➥¹⁰𝚞𝚗𝚝𝚒𝚝𝚕𝚎𝚍

412 57 1
                                    

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-

ENTAH BAGAIMANA SEKARANG DIBERI JUDUL. Rasanya gadis itu hanya merasa aneh, bukan karena Daisuke yang memperlakukannya beda atau pria itu yang tetiba tersenyum saat mata bersitatap.

Ini aneh, tapi rasanya kepingan berhambur itu kembali tersusun satu persatu. Memang, jika kemarin-kemarin dirinya selalu berbaring sendiri diranjang besar namun kini pria itu berbaring di sisinya, selalu ingat bahwa pernikahan ini hanyalah kedok belaka.

Juga sebuah perasaan tidaklah boleh ada di antara dua orang, kendati afeksi  yang dilayangkan olehnya hanya semata-mata untuk meyakini mata hiruk pikuk anjing pengejar berita.

"Pagi."

Bukan fatamorgana yang ia lihat saat fajar mengangkasa di cakrawala, bukan juga ilusi saat karantala dingin besar sang pria menyentuh sebagian pipi bak buah persik ranum milik perempuan itu. Ini kenyataan bahwa adiraja benar terbaring di sampingnya, padahal jika diingat-ingat ada hal yang membuat mereka memiliki kamar sendiri.

Pertama, pernikahan ini pura-pura.

Kedua, agar perasaan tidak boleh ada.

Bukankah tidak ada yang harus diharapkan dari dua orang yang bertemu lalu berikrar di hadapan Tuhan bahwa ikatan mereka hanyalah topeng belaka.

"Pagi," balasnya menyapa.

Ibu jari perlahan mengusap epidermis pipi, bagaikan hand warmer alami Daisuke merasakan hangat nyaman menyentuhnya. Terlebih guratan merah muda menghiasi pipi ranum gadis di sampingnya ini membuatnya betah berlama-lama terus menatap tanpa henti, bahu sita terekspos dengan jelas saat yang ia kenakan hanyalah gaun tidur satin dengan tali.

Cantik, satu kata terlintas.

Sekali lagi pujaan itu keluar dari nuraninya.

Kambe Daisuke barangkali bisa bertaruh bahwa gadis ini adalah memang manifesti Dewi Afrodit. Memikat hati hanya dengan parasnya, saat sudah tersenyum membuat adiksi yang menatapnya bertambah kuat.

"Bukankah seharusnya kau kerja?"

"Aku libur."

Iris biru abu-abunya melihat kerutan pada kening, meskipun tak kentara namun Daisuke tahu bahwa gadis itu sedang mempertanyakan sebuah alasan. "Hari ini aku ingin pergi bersamamu."

Kerutannya kini semakin jelas, membuat karantala Daisuke beralih mengusap kening si gadis, "Aku sudah menyiapkan satu villa untuk kita pergi ke pulau Okinawa, cepatlah bersiap," pungkasnya tak memperdulikan jawaban yang nanti akan keluar.

Daksa itu turun dari tilam, figur pria jelaga yang hanya memakai celana pendek tanpa balutan kaus buat netra serta merta berpaling. "Kenapa? Terpesona eh?"

"Tidak," Daisuke terkekeh lantas beranjak untuk dekati wanita yang kini sembunyikan wajah di balik dua telapak tangannya, "Kau cantik dengan wajah merah itu." Katanya yang diakhiri dengan mendaratkan kecupan tipis pada kepala.

𝐒𝐖𝐄𝐄𝐓 𝐄𝐒𝐂𝐀𝐏𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang