1. Sengsara

14.4K 528 16
                                    


Part 1

BRUGH!

Seorang pria berbadan besar dengan kepala plontos menabrak. Tubuhku yang lumayan kurus ini sampai harus terjungkal karenanya. Begitu juga dengan lelaki tersebut.

Map yang tengah kupeluk jatuh berserakan. Berkas-berkas yang telah dipersiapkan untuk melamar pekerjaan berhamburan. Si lelaki pun mengalami hal yang serupa. Kulihat tas yang ia pegang terlempar akibat benturan. Anehnya kenapa tas itu seperti kepunyaan seorang wanita.

"Jambrettt!"

Tiba-tiba terdengar suara wanita berteriak. Pria plontos yang masih terengah-engah napasnya itu gegas bangkit. Lalu langsung menyambar tas kulit yang terlihat begitu mewah itu. Dan lari terbirit-birit.

"Jambrettt!"

Wanita cantik dengan kaca mata hitam di atas kepalanya kembali berseru. Sekarang aku paham, pria plontos itu adalah berandal. Aku harus menolong perempuan itu. Lantas mata ini bergerak mencari alat untuk menghentikan laju. Kebetulan ada sebuah batu yang cukup besar. Lumayan jika digunakan untuk menimpuknya.

Tanpa membuang waktu lagi kuraih batu tersebut. Lantas mulai melemparkan benda berat tersebut. Beruntung tepat sasaran. Si jambret itu tersentak kaget saat kepalanya terkena batu.

Jambret itu membalikkan badan dengan wajah murka. Tentu saja nyaliku ciut melihatnya. Namun, sudah kepalang tanggung. Aku harus menghadapi. Kembali mata ini mencari-cari sesuatu untuk jaga-jaga.

Sayangnya hanya sebuah batu pun sulit didapat. Akhirnya setelah bingung mencari senjata, sementara si jambret kian mendekat. Maka tanpa ragu lagi kulepas sepatu pantofel berhak lima centimeter ini. Tanganku langsung menolak sepatu hitam tersebut dan tepat sasaran. Sepatu itu mendarat mulus mengenai perut besar si bandit.

"Kurang aj*r!" Si bandit berteriak marah.

Sepatu di kaki sebelah kiri aku lepas. Lantas kugunakan lagi untuk menimpuk si kepala plontos. Pria itu menangkis serangan sepatuku dengan bahunya yang telah terlapisi jaket kulit itu.

Selanjutnya si berandal berlari mendekat. Aku sekuat tenaga ingin menghindar. Namun, sudah kena tubruk terlebih dulu. Tubuhku terjerembab kembali. Dan si kepala plontos langsung menjambak. Dia menarik rambut yang kuikat kucir kuda ini ke atas tinggi-tinggi. Membuat mulutku memekik kesakitan.

"Awww!"

Aku menjerit sakit karena tidak hanya menjambak, si bandit sialan ini juga menampar pipiku kuat-kuat. Selain meninggalkan rasa panas dan sakit di pipi, telinga ini juga berdenging karenanya. Rasa asin terkecap di lidah. Sepertinya bibirku pecah lantas berdarah akibat gamparan tangan besar si berandal. Tidak sampai di situ, dia juga mengunci tubuhku.

Di antara rasa sakit itu otak ini berjalan. Tenagaku tidak cukup kuat untuk melawan. Apalagi sejak tadi pagi perutku belum terisi makanan. Hanya segelas air teh untuk pengganjal ketika berangkat mencari pekerjaan.

Tiba-tiba aku teringat jika seorang pria perkasa bisa bertekuk pasrah apabila keintimannya ditendang. Dan adegan seperti itu sering kutonton di sinetron. Tanpa membuang waktu lagi, kugigit keras tangan si bandit yang masih menarik rambut.

"Arghhh!" Si bandit mengerang kesakitan.

Cekalan pada rambut terlepas. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Dengan segenap tenaga yang terkumpul kutendang kemaluan si bandit sekeras mungkin.

"Aduuuhhh!" Mulut si bandit mengaduh kesakitan lagi.

Pria tinggi besar itu sampai terbungkuk-bungkuk saking sakitnya barangkali. Lalu tiba-tiba dua petugas keamanan datang. Keduanya menyerang si bandit dengan pentungan.

Bosku Mantan Suamiku (21+) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang