Di hempaskan tubuhnya ke atas ranjang, raut lelah muncul di wajahnya. Liko mengeluh lelah atas aktivitas seharian di sekolah. Padahal kebanyakan hanya duduk menonton papan tulis saja.
Netranya melihat langit-langit atap, ingatannya terputar dengan bunga ungu itu. Dengan sedikit pergerakan diambil bunga dari dalam tasnya. Liko meneliti dengan iris cokelatnya, bunga ungu itu cantik, banyak kelopak kecil yang mekar seperti bunga kecil-kecil bergerombol yang disatukan.
Liko sebenarnya penasaran siapa yang memberikan bunga itu setiap hari. Dia ingin mengetahuinya sebelum lulus tapi dia terlalu malas untuk mencari tahu. Pernah sekali ia berangkat lebih awal, namun malah tertidur di kelas dan terbangaun karena bel dengan bunga itu yang sudah ada di meja.
Lagi dia berpikir kenapa tidak langsung bertemu saja atau sekarang kan bisa lewat chat jika ingin bilang sesuatu kan. Apa tidak merepotkan untuk dia melakukan setiap hari.
"Orang yang aneh"
"Aku nggak aneh bang Iko". Tiba-tiba ada suara yang menyahut ucapan Liko dari sampingnya.
"Huh, sejak kapan kamu disini dek?"
"Sejak tadi, mau ngajakin main bang. Terus Abangnya cuman rebahan sambil liatin bunga itu"
"Kenapa nggak di panggil sih"
"Lah biasanya juga kalau udah buka pintu kamar Abang aja aku di suruh keluar. Aha! apa jangan-jangan itu bunga dari pacar Abang ya, iya kan ngaku Bang"
"Apa sih Dek, pacar-pacar tahu dari mana kamu pacaran, masih kecil juga"
"Halah Abang, iya Abang pacaran kan, tuh bunga aja sampe satu dus lagi. Mana udah pada kering nggak dibuang, aduin ke Ibu nih Bang"
"Apaan, sanalah aduin. Orang nggak pacaran juga"
"Beneran nih, Bu..!!! Abang pacaran sama orang"
Adik Liko berteriak sambil berlari keluar kamar. Liko hanya memandangnya saja, diletakkan bunga itu dalam dus yang berisikan bunga yang sama dan Liko memutuskan untuk pergi mandi.
"Udah berapa lama Ko?" Saat makan malam tiba-tiba Ibu Liko memberi pertanyaan yang membuatnya bingung.
"Maksudnya?" jelas raut kebingungan yang terlihat di wajah Liko.
"Pacaran?"
"Sejak kapan aku punya pacar Bu?"
"Mana Ibu tahu, itu kata si Adel" Ibu mengarahkan pandangannya ke Adel
"Ah, jangan dengerin kata Adel Bu nggak bener tuh"
"Tapi Abang dapet bunga tau Bu tiap hari, mana disimpen mulu nggak di buang-buang, sampe kering" itu Adel
"Ye,,, itu dari fan abang lah Del, abang kan ganteng gini" narsisnya kepada Adel
"Idih pede kali" Adel melirik sambil memasukan bibirnya merasa tidak senang
"Emang dari siapa Ko?" Ayah nya yang dari tadi diam pun bicara
"Nggak tahu Yah, emang udah ada aja. Tau-tau udah di atas meja kelas"
..
Setelah selesai makan, Liko kembali ke kamar. Dia duduk di meja belajarnya dan berhadapan dengan laptop yang sekarang jemarinya mengetikkan sesuatu diatasnya."Kenapa banyak sekali yang bewarna ungu sih" Liko menggumam dengan matanya yang sibuk mengamati gambar di depannya.
Setelah beberapa menit menghabiskan waktu. Dia menemukan gambar yang hampir sama dengan bunga yang selalu dibawanya pulang.
"Ah, sepertinya ini mirip"
Liko mengambil bunga ungu yang dibawanya dari sekolah dan mencocokkannya dengan yang di gambar.
"Baiklah sepertinya benar, sekarang aku tahu namamu ya ungu"
Liko meletakkan bunga ungu itu dan mematikan laptop. Mengganti dengan buku-buku pelajaran dengan tugas yang menanti untuk dikerjakan.
Waktu menunjukkan jam sebelas malam. Liko sudah beres dengan pekerjaannya. Beberapa saat lalu dirinya pun sudah berada di ranjang bermain dengan ponselnya. Tak lama kantuk menyerang, Liko bergegas mematikan lampu dan mencharger ponsel lalu tidur.
----------------
Pagi adalah awal dari semua kegiatan. Beranjaknya tubuh dari hangat ranjang menandakan awal yang harus dimulai. Seperti Liko saat ini yang sedang bersiap berangkat sekolah. Hari ini ada yang berbeda darinya. Dia berangkat lebih awal dari biasanya. Ya, dia bertekad akan mencari tahu siapa yang memberi bunga ungu itu.
Dia berjalan menuju jalan besar untuk menunggu angkutan seperti biasa. Lima belas menit setelahnya angkutan yang ditunggu tidak kunjung datang, membuat Liko sedikit kesal karena sudah terlambat mengetahui seseorang pembawa bunga ungu itu.
Tak menunggu lama, angkutan datang membawanya ke sekolah. Liko menapaki lantai kelas dengan siswa-siswa lain yang sudah ramai di dalamnya. Dugaanya benar, bunga ungu itu sudah berada di meja seperti biasa.
"Ada apa dengan wajahmu Ko, terlihat tidak bersemangat"
Si Alvi melirik sekilas Liko dengan tangannya yang sibuk mencatat sesuatu di buku tulisnya. Liko duduk sambil menyampirkan tasnya ke kursi.
"Angkutan ditungguin nggak dateng-dateng, padahal udah siap pagi-pagi"
"Tumben banget Ko"
"Iya emang sengaja, sebenernya mau cari tahu si pembawa bunga ini" Liko mengangkat bunga yang tergeletak di atas meja. Alvi yang sibuk mencatat itu berhenti dan memutar badannya ke belakang.
"Heh, tumben bener kau mau kepo"
"Sebentar lagi kan lulus, bakal sibuk ujian, nanti nggak sempet tahu dia. Aku pingin tahu siapa"
"Baguslah, tanya padanya nanti kenapa kau dikasih bunga. Seperti orang meninggal saja"
"Yak! Ucapanmu itu dikondisikan"
"Hahahaha,,,, becanda Liko ko. Eh tapi kau tau itu bunga apa?"
"Agaphantus"
"Widih, kau sudah tau rupanya. Artinya?"
"Butuh beberapa waktu mencocokkan dengan gambar yang ada di internet tau. Maksudnya arti?"
"Hahaha, niat juga kau ternyata Ko. Lah bukannya setiap bunga punya arti beda-beda ya?"
"Aku tidak tahu sih, tentang itu" percakapan itu berakhir
_
Sekarang ini kelas Liko berada di perpustakaan sekolah. Guru memberikan tugas dan tidak menemani di kelas. Karena tugas yang diberikan tidak ada catatan harus dikumpulkan, para siswa banyak yang tidak mengerjakan dan sibuk dengan acara mereka sendiri, seperti segerombolan siswi-siswi bercerita, membaca novel dan bermain ponsel.Seperti Liko saat ini, dia bermain ponsel. Dia teringat dengan ucapan Alvi tentang bunga dan maknanya, dia jadi penasaran juga. Liko berpikir pasti ada arti dari bunga itu, untuk apa juga seseorang memberikan bunga itu jika tidak ada arti dibaliknya. Tapi bisa juga sih kalau seseorang memberikannya tanpa maksud lain.
"Ada juga seseorang yang begitu ya sekarang"
"Ah, ketemu! Huh? Surat cinta? Jadi artinya surat cinta. Memang siapa?"
Liko agak bingung dengan arti dari bunga itu. Dalam hatinya bertanya-tanya apakah itu benar. Sebenarnya siapa pembawa bunga ungu itu.
------------------------
Kini satu sudah kutemukan
Namun bukan akhir yang bertemu
Kini satu cerita usai
Namun usaiannya awal dari satu cerita berangkai
Aku berjalan menuju akhir untuk awalan yang telah dimulai-----------------------
-Iko-
Terimakasih kalian yang sudah membaca
Kritik saran sangat ditunggu😣
KAMU SEDANG MEMBACA
Lily of the Nile
Teen FictionAzalea si pendiam dan pemalu, si pengagum seseorang. Sifat tersebut membuatnya tidak berani dalam memperlihatkan apa yang ia rasakan secara gamblang, namun menurutnya ada yang lebih menyenangkan daripada sekedar ucapan yang diperlihatkan, yaitu deng...