#8

69 9 0
                                    







🔹🔹🔹🔹🔹





"Bi.."

Natya nangis, lah ini orang kenapa?

"Kenapa kamu gak bisa dihubungi sih?" Lanjutnya.

"Handphonenya aku cas, ada apa sih Nat? Jangan bikin aku khawatir deh"

"Galih nunggu di mobil, ayo bi cepet"

"Mau kemana? Aku ganti baju dulu ya"

"Gak usah, bawa jaket aja udah"

Galih juga bisa dibilang matanya berkaca-kaca, ada apa sih sebenarnya?

Ternyata kita berhenti dirumah sakit, siapa yang sakit? Bukannya ini rumah sakit tempat inap mamanya Mark, baru aja tadi pulang udah balik kesini lagi aku.

"Bi kamu jangan kaget ya, jangan nangis juga" ujar natya sembari menghapus air matanya.

"Iya,"

"Mamanya Mark meninggal"

"Gak mungkin, tadi aja gak papa kok, bohongkan Nat?"

"Lih, bohongkan?" Natya gak jawab aku coba tanya galih dan dia juga diem aja, berarti beneran.

Aku berlari menuju ruangan mamanya Mark, setelah cukup dekat aku melihat Mark yang duduk di ruang tunggu dan papanya berdiri di tembok yang menghadap ke ruangan mamanya Mark, Mark terlihat menundukkan kepalanya dan menggenggam kedua tangannya.

"Mark"

Mark natap aku, bisa aku lihat mata Mark merah, dia habis nangis, aku gak tega lihatnya.

Akhirnya aku duduk disamping Mark dan merangkul bahunya.

"Yang sabar ya.."

"Bi, mama bi" matanya mulai berair lagi

"Iya"

"Mama udah gak ada,mama udah ninggalin aku sendiri"

air matanya tak bisa dibendung lagi, Mark akhirnya menangis.

"Mama udah gak sakit Mark, tuhan sayang sama mama, tuhan gak mau mama kesakitan terus, mama udah bahagia disana"

"Iya bi"

"Kamu juga gak sendiri, ada aku, natya, galih, kita akan selalu ada buat kamu"

Tanpa sadar aku juga kebawa suasana, aku menangis sembari memeluk Mark.



















Sudah 3 hari, aku nemenin Mark di tempat disemayamkan jenazah mamanya, biasanya memang kalau beragama Kristin tidak langsung dimakamkan, melainkan disemayamkan hingga 3 sampai 5 hari baru dimakamkan, dimakamkannya pun juga di kremasi dulu.

Setelah kepergian mamanya Mark, ku rasa Mark juga berubah, dia yang ceria dan murah senyum menjadi sedikit pendiam dan murung, bahkan dia sudah hampir seminggu tidak masuk sekolah tanpa kabar, dan itu membuat ku khawatir.

Hari ini aku dan galih berencana untuk menemui Mark di rumahnya, karena hanya galih yang tau rumahnya jadi aku ajak galih untuk mengantarku kesana.

"Mark.."

aku mengetuk pintu besar nan tinggi ini, dan tak ada jawaban dari dalam rumah.

"Mark.."

Bahkan galih juga sudah mengetuk berkali-kali namun nihil tak ada yang membukakan pintu.

"Kamu udah bisa hubungi Mark?"

"Gak bisa lih, nomornya gak bisa dihubungi"

"Apa Mark gk dirumah?"

Kita yang berbeda ||  Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang