One

127 11 0
                                    

Mala mendengus lelah. Rasanya menyebalkan terus bekerja tanpa bisa menikmati hasilnya sendiri. Tapi Mala bisa apa? Harusnya Mala berterimakasih kepada ibunya yang memungut Mala di jalan.

Banting tulang seorang diri, kerja, gajian, tapi uang gajiannya tak sepeserpun Mala kantongi. Semuanya ibunya yang mengambil alih.

Memang bukan pekerjaan yang mapan, Mala hanya bekerja di Cafe sebagai pencuci piring, mengepel lantai, pokoknya bagian bersih membersihkan itu bagian Mala.

Untuk makanpun Mala harus meminta sisa makanan Cafe. Bersyukurlah kalian yang bisa hidup dengan lebih beruntung dari Mala.

"Mal kumal sini!"

Panggilan Yolanda si waiters mengejutkan lamunan Mala. Dengan tergesa Malapun menghampiri Yola.

"Tuh liat di sana, kotor bangetkan? bersihin sana! Ngelamun mulu!"

Mala mengangguk kecil lalu bergegas mengambil peralatan kebersihannya.

Ya, seperti inilah hari-hari Mala. Si malang Mala yang memiliki julukan Malkumal, di jadikan babu sana-sini (ya walaupun Mala memang babu sih), dan jadi bahan uji coba kejailan teman-temannya.

Tapi Mala tidak pernah marah. Mala pikir semua orang di Cafe ini sebenarnya baik, cuma mereka suka bercanda berlebihan.

Rodhium Cafe, ya itu nama tempat Mala bekerja. Cafe kekinian yang banyak mengandung unsur-unsur kimia.

Mala sudah punya pacar belum? tentu saja jawabannya belum! Mana ada yang mau sama Mala? Mala juga baru berumur 23 tahun. Tapi Mala suka sama Banyu, si manis pelayan cafe.

Banyu-nya? jangan tanya deh. Banyu tukang gantung anak orang! Mala di baikin doang, di ajak serius engga! Eh apa Mala-nya aja yang kegeeran?

Tanpa terasa ternyata cafenya sudah mau tutup. Mala bingung, mau minta makan lagi, tapi Mala malu minta terus. Tapi kalo engga minta, Mala laper.

"Kenapa Mal? mau minta makan lagi ya?" Tanya Yolanda saat melihat Mala yang terus saja berdiri di depan pintu dapur.

Mala mengangguk pelan sambil tersenyum lebar.

"Lo gimana si Mal? emang duit gajian lu pada kemana? masa minta makan mulu?"

Mala tidak tahu harus menjawab apa.

"Mm itu Da, anu-"

Ucapan Mala di potong oleh Yolanda.

"Udah deh, ni!" Yolanda memberikan satu lebar uang 20 ribu kepada Mala, "Jangan lagi ya Mal, lo gimana si ah?"

Mala berkaca-kaca, lalu Mala memeluk Yolanda erat.

"Makasih Da, makasihhh!"

Yolanda menjauhkan Mala, "Lo apaan si, dasar kumal! Nih, ambil ah uangnya."

Mala tersenyum, "Makasih ya Da, makasih!"

"Iya kumal!"

Benarkan kata Mala? teman-teman Mala disini memang suka seenaknya, tapi sebenernya mereka itu baik.

"Udah ah pulang sana lo, gue juga mau pulang ni. Mau gue kunci cafenya."

Mala mengangguk, "Makasih Da! Duluan ya!"

Yolanda mengangguk sambil tersenyum.

Lega rasanya Mala. 20 ribu lumayan buat beli mie instan rebus. Rasanya perut Mala sudah lapar sekali.

Sekarang sudah jam 9 malam, setiap hari biasa cafe tempat Mala tutup jam 9. Nah pas weekend baru tutup malam sekitar jam 11.

Mala akan berkunjung ke warung bi Arum, warung langgangannya makan. Warungnya tidak terlalu jauh dari cafe, 15 menit berjalan saja sudah sampai.

Mala berjalan melewati jalan yang ramai. Mala takut kalau lewat jalan sepi, kumal-kumal beginikan Mala tetap perempuan.

Akhirnya Malapun sampai di warung bi Arum. Mala-pun duduk di kursi pelastik.

"Bi, Mala pesen mie rebus ya satu!"

°°°

Sudah hampir tengah malam, Mala-pun akhirnya sampai dirumahnya. Syukurlah ibunya belum pulang, Mala bisa tidur dengan nyenyak.

Mala masuk ke kamar dan langsung mengambil handuknya untuk mandi. Setelah 20 menit mandi sambil mencuci akhirnya Mala selesai juga.

Mala memasuki kamarnya dan memakai baju kaos dan celana kolornya.

"Aaaaah akhirnya istirahat!"

Tbc


Gabut menunggu jadi maba, xixi iya alhamdulillah akhirnya aku akan menginjak bangku perkuliahan. jujurly takut, minta doanya yaa manteman lovee y'all🤩🥰

Sweet AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang