mereka pun ramai dengan obrolan Ivy yang bercerita dengan semangatnya.
Sabtu sore di pasar malam kedua orang tengah duduk di bangku panjang, ya mereka Lea dan Ivy asik berbincang dengan gulali kapas bewarna pink di kedua tangannya. Ivy mengajak Lea untuk pergi ke sana, alasannya karena ia ingin hiburan dan sekali-kali mengajak Lea yang sangat betah hanya di rumah, itu membuat Ivy terheran dengannya.
Lea akhirnya ikut saja, memang jarang sekali dia keluar untuk bermain-main. Kalau tidak diajak oleh Ivy dia mungkin lebih memilih di rumah saja membaca buku atau merawat bunga-bunganya daripada pergi keluar.
"Maaf Pi lama, biasa nih anak satu lelet banget" dua orang berdiri di depan Ivy dan Lea yang itu menghentikan kegiatan obrolan serunya sampai tidak sadar sekitar.
"Oh sudah datang, santai sajalah Al " Ivy tersenyum puas saat dua orang yang ditunggunya telah datang. Sementara Lea malah menatap ketiga orang itu dengan tatapan yang bingung.
"Kenapa kau tak bilang mengajak orang lain juga Pi?" bisik Lea ke Ivy yang hanya dianggap angin lalu.
"Ayo mau main sekarang?" Ivy bertanya kepada tiga orang sambil berjalan masuk ke pasar yang mana tidak ada balasan selain mengikutinya dengan Lea yang berjalan di sampingnya serta dua orang lagi di belakangnya.
"Hei, ayo naik itu" Ivy menunjuk wahana kora-kora yang dilihatnya dengan mata berbinar.
"Tunggu Pi, aku nggak naik ya, takut. Aku tungguin di sini aja lah" Lea menolak karena dirinya yang takut dan mungkin juga malas. Dirinya lebih suka melihat orang-orang yang menaiki wahana itu daripada dirinya yang berada di sana.
" Isshh.., sudah kuduga, yasudahlah kau kuajak ke sini mau juga aku sudah senang. Tunggu sini aja ya Le, awas kalo pulang" Lea hanya mengangkat jempolnya sebagai balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Nile
Teen FictionAzalea si pendiam dan pemalu, si pengagum seseorang. Sifat tersebut membuatnya tidak berani dalam memperlihatkan apa yang ia rasakan secara gamblang, namun menurutnya ada yang lebih menyenangkan daripada sekedar ucapan yang diperlihatkan, yaitu deng...