5 : Blue and Grey

6 1 0
                                    

Langit abu dengan arak-arakan awan mengiringi langkah-langkah kecil. Diwaktu yang terbilang terlalu pagi Lea sudah berangkat. Membelah jalan yang masih lenggang dengan bau-bau manusia -suasa sepi terlihat dengan hawa dingin yang mengiring. Memang akan lebih nyaman berada dalam rumah bergelung dengan selimut hangat.

Garis-garis kecil air memberikan pola pada kaca cendela di hadapannya yang sekarang kian membesar membentuk aliran. Terdengar lebih baik karena dirinya sudah terlindungi dari jatuhan air yang menetes. Ia melihat jam, kelasnya tidak banyak diisi oleh orang. Mungkin karena hujan yang menjadikan kendala.

Malas rasanya untuk keluar dari kelas saat hujan. Itu mengapa tidak banyak siswa berkeliaran di jam istirahat, mereka mungkin lebih memilih mendekam di dalam kelas yang setidaknya cukup hangat daripada di luar yang terasa dingin.

Hari ini memang sudah direncanakan kelabu. Hujan yang sedari pagi turun sampai sore ini pun enggan berhenti. Barangkali masih rindu ingin berlama-lama dengan tanah pijakan. Untungnya tidak ada angin dan petir yang mengikuti.

Azalea menghela napas, sedikit menyesal tidak membawa payung yang sebenarnya sudah ia siapkan. Sekarang ia masih betah duduk di kursinya melihat teman kelasnya yang satu persatu meninggalkan kelas untuk pulang. Berharap butiran besar airnya berubah menjadi rintikan kecil.

"Le, masih betah kamu di situ seharian?" Ivy bertanya melihat Azalea yang duduk saja dengan buku di hadapannya.

"Aku lupa nggak bawa payung" jawabnya tanpa berminat melirik Ivy, ia masih fokus dengan buku yang dipegang.

"Bagus deh, sekalian temani aku buat proposal lomba ya"

"Emang buatnya sendirian Pi?"

"Enggak lah, nanti bareng sama yang lain. Nanti mereka bakal kesini"

"Oh, baiklah"

Tidak lebih dari lima menit, teman-teman Ivy sudah datang dengan Ivy yang sudah siap menata meja kursi. Mereka mendekat dan mulai duduk melingkari meja. Suasana sedikit ramai dengan obrolan yang sesekali membuat tawa terdengar. Lea tidak terganggu akan itu, ia masih menikmati bacaanya dan duduk di belakang mereka.

Beberapa saat Azalea menyadari tidak ada lagi suara ramai yang ia dengar. Dia pun melihat ke depan hanya ada seorang siswa di sana yang berkutat dengan ponselnya. Lea terus memandanginya, sampai keduanya saling bertemu tatap dan hanya suara hujan yang terdengar dari luar. Siswa itu tersadar lalu memberikan senyuman ramah kepada Lea. Melihat itu pun Lea membalas senyumannya dan langsung mengalihkan pandangan, wajahnya dirasa memanas padahal tangannya yang terasa dingin.

Suasana berubah menjadi sedikit canggung. Lea memilih menunduk, berusaha membaca kembali mengabaikan siswa itu. Namun, sepertinya fokusnya tidak lagi pada bacaan. Matanya yang fokus ke tulisan tidak dengan pikirannya yang menimbulkan senyum serta warna merah muda yang masih menempel pada wajahnya. Tidak lama setelah itu, Ivy dan teman lainnya kembali lagi. Suasana yang hening tadi kembali lagi seperti awal, membuat Lea menjadi lega.

"Paling lambat katanya minggu depan Ko" Ivy berucap setelah semua kembali duduk.

"Kalo begitu lanjut besok lagi atau pas libur aja gimana? Kayaknya kalo sekarang udah terlalu sore gelap juga ini" siswa yang tinggal di kelas tadi itu bersuara.

"Aku sih setuju" ucap siswi yang duduk di samping Ivy dan di setujui juga dengan yang lainnya.

"Ayo,kita pulang" semua pun berkemas dengan tas yang siap di gendongan.

"Le, ayo pulang, kau masih betah saja di sekolah" Ivy memanggil Lea yang masih betah saja di sana. Mendengar ucapan Ivy tidak menunggu lama Lea berberes lalu keluar dengan menutup pintu.

"Pi, tadi kamu kemana?" Tanya Lea penasaran.

"Aku kan di kelas Le, mengerjakan proposal kau kan juga melihat" .

"Ish... bukan, itu maksudnya sebelum kita pulang kau tadi keluar kelas kan?" Lea menjelaskan.

"Oh, itu. Tadi ke ruang guru buat tanya tentang proposal sama Pak Ali. Eh, kenapa?" jawab Ivy setelah tau maksud dari Lea.

"Tidak apa sih, tanya saja hehe..."

"Eh, Lea pulangnya bagaimana. Aku lupa aku juga hari ini dijemput!" Ivy tiba-tiba berseru.

"Tidak apa Pi, aku kan bisa jalan lagian tidak jauh juga".

"Tidak bisa dong, masih hujan juga. Kenapa aku bisa lupa sih" Lea hanya tertawa melihat Ivy yang sepertinya marah pada dirinya sendiri.

Selagi Ivy merutuki dirinya sendiri. Seseorang melintas menggunakan motor di depan mereka, Ivy tiba-tiba memanggilnya--menghentikan laju motornya. Menolehkan kepala dan membuka penutup kaca helm yang dipakai.

"Iko, bisa anterin temen aku nggak? Lupa kalo pagi tadi aku dianter, rumahnya searah kok" Lea memandang Ivy, dengan wajah yang panik.

"Ivy! Kan udah bilang nggak usah. Aku mau jalan aja, hujannya juga udah reda" Lea berbicara sekecil mungkin agar tidak terdengar dengan Iko. Tentu saja Lea malu, apalagi dengan si Iko.

"Kau ini kebiasaan Le, udah nggak papa nggak usah malu. Iko itu baik Le" Lea hanya diam tanpa membalas Ivy

Perlahan Iko mundur dengan motornya. "Kenapa Pi? Sorry nggak denger".

"Mau pulang kan? Bisa tolong anterin teman aku, lupa kalo aku tadi dianter. Rumahnya searah rumahmu kok" Ivy menjelaskan kembali maksud memanggil Iko.

"Bisa Pi, tapi aku ada ke tempat lain dulu. Jadi mungkin agak malem, apa nggak papa?"

"Waduh, gimana ya. Ehm.. kamu ada bawa payung Ko?"

"Oh, ada kebetulan ini di motor, Buat jaga-jaga"

"Ok, kalo gitu pinjam payungnya saja ya Ko" Lea hanya diam saja melihat percakapan mereka berdua. Iko pun berbalik mengambilkan payung.

"Ini, maaf ya tidak bisa mengantar" payung biru itu disodorkan kehadapan Lea, ia mengambilnya dengan ragu-ragu.

"Tidak masalah. Terimakasih banyak payungnya, nanti akan aku kembalikan" Lea mengambilnya dan tersenyum kecil dan anggukan balasan dari Iko.

"Ok, aku akan pergi" pamit Iko.

"Hati-hati Ko, dan terimakasih" ucapan Ivy itu dibalas dengan jempol Iko yang diangkat dengan senyumannya.

Setelah meyakinkan Ivy lagi, akhirnya Azalea pulang sendiri ditemani payung biru Iko. Ia bernapas lega karena beruntung tidak jadi diantar dan hanya dipinjamkan payung saja. Langkahnya teratur sesekali melompat kecil menghindari genangan air. Walaupun hujan, jalan itu tidak sepi dari pejalan kaki--orang berlalu-lalang dengan membawa payung seperti Azalea sekarang ini. Toko-toko dan pedagang pinggir jalan pun malah terlihat ramai dengan lampu-lampu yang sudah mulai dinyalakan karena hari gelap terlihat cepat dari biasanya.







____________________________________

Harusnya hari ini menjadi kelabu
Abu-abu yang begitu sendu
Namun air yang turun dari gumpalan kabut
Menggantikan abu menjadi biru

____________________________________

Azalea











hai....
Terimakasih yang sudah membaca 😁😁

Lily of the NileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang