4 : Berdress Putih

6 1 0
                                    

Pagi ini Azalea sangat bersemangat karen nanti malan ayahnya akan pulang. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu. Dan sekarang Lea berada di supermarket memilih-milih bahan masakan yang akan di hidangkan spesial untuk menyambut kepulangan ayahnya nanti.

Keluar dari supermarket, matanya tertuju dengan bunga-bunga yang bermekaran di samping toko roti, ia pun tertarik dan ke sana. Lea sedikit tidak percaya, ternyata di balik tanaman bunga yang bermekaran itu ada tempat yang terlihat nyaman. Pohon yang saling berjajar membuat teduh dan beberapa bangku panjang juga terpasang di sana. Dia tidak tahu jalan yang selalu di lewatinya punya tempat ini. Dia masuk ke sana dengan membawa kantong belanjaan serta satu tangkai bunga yang di petiknya dari luar.

Lea duduk di bangku dan melihat sekitar. Setelah tahu tempat ini mungkin dia akan kembali lagi ke sini pikirnya. Dia tidak akan berlama-lama di sini, segera ia bangkit dan keluar dari sana. Bunga yang dipetiknya tadi ditinggalkan di atas bangku dia duduk.

Lea berjalan pulang dengan senyum yang mengembang. Tidak sengaja dia melihat seseorang dari arah seberang menggunakan kacamata, yang mengingatkan dia akan seseorang yang jika dipikirkan terus membuatnya meloloskan senyuman. Kira-kira apa yang sedang dia lakukan saat ini adalah pertanyaan yang sering dipikirnya jika sedang sendiri. Dan berharap berada dalam satu tempat lain selain sekolah juga diam-diam selalu diharapkannya.

Tidak terasa Lea sudah sampai di depan rumah dengan menenteng kantong belanjaannya. Ada dua sepeda motor terparkir di sana, dirinya sedikit bingung karena tidak pernah melihatnya.

"Assalamua'alaikum" Lea masuk, memberi salam menandakan kepulangannya

"Wa'alaikumussalam" terdengar jawaban dari dalam yang diucapkan oleh beberapa orang di sana

"Oh, ini anakmu Dit. Sudah besar rupanya" seseorang dari tiga orang yang tidak dikenal Lea bersuara

"Iya benar. Lea, ini teman-teman Ayah dari tempat Ayah bekerja" Ayahnya memperkenalkan kepada Lea. Dia menghampirinya dan satu persatu tangan mereka dicium memberi salam

"Lea kebelakang dulu Yah, Om. Silahkan dilanjutkan" setelah perkenalan singkat itu, Lea pamit dan menuju ke dapur untuk meletakkan kantong belanjaan yang sedari tadi masih di tangannya

Dilihatnya Ibu sedang mencuci beras, dirinya tidak pergi ke pasar menjaga toko karena memilih untuk di rumah untuk hari ini. Lea menghampirinya, mengeluarkan isi kantong belanjaan dan menatanya.

🍃

Liko merendahkan tubuhnya sampai berjongkok. Dirinya sedang melihat-lihat tanaman bersama dua temannya di salah satu rumah anak tersebut. Liko bersama temannya mewakilkan sekolah mengikuti lomba KIR. Tidak hanya dari anak KIR saja karena ada juga anak dari club biologi. Beberapa jam di sana pun akhirnya bisa menemukan tanaman yang cocok. Mereka pun membubarkan diri untuk pulang.

Liko sedang menikmati segelas cokelat panas sambil duduk di motornya. Dia tidak langsung pulang melainkan berdiam sambil melihat lalu lalang orang di sekitar. Tidak lama dia mengambil buku dari dalam tasnya, itu bukan buku pelajaran bukan juga novel. Yang sedang dibacanya sekarang adalah komik series. Terlihat dari luar memang seperti pemuda rajin yang sedang belajar, tapi sebenarnya tidak juga. Liko sadar beberapa orang melihatnya ke arahnya, mungkin karena dia sendirian dan merasa kesepian pikirnya. Tapi tidak ada salahnya kan.

Liko melihat jam tangannya. Dia berbenah dan meninggalkan tempat itu. Di sana ia mengambil minum dan kudapan kecil yang serba dibelinya dua. Dia berjalan ke bawah, menuruni tanah miring yang tidak terlalu curam. Kakinya melangkah dengan mantap, seperti terbiasa dengan langkah yang ditujunya. Senyum terpatri di wajah. Seseorang dengan dress putih tengah duduk membelakanginya.

"Kakak sudah datang!" belum sampai di tempat. Liko sudah dihadiahi teriakan khas orang itu

"Aku selalu kalah cepat darimu" Liko berdiri di samping orang itu lalu duduk menjajarkan

"Aku sudah hafal langkah kakimu Kak" jawabnya dengan tawa yang manis

"Kau tidak bosan di sini terus?" Liko memberikan kudapan yang dibelinya dan diterima dengan baik oleh perempuan itu

"Tidak. Aku selalu senang di sini. Kakak bosan?"

"Tidak juga, hanya merasa terlalu hening saja di sini jika lama-lama"

"Ya memang benar. Makanya biasanya anak-anak lain ke sini juga untuk menemaniku atau sekedar bermain. Mungkin sebentar lagi mereka akan ke sini" perempuan itu mengayun-ayunkan kaki sambil tersenyum

"Baguslah" jawab Liko singkat

"Tumben ke sini sore"

"Iya tadi ada urusan sekolah. Kau tahu tidak aku akan ikut lomba"

"Wah.. benarkah. Lomba apa Kak?" Dia bertanya antusias

"KIR sama anak club biologi juga"

"Keren dong, pake jas-jas putih kayak dokter gitu. Aku juga mau"

"Pssf... lucu ya adik manis ini. Nanti aku akan pamer foto pake jas itu" Liko mengusak pucuk rambutnya

"Menyebalkan" perempuan itu merengut. Tapi tidak lama mereka saling bercerita dan sesekali tawa riang keluar dari keduanya.

"Eh, Kak bagaimana kabar si ungu?" Perempuan itu bertanya dengan dirinya yang mengumpulkan bunga-bunga liar di depan tempat yang dia duduki sebelumnya

"Huh, ungu?" Liko berpikir dan mengingat-ingat ada apa dengan ungu

"Aishh.. itu loh, bunga dari secret admirermu Kak" perempuan itu berdecak melihat Liko yang tidak tanggap

"Oh, ya seperti itulah masih tetap ada setiap pagi"

"Kenapa tidak dicari siapa sih Kak, aku gemas tau. Siapa tahu orangnya cantik"

"Memang kenapa kalo orangnya cantik?"

"Ya, kali aja kan bisa jadi 'teman' kalo mau kemana-mana nggak sendirian"

"Hei, kau mengataiku jomblo begitu"

"Kapan aku mengatakan itu, tapi kalau Kakak merasa ya sudah" Liko yang mendengar pun hanya menghela nafas.

Matahari sudah terbenam. Mereka sudah berada di depan rumah besar dengan anak-anak yang ramai didalamnya. Liko sudah tahu dengan mencuri lihat dari jendela depan. Dia cepat-cepat menyuruh perempuan itu untuk masuk kedalam dan memotong ucapannya. Perempuan itu terlihat tidak senang ucapannya di sela, namun dia menurut. Dia masuk kedalam rumah dengan ucapan akhirnya yang di anggukkan oleh Liko. Punggung perempuan itu sudah tidak terlihat lagi, dan Liko pergi dengan motor yang menjadi temannya.











----------------
--------

Kamu membingungkan
Aku pun bingung dengan dia
Kalian sama-sama memegang ujung benang
Namun punggung kalian saling berhadapan

----------------
--------


















Huhu thx and xoxo :D

Lily of the NileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang