3 : Ivy

12 1 0
                                    

Saat ini Azalea sedang di perpustakaan untuk mengembalikan novel yang sudah selesai ia baca. Dia tidak langsung kembali ke kelas, melainkan berjalan menuju deretan buku. Matanya fokus mencari-cari buku dengan tangannya yang sesekali bergerak meloloskan buku dari barisan rapinya.

Lea tidak sengaja melihat seseorang yang selalu ia bawakan bunga secara diam-diam. Dia melihat sekitar, ternyata memang siswa kelasnya berada disini. Lea berhenti hanya untuk melihat dia dari balik celah buku-buku yang berada di depannya. Dia tersenyum tipis.

Lea segera tersadar dan cepat-cepat keluar dari lorong rak setelah menemukan buku yang ia cari. Ia kesini karena pergantian jam pelajaran, jadi harus cepat-cepat sebelum guru ke kelas. Azalea berhadapan dengan pengurus perpus untuk peminjaman bukunya. Dari arah belakangnya seseorang berjalan melewatinya. Lea sebenarnya tidak perduli, namun tidak saat mereka yang melewatinya dengan sekilas mengucapkan Argaphantus.

Lea mendengar, dan yang mengucapkannya adalah teman dari orang yang ia bawakan bunga ungu itu "Argaphantus". Dia menoleh sekilas, dengan bersamaan dia merasakan wajahnya yang mulai memanas.

"Lea, tanda tangan"

"E-eh... iya pak"

Setelah selesai menyelesaikan itu, Lea bergegas keluar. Dia agak khawatir jika gurunya sudah sampai ke kelas. Lea melihat Liko dan temannya sedang duduk-duduk di depan kelas, membuatnya agak gugup. Dia berjalan cepat dengan pandangan yang menunduk ke bawah. Setelah melawati mereka akhirnya dia sampai di depan kelas, mengatur pernafasan dengan menghela nafas panjang. Matanya melirik sedikit ke dalam memastikan apakah guru sudah hadir atau belum. Lea menghembuskan nafasnya lega, ternyata guru belum masuk.

"Eh, udah ada Pak Ali ya le?"

Semua aktivitas di kelas sebagian berhenti dan melihat ke arah Lea. Lea melihat teman-temannya, tanpa mengucapkan kata-kata Lea hanya menggelengkan kepalanya. Semua yang melihatnya pun paham dan melanjutkan kegiatan asik mereka. Lima menit kemudian Pak Ali masuk kelas kami.
_
_

Pak Ali keluar kelas berbarengan dengan bel pelajaran yang sudah selesai. Para siswa sudah berhamburan keluar kelas yang sebagian memenuhi kantin dan masjid. Waktu jam istirahat kedua yang lumayan panjang, Lea bersama temannya Ivy memutuskan untuk pergi ke masjid dulu.

"Lea, nanti hari Sabtu aku mau main kerumahmu boleh tidak?"

"Boleh Pi, main saja"

"Ok, jangan lupa cemilannya ya" sepertinya dia main hanya ingin makan saja.

"Ya ya, seperti biasa betul?"

"Yap, betul Azaleannya Ivy"

Mereka berbincang setelah pulang dari masjid dan menuju ke kelas. Ivy meletakkan mukenah ke dalam laci meja dan mengeluarkan bekalnya. Mereka berdua biasa makan bersama dengan membawa bekal dari rumah. Katakan saja bahwa mereka adalah salah satu orang yang malas berdesakan di kantin yang padat penduduknya saat jam-jam makan siang.

"Ayo Le makan, aku sudah lapar"

Mereka dan beberapa teman di kelas makan dengan bekal yang dibawanya. Suasana agak lenggang karena ruang kelas hanya berisi beberapa siswa. Lea dan Ivy menyelesaikan makan siangnya dengan cepat. Ivy yang selesai duluan menyomot krupuk Lea yang tersisa di sebelah botol minumnya, menoleh ke arah Lea dengan kekehan khasnya.

Waktu menunjukkan bahwa para siswa sudah diperbolehkan untuk pulang. Lea dan Ivy berjalan keluar kelas berdampingan dengan Ivy memainkan ponselnya. Tiba-tiba dia bertanya kepada Lea tentang tanaman.

"Le, menurutmu tanaman yang mudah dirawat itu apa?"

"Kamu mau buat di rumah? Eh tapi kenapa tanya padaku Pi, aku lebih suka tanaman bunga sih, jadi tidak terlalu tahu dengan tanaman yang lain"

"Aku tidak Le, ini buat club biologi. Katanya ada lomba, tapi nanti gabung sama anak KIR juga jadi aku minta beberapa saran tanaman yang cocok darimu"

"Oh buat penelitian. Menurutku sih, Lili paris, lidah mertua,sirih gading, sama ada kamu juga Pi, English Ivy hehe. Manfaatnya kebanyakan sama buat bersihin udara, tapi ada beberapa yang beracun buat serangga Pi. Lah, tapi kok jadi tanya padaku sih, kan kau yang lebih tahu"

"Banyak juga ya, oke deh nanti aku diskusiin bareng anak-anak lain. Makasih sarannya Le, aku belum nemu yang cocok sih, jadi minta pendapatmu hehe"

"Jadi hari ini nggak jadi pulang bareng Pi?"

"Hehehe enggak... kamu ati-ati ya Le, aku tinggal dulu udah ditunggu nih dadah" setelah mengucapkan salam perpisahan sepihak. Ivy berjalan menjauhi Lea dengan tangan yang melambai ke arahnya.

Lea yang tertinggal sendiri pun hanya memaklumi teman satu mejanya itu. Hari ini Lea memilih naik angkutan daripada jalan kaki. Dia memilih duduk di dekat jendela. Angkutan yang ditumpanginnya tidak langsung berangkat, menunggu penumpang lain untuk mengisi bangku-bangku yang kosong.

Sampai ada satu pergerakan kecil di samping Lea. Seseorang baru saja duduk di sebelahnya, refleks saja Lea memutar pandangannya ke samping. Dia sangat terkejut namun ditutupi dengan pergerakannya yang menutup sebagian wajah dengan buku paket di tangannya.

Perlahan Lea merasakan aliran darah berjalan cepat kewajahnya. Siapa lagi kalau bukan Liko, si objek dari pengagum rahasianya Lea.

Sebentar lagi Lea turun karena memang jarak rumahnya yang dekat dengan sekolah. Tapi dia merasa malu untuk bilang kepada Liko agar bergeser sedikit untuk memberikannya jalan.

"Emm permisi, boleh geser sedikit" Lea memberanikan diri mengucapkan dengan suara yang terdengar kecil.

"Oh iya, tentu"

"Terimakasih"

Akhirnya Lea keluar dari sana. Kakinya melewati jalan setapak seperti biasa. Namun ada yang berbeda darinya, yang biasa wajahnya kusut tanpa ekspresi sekarang raut wajahnya jelas tergambar senyum yang tidak lepas sedari saat dia keluar dari angkutan. Penyebabmya sudah jelas kejadian tadi.

Lea merasakan senang. Dia melihat sendiri bahwa seseorang yang duduk bersamanya tadi menggenggam bunga ungu itu walau sedikit layu. Bunga Argaphantusnya, yang tiada orang lain tahu bahwa yang sedang Liko cari-cari sebenarnya berada dekat di sampingnya.

Kejadian di angkutan tadi membuat Lea bersemangat. Setelah membersihakan diri, ia langsung menuju ke halaman belakang rumahnya untuk menemui mereka. Bunga-bunga ungu itu, si Agaphantus.

Sebenarnya banyak tanaman hias bunga di rumah Lea. Dari halaman depan rumahnya pun sudah disambut berbagai macam bunga dengan warna khasnya masing-masing. Namun favoritnya si ungu ini, di belakang rumah dan tak terlihat banyak orang. Paling banyak jumlahnya dan paling banyak diajak berbicara olehnya.






----------------

Bolehkah ada harapan kecil
Yang terselip dibawakan sore hari
Kecil yang dapat diterbangkan aruni
Sampai pada waktu yang tidak diketahui pasti

----------------
-Azalea-

















Terimakasih yang sudah membaca
Kritik saran sangat ditunggu😁

Lily of the NileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang