Mala sedang duduk dikursi warung bi Arum. Untungnya uang yang Yolanda kasih kemarin masih ada lima ribu. Ya memang harga mie instan lima ribu sudah geratis air putih.
Mala jadi bingung besok malam mau makan pakai apa. Mala pikir harusnya Mala kerja dibanyak tempat. Tapi kerja full time di satu tempat aja lelahnya minta ampun.
"Bi boleh ga Mala bantu bersih-bersih? Bayarnya cuma makan aja ko bi sama minum. Boleh ga?"
Bi Arum menatap Mala kasihan, "Nak Mala kalau mau makan ya minta aja gapapa. Gausah bantu-bantu."
Inilah alasan kenapa Mala masih bertahan. Setidaknya walaupun hidupnya berat, tapi orang-orang disekitar Mala baik hati semua.
"Engga bi, Mala masih tetep pengen bantu-bantu. Boleh ya bi?"
Tentu saja Mala tidak enak, kasihan bi Arum sudah kerja sendiri masa harus ngasih makan Mala juga secara cuma-cuma? Ya lebih baik Mala bantulah.
Akhirnya bi Arumpun mengangguk, "Yaudah yu, ini kamu makan dulu!" Bi Arum memberikan mangkuk berisi mie rebus dan segelas air putih kepada Mala. "Nanti abis itu kita bersih-bersih, sekalian juga sebentar lagi mau tutup, udah malem."
Mala mengangguk antusias "Makasih biii!"
Bi Arum tersenyum lebar kearah Mala. Bi Arum pikir Mala itu sudah seperti anaknya sendiri. Gadis malang yang selalu memesan mie instant pada malam hari ini membuat jiwa keibuan bi Arum menyeruak ingin selalu membantu. Mala yang malang, namun disisi lain memiliki banyak orang-orang yang peduli dan menyayanginya.
Kalau ditanya kemana uang gajian Mala? Jawabannya ya satu, diambil ibunya. Loh kenapa enggak di umpetin aja? Jawabannya simple, ibu Mala bisa mengendus bau uang meskipun tersembunyi di dalam got.
Engga ko bercanda, jawabnnya si ya karena ibunya Mala pasti selalu tau dimana Mala nyimpen uang dan kalo Mala enggak kasih uangnya ya ibu Mala bisa-bisa ngamuk ke tempat kerja Mala. Malah makin ribetkan urusannya? Jadi ya Mala kasih aja semua uangnya. Dan ibu Mala selalu hafal berapa jumlah gaji Mala.
Hari sudah semakin larut, Mala sudah selesai dengan segala pekerjaannya di warung bi Arum. Mala bingung, akankah Mala pulang? atau menginap di warung bi Arum? Tadi bi Arum sempat menawarkan Mala untuk menginap. Tapi Mala masih ragu.
"Udahlah nak Mala menginap saja, ini udah malam, bahaya. Nanti bibi bilang ke orangtua kamu kalau misalnya kamu dimarahi, yah?"
Mau tak mau akhirnya Mala mengangguk mengiayakan. Lagipula apa yang bi Arum katakan ada benarnya. Mala bisa membayangkan segelap apa nanti saat memasuki pemukimanya yang lumayan terpencil. Tapi Mala takut ibunya akan membuat kekacauan nanti.
'Udahlah Mal, kali ini aja tidur nyenyak tanpa gangguan ibu.'
"Ayo tidur, maklum ya nak tempatnya kecil, hehe."
Mala menggeleng keras, "Engga ko bi, ini bahkan lebih nyaman dari di rumah sendiri." Ucap Mala yang membuat bi Arum tersenyum haru.
Akhirnya mereka berduapun tertidur di lantai yang beralaskan tikar dan bantal yang menemani.
Tanpa terasa hari mulai pagi, Mala terbangun tanpa bi Arum di sisinya. Mala melihat jam yang ternyata menunjukan jam 05 kurang 07 menit.
Mala bergegas bangun mencari bi Arum, ternyata hi arum sedang menyiapkan warungnya.
"Bi, ada yang perlu Mala bantu?" Tanya Mala.
Bi Arum menoleh kearah Mala, "Eh nak Mala sudah bangun? Ada nih ayo sini, eh nak Mala enggak solat?"
Mala menggeleng pelan, "Mala lagi halangan Bi."
Bi Arumpun mengangguk mengerti. "Yasudah sini bantuin bibi buka warung, abis itu kamu mandi terus sarapan ya!"
"Siap bi!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Accident
RomanceMala si gadis miskin yang selalu berkerja keras untuk menghidupi kebutuhan berjudi ibunya. Ibu Mala adalah gila judi yang selalu melilit Mala dengan segala ulah yang ia lakukan. Mala tau Mala hanyalah anak yang ibunya pungut di jalanan, maka dari it...