8 : Teralih

6 1 0
                                    

Sore hari di jalan menuju tempat. Semangatnya tidak luntur walau di atas sedikit mendung. Dia akan memberikan janjinya. Janji sederhana yang telat dibuat.

Iko memarkirkan motornya di depan rumah yang luas. Dilihatnya seorang wanita paruh baya sedang menyapu halaman. Iko turun menghampiri wanita tersebut yang sedari tadi sudah menghentikan kegiatan karena kedatangannya.

"Tumben ke sini sudah sangat sore Nak" wanita itu membalas uluran tangan Iko.

"Iya Bu, ini baru selesai sekolah. Ke sini sebentaran aja, mau kasih sesuatu ke dia" Iko bercerita maksud kedatangannya.

"Susul dia di tempat biasa dan sekalian ajak dia pulang Nak, sudah sore masih betah sekali di sana" mendengar jawaban yang diinginkannya, ia pun beranjak dari sana. Wanita paruh baya itu sudah hafal dengan kebiasaan Iko ke sini.

Mendung menjadikan suasana lebih gelap dan dingin dengan angin yang berhembus. Iko menemukannya. Seorang perempuan terduduk manis dengan tangan yang sibuk dengan jarum dan kain. Fokus matanya hanya untuk membentuk pola dengan benang warna-warninya. Langkahnya terhenti, barang sebentar untuk menghembuskan nafas melihat kelakuan perempun itu.

"Hei, kenapa masih di sini? Sudah sore dan akan hujan" Iko menegurnya, membuat perempuam itu kehilangan fokus.

"Kak Iko! Membuat kaget saja" perempuan itu langsung membuat raut wajah kesal setelah melihat Iko.

"Pertanyaanya belum dijawab" Iko duduk di sampinya.

"Iya iya. Masih nyelesaiin bagian ini, kurang sedikit" perempuan itu sibuk lagi dengan tangannya.

"Eh, tumben Kakak kesini hari ini?"

"Mau nunjukin sesuatu ke kamu" perempuam itu menghentikan kegiatannya, tertarik akan ucapan Iko yang membuatnya penasaran.

"Apa itu Kak"

Tangan yang tadinya di sembunyikan ke belakang pun akhirnya dibawa ke depan. Ada sebuah amplop kecil di tangan. Perempuan di depannya sukses bingung. Seolah tahu arti tatapan kebingungan yang ditujukan kepadanya, Iko menyuruh perempun itu untuk membuka amplop.

"Hii kakak curang, aku kan juga pengen~ " perempuan itu merengek setelah membuka amplop putih.

"Kakak keren banget! Hebat, selamat deh buat Kakak" rasa senang jelas dirasakan Iko mendengar ucapan perempuan di depannya. Iko mengusak rambut hitamnya dengan gemas yang dibalas erangan kesal.

"Okedeh, makasih. Sekarang pulang gih, udah mau magrib. Bunda tadi udah nyariin" ucap Iko.

"Ini aku bawa boleh ya? Mau tunjukkin sama temen yang lain" ujarnya sambil mengangkat foto-foto di tangan.

"Mau pamer ya kamu?" Ledek Iko

"Ish biarin.. jadi boleh nggak?"

"Iya, kan aku bawa emang buat kamu" perempuan itu pun tersenyum puas.

"Yaudah, ayo pulang" Iko pun beranjak dari sana.

"Ih Kakak! Tungguin dulu" perempuan itu mengejar Iko yang sudah di depan mendahului, dirinya tadi membereskan barang-barang yang dibawanya. Iko berhenti dan melihat kebelakang, ia tertawa kecil dan keduanya pun berjalan beriringan.

.
.
.
.

Langit masih setia dengan gerimis yang beberapa hari belakangan selalu hadir. Malam ini sedikit beda dari biasanya. Entah sejak kapan Azalea hanya duduk diam menghadap kaca jendela yang dipenuhi guliran air. Teh yang awalnya mengepulkan asap sekarang mungkin mulai mendingin. Dia juga tidak berminat mengerjakan tugas sekolah, niatnya akan bangun lebih awal dan akan mengerjakan besok.

Lily of the NileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang